Breaking News

28 Jenazah Korban Banjir Bandang Sumatera Barat Belum Teridentifikasi, Krisis Kesehatan Pengungsi Kian Mengkhawatirkan

Warga berjalan melewati rumah-rumah yang rusak di sebuah desa yang terdampak banjir di Malalak, Sumatera Barat, Jumat 28 November 2025. Jelang akhir November 2025, bencana banjir bandang dan tanah longsor melanda sebagian besar wilayah pulau Sumatera. (AP Photo/Ade Yuandha)

D'On, PADANG
— Duka akibat bencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera Barat belum berakhir. Di tengah upaya pencarian korban yang masih hilang, Kepolisian Daerah Sumatera Barat (Polda Sumbar) mengungkapkan bahwa hingga kini sebanyak 28 jenazah korban bencana belum berhasil diidentifikasi.

Wakil Kepala Polda Sumbar, Brigjen Pol Solihin, menyampaikan bahwa puluhan jenazah tersebut saat ini masih menjalani proses identifikasi lanjutan dengan metode forensik yang lebih mendalam di Jakarta.

“Hingga saat ini masih terdapat 28 jenazah yang belum teridentifikasi dan sedang dalam proses pengujian lanjutan di Jakarta,” ujar Solihin di Padang, Selasa (23/12/2025).

Menurutnya, proses identifikasi menghadapi berbagai tantangan, mulai dari kondisi jenazah yang rusak akibat terseret arus deras, tertimbun material longsor, hingga keterbatasan data pembanding dari pihak keluarga korban.

Pencarian Korban Masih Terus Berlangsung

Seiring proses identifikasi, operasi pencarian korban yang dinyatakan hilang juga belum dihentikan. Aparat kepolisian bersama tim SAR gabungan, TNI, relawan, serta masyarakat setempat masih menyisir sejumlah lokasi rawan yang diduga menjadi titik terjebaknya korban.

“Pencarian dan proses identifikasi tetap kami lanjutkan. Polri bersama seluruh pihak terkait akan terus bekerja semaksimal mungkin,” tegas Solihin.

Dari total 16 kabupaten dan kota terdampak, tercatat tiga daerah masih memperpanjang status tanggap darurat, yakni:

  • Kabupaten Agam
  • Kabupaten Pasaman Barat
  • Kabupaten Tanah Datar

Perpanjangan status ini menunjukkan bahwa dampak bencana masih sangat signifikan, baik dari sisi kemanusiaan, infrastruktur, maupun layanan dasar masyarakat.

Data Korban Terus Bertambah

Berdasarkan dashboard Satu Data Bencana Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, dampak bencana hingga saat ini mencatat angka yang mencengangkan:

  • 260 orang meninggal dunia
  • 72 orang masih dinyatakan hilang
  • 382 orang mengalami luka-luka
  • 296.307 jiwa terdampak langsung

Angka tersebut diperkirakan masih dapat berubah seiring berlanjutnya proses pencarian dan identifikasi korban.

Kesehatan Pengungsi Mulai Memburuk

Tak hanya korban jiwa, kondisi kesehatan para pengungsi kini menjadi persoalan serius. Tim Paramedis Jalanan Sumbar menemukan berbagai gangguan kesehatan fisik dan psikologis yang dialami warga selama bertahan di lokasi pengungsian.

Koordinator Paramedis Jalanan Sumbar, Sarah Uzlifah, mengatakan pemeriksaan kesehatan telah dilakukan sejak 30 November 2025, dengan menyisir sejumlah titik terdampak parah seperti:

  • Batu Busuk
  • Gurun Laweh
  • Tabiang Batu Gadang, Kota Padang
  • Palembayan, Kabupaten Agam
  • Koto Tuo Sani dan Malalo, Kabupaten Solok

“Keluhan kesehatan yang paling banyak ditemukan adalah sakit kepala, asam lambung, demam, serta luka akibat bencana. Kondisi psikologis pengungsi juga tidak lepas dari tekanan,” ujar Sarah, Kamis (4/12/2025).

Ia menambahkan, banyak pengungsi mengalami sulit tidur, kecemasan berlebih, hingga trauma mendalam akibat peristiwa banjir bandang yang datang secara tiba-tiba.

“Ini juga perlu penanganan lanjutan, tidak bisa diabaikan,” kata Sarah, yang saat ini menempuh pendidikan magister di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

Hunian Padat Perparah Kondisi Kesehatan

Kondisi tempat tinggal sementara pengungsi disebut sangat memengaruhi kesehatan mereka. Hunian yang padat, minim privasi, serta keterbatasan akses air bersih dan sanitasi menjadi masalah utama.

“Di Palembayan misalnya, banyak warga mengungsi di rumah saudaranya. Rumah yang seharusnya ditempati satu kepala keluarga, kini diisi hingga tiga kepala keluarga,” ungkap Sarah.

Situasi ini membuat pengungsi rentan terserang penyakit menular, kelelahan fisik, serta tekanan mental berkepanjangan.

Kelompok Rentan Butuh Perhatian Khusus

Paramedis Jalanan Sumbar menyoroti kondisi kelompok rentan seperti:

  • Ibu hamil
  • Anak-anak
  • Lansia

Dari hasil pemeriksaan lapangan, kelompok ini menunjukkan tanda-tanda kelelahan serius dan membutuhkan pemantauan medis secara berkala.

“Kami berharap masalah ini menjadi perhatian bersama. Penanganan kesehatan tidak bisa hanya datang sesekali, tetapi harus berkelanjutan, terutama untuk kelompok rentan,” tegas Sarah.

Kolaborasi Kemanusiaan Terus Diperluas

Ke depan, Paramedis Jalanan Sumbar memastikan akan melanjutkan pemeriksaan dan screening kesehatan di titik-titik pengungsian lain yang masih terdampak.

Upaya ini dilakukan melalui kolaborasi lintas lembaga, termasuk dengan Sekolah Gender Sumbar dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang, guna memastikan pendekatan penanganan bencana yang lebih menyeluruh, adil, dan berperspektif kemanusiaan.

“Iya, kita kolaborasi agar penanganan ini tidak hanya medis, tetapi juga menyentuh aspek sosial dan perlindungan warga,” pungkas Sarah.

(L6)

#BanjirSumbar #BencanaAlam #SumateraBarat