Kemenkes: Stok Obat Untuk Korban Gempa Palu Mencukupi

D'On, Palu,- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyebutkan bahwa meskipun kondisi Palu dan Donggala porak poranda akibat terkena gempa berkekuatan 7 Skala Richter dan tersapu gelombang tsunami, pasokan berbagai jenis obat di lokasi bencana ini masih aman. Hal ini disebabkan oleh koordinasi yang dilakukan Kemenkes dengan berbagai wilayah sekitar seperti Kabupaten Luwu, Kabupaten Luwu Utara, Kabupaten Luwu Timur, dan Kabupaten Palopo.
Tim dari berbagai wilayah tersebut sudah siap untuk mengirim obat ke lokasi bencana sesuai dengan kebutuhan para korban. Selain itu, instalasi farmasi pusat juga telah memastikan untuk siap sedia menyediakan obat jika memang dibutuhkan.
“Kemenkes akan terus melakukan koordinasi dan berusaha memastikan kebutuhan obat bagi para korban terpenuhi,” ucap Menkes Nila Moeloek.
Selain memastikan ketersediaan obat, Kemenkes juga telah mengirim tim Rapid Health Assesment (RHA) ke lokasi bencana. Tim ini akan bertugas untuk mengkaji situasi dan layanan kesehatan yang diperlukan oleh korban bencana. Gelombang pertama dari tim ini terdiri dari dokter umum, dokter spesialis, dan perawat dari RSUP Kandou Manado dan RSUP Wahidin Makassar. Selanjutnya, tim RHA berikutnya yang berasal dari RSUP dr. Kariadi Semarang, RSUP dr. Sardjito Yogyakarta, RSUP Hasan Sadikin Bandung, dan RSUP dr. M. Hoesin Palembang akan didatangkan. Kemenkes juga akan mengirim 30 orang yang tergabung dalam tim Nusantara Sehat.
Untuk saat ini, Kemenkes sedang berusaha untuk melakukan penanganan bencana secepatnya sesuai dengan kapasitas daerah. Pengiriman tenaga medis dan sumber daya lainnya juga akan disesuaikan dengan kondisi di layanan. Satu hal yang pasti, tenaga kesehatan yang sudah ada di lokasi akan terus berada di lokasi bencana untuk bersiaga sesuai dengan instruksi.
Hingga saat ini, tim SAR, BNPB, BPBD, TNI, relawan, dan berbagai orang yang sudah tiba di lokasi bencana sedang mengupayakan evakuasi para korban, termasuk pertolongan pada korban yang diduga masih banyak yang terjebak di reruntuhan bangunan. Menurut Pakar kesehatan, peluang bagi para korban untuk bertahan hidup biasanya hanyalah sekitar 24 jam, apalagi jika korban ini mengalami perdarahan, luka, hingga cedera lainnya. (mond)

Popular posts from this blog

Sejarah Singkat Suku Malayu Di MinangKabau

Youtuber Muhammad Kece Ditangkap di Bali, Kini Jadi Tersangka

Sosialisasikan Perwako 71 Tahun 2021, Wako Ingatkan PPK dan OPD Bekerja Sesuai Aturan