-->

Notification

×

Terbaru

Cari Berita

Iklan

Iklan

Home

Tag Terpopuler

Banjir Susulan Terus Mengintai Agam: Sungai Dangkal, Warga Kembali Mengungsi, Pemerintah Kerahkan Modifikasi Cuaca

26 December 2025 | December 26, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-12-26T13:32:31Z

Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta Timur, Jumat (26/12/2025).

D'On, Agam, Sumatera Barat
— Ancaman bencana belum sepenuhnya berlalu bagi warga Kabupaten Agam. Banjir susulan kembali melanda Jorong Pasar Meninjau, Nagari Maninjau, Kecamatan Tanjung Raya, Kamis (25/12), membawa lumpur pekat, batu-batuan besar, dan kayu gelondongan yang mengalir deras ke permukiman warga. Meski hujan tak tergolong ekstrem, kondisi sungai yang rusak parah pascabencana membuat luapan air nyaris tak terhindarkan.

Fenomena ini menegaskan bahwa Agam masih berada dalam fase rawan bencana lanjutan, terutama galodo atau banjir bandang, akibat perubahan bentang alam yang signifikan di kawasan hulu hingga hilir.

Sungai Kehilangan Daya Tampung, Hujan Normal Jadi Ancaman

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, mengungkapkan bahwa banyak sungai di wilayah terdampak mengalami pendangkalan masif dan perubahan alur akibat timbunan lumpur serta sedimen.

“Dalam kondisi normal sebelum bencana, hujan dengan intensitas seperti ini seharusnya tidak menimbulkan luapan. Tapi sekarang kapasitas sungai sudah jauh berkurang. Debit air yang seharusnya tertampung, justru meluap ke permukiman,” jelas Abdul dalam konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta Timur, Jumat (26/12).

Pendangkalan ini menjadikan setiap hujan, sekecil apa pun, sebagai potensi bencana. Air yang membawa material berat dari perbukitan memperparah kondisi, memperluas sebaran banjir meski daya rusaknya relatif lebih rendah.

Pemerintah Lakukan Modifikasi Cuaca, Tekan Risiko dari Hulu

Untuk mencegah dampak yang lebih besar, pemerintah mengambil langkah tidak biasa namun krusial, yakni Operasi Modifikasi Cuaca (OMC). Langkah ini dilakukan untuk mengurangi curah hujan di wilayah hulu yang menjadi pemicu utama banjir dan galodo.

“Penanganan kita lakukan dari hulu sampai hilir. Dari sisi hulu, kita tekan pemicunya, yakni hujan, melalui OMC yang sudah dilakukan di beberapa wilayah,” ujar Abdul.

OMC menjadi bagian dari strategi darurat karena kondisi alam Agam dinilai belum stabil dan sangat rentan terhadap hujan lanjutan.

Alat Berat Dikerahkan, Normalisasi Sungai Dipercepat

Di darat, BNPB berkoordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum untuk mempercepat normalisasi sungai. Penambahan alat berat dilakukan untuk mengeruk sedimen, mengembalikan alur sungai, serta membuka kembali jalur air yang tertutup material bencana.

Langkah ini dinilai krusial agar sungai kembali memiliki daya tampung yang memadai, sekaligus mencegah banjir susulan yang terus berulang.

Jalan Diberlakukan Sistem Buka-Tutup Demi Keselamatan

Tak hanya sungai, sektor transportasi juga menjadi perhatian serius. BNPB bersama Polri menerapkan sistem buka-tutup jalan di sejumlah ruas yang rawan, terutama saat hujan turun.

“Ada fase tertentu masyarakat tidak akan boleh melintas. Ini murni untuk keselamatan, karena kondisi jalan dan sungai bisa berubah sangat cepat saat hujan,” tegas Abdul.

Kebijakan ini diambil untuk menghindari korban jiwa akibat longsor atau terjangan material banjir yang datang tiba-tiba.

Warga Kembali Mengungsi, Banjir Terjadi Berulang Kali

Kepala Pelaksana BPBD Agam, Rahmad Lasmono, menyebut banjir susulan ini bukan kejadian pertama. Bahkan, beberapa kali terjadi saat cuaca relatif cerah, menandakan aliran material dari hulu masih sangat aktif.

“Ini lokasinya sama dengan banjir susulan sebelumnya. Sudah berulang kali terjadi. Warga yang sempat kembali ke rumah, terpaksa mengungsi lagi,” ujar Rahmad, Kamis (25/12) sore.

Hingga kini, jumlah pengungsi masih didata, sementara tim BPBD terus memantau perkembangan di lapangan untuk memastikan keselamatan warga.

Tak Ada Korban Tambahan, Namun Ancaman Masih Nyata

Pemerintah memastikan tidak ada korban jiwa tambahan maupun kerusakan signifikan akibat banjir susulan kali ini. Meski membawa batu dan material berat, laju arus dinilai tidak terlalu kuat karena berasal dari lereng dengan kemiringan sedang.

Namun, ancaman belum sepenuhnya hilang.

Masa Tanggap Darurat Diperpanjang, 38 Korban Masih Hilang

Pemerintah Kabupaten Agam resmi memperpanjang masa tanggap darurat selama 14 hari, terhitung sejak 22 Desember. Periode ini menjadi fase krusial untuk:

  • Pemantapan data korban dan kerusakan
  • Perencanaan rehabilitasi dan rekonstruksi
  • Penataan ulang kawasan rawan bencana

Sementara itu, proses pencarian korban bencana resmi dihentikan, dengan catatan pahit: 38 orang di Kabupaten Agam hingga kini masih belum ditemukan.

Banjir susulan yang terus berulang menjadi pengingat keras bahwa pemulihan Agam bukan hanya soal membersihkan sisa bencana, tetapi juga menata ulang alam yang telah berubah. Tanpa langkah serius dan berkelanjutan, hujan akan terus menjadi ancaman, dan warga akan terus hidup dalam bayang-bayang bencana.

(K)

#OperasiModifikasiCuaca #BNPB #KabupatenAgam

×
Berita Terbaru Update