Breaking News

Projo Siap Ganti Logo, Lepas Siluet Jokowi Demi Era Baru Prabowo

Ketum Projo Budi Arie Setiadi 

D'On, Jakarta -
Gerakan relawan politik terbesar di era Joko Widodo, Projo, tengah bersiap memasuki babak baru sejarahnya. Dalam Kongres III yang digelar akhir pekan ini, organisasi yang lahir dari semangat dukungan terhadap Jokowi itu akan mengubah wajahnya  secara harfiah dan simbolik.

Ketua Umum Projo sekaligus Menteri Komunikasi dan Informatika, Budi Arie Setiadi, mengonfirmasi bahwa logo Projo yang selama ini identik dengan siluet wajah Jokowi akan diganti. Langkah ini disebut sebagai bagian dari transformasi organisasi untuk menyesuaikan diri dengan era kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.

“Kita akan memperkuat dan mendukung agenda-agenda politik Presiden Prabowo. Dalam rangka itu, Projo akan melakukan transformasi organisasi, salah satunya adalah kemungkinan mengubah logo Projo,” ujar Budi Arie kepada wartawan, Sabtu (1/11/2025).

Perubahan logo tersebut bukan sekadar kosmetik. Ia menandai pergeseran makna dan posisi politik Projo  dari sekadar gerakan relawan yang dibentuk untuk mengawal Jokowi, menjadi kekuatan sosial-politik yang lebih luas, yang siap menyokong pemerintahan baru di bawah Prabowo.

Dari Kultus Individu ke Gerakan Nasionalis Baru

Sejak berdiri pada 2013, logo Projo dengan siluet tegas wajah Jokowi menjadi simbol militansi relawan di akar rumput. Namun kini, setelah dua periode Jokowi memimpin dan kekuasaan beralih ke Prabowo, simbol itu dinilai perlu disesuaikan.

“Logo Projo akan kita ubah supaya tidak terkesan kultus individu,” jelas Budi Arie.
“Kita ingin menegaskan bahwa Projo adalah gerakan rakyat dan negeri, bukan sekadar milik satu sosok.”

Meski logo akan berubah, nama “Projo” tidak akan diganti. Budi menegaskan, sejak awal Projo bukan singkatan dari “pro Jokowi”, melainkan berasal dari kata Sanskerta dan Jawa Kawi.

“Projo itu artinya ‘negeri’ dalam bahasa Sanskerta, dan dalam bahasa Jawa Kawi berarti ‘rakyat’. Jadi kaum Projo adalah mereka yang mencintai negara dan rakyatnya,” ungkap Budi Arie, menegaskan filosofi yang lebih universal dari sekadar loyalitas pada satu figur.

Restu Jokowi dan Pesan untuk Era Baru

Langkah perubahan besar ini telah mendapat restu langsung dari Jokowi. Menurut Budi Arie, sang mantan presiden memahami bahwa setiap gerakan politik harus bertransformasi sesuai zaman dan tantangan baru.

“(Jokowi) sepakat. Tugas Projo sudah selesai mengawal pemerintahan Pak Jokowi dua periode. Sekarang kita menghadapi tantangan baru  geopolitik, ekonomi global, hingga isu persatuan nasional,” kata Budi.

Dalam kongres yang dihadiri ribuan relawan dari seluruh Indonesia, Budi menyerukan agar Projo berperan aktif memperkuat kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto. Ia menegaskan bahwa dukungan terhadap Prabowo bukan sekadar formalitas, melainkan bagian dari strategi besar untuk menjaga stabilitas nasional dan keberlanjutan pembangunan.

“Kita berharap bisa memperkuat agenda politik Pak Prabowo agar kepemimpinan beliau lebih kuat dan solid. Karena itu, kita akan memperkuat seluruh agenda politik Presiden dengan memperkuat partai politik pimpinan Presiden,” tegasnya.

Isyarat Menuju Gerindra

Dalam pidato penutupnya, Budi Arie juga menyampaikan pesan pribadi yang sarat makna politik: ia membuka kemungkinan bergabung dengan partai politik. Meski awalnya enggan menyebut nama, ia akhirnya blak-blakan ketika ditanya wartawan seusai acara.

“Mohon izin jika suatu saat saya berpartai, teman-teman Projo bisa memahaminya. Enggak usah ditanya partainya apa. Tapi ya… iyalah, pasti Gerindra,” ucap Budi sambil tersenyum.

Pernyataan itu disambut tepuk tangan peserta kongres. Banyak pihak menilai, langkah Budi Arie  dan arah baru Projo  akan menjadi jembatan penting antara warisan politik Jokowi dan masa depan pemerintahan Prabowo.

Makna Strategis Transformasi Projo

Perubahan logo dan arah politik Projo bukan sekadar langkah simbolik. Ia bisa dibaca sebagai penataan ulang peta kekuatan relawan di era pasca-Jokowi. Dengan jaringan relawan yang masih masif di seluruh Indonesia, Projo berpotensi menjadi mesin sosial-politik yang signifikan dalam mendukung agenda pemerintahan Prabowo.

Transformasi ini juga menunjukkan upaya menjaga kontinuitas kekuasaan di tengah perubahan elite politik nasional. Projo kini menempatkan diri bukan sebagai "relawan Jokowi", tetapi sebagai gerakan rakyat pendukung stabilitas nasional dan pemerintahan Prabowo sebuah repositioning yang cerdas di tengah realitas politik yang cepat berubah.

Dari Wajah ke Jiwa

Bagi Budi Arie, menghapus siluet wajah Jokowi bukan berarti menghapus semangatnya. Justru sebaliknya, ini adalah cara baru untuk merawat warisan Jokowi  bukan dalam bentuk simbol, tapi dalam nilai-nilai keberpihakan pada rakyat.

“Projo tidak berubah arah, tapi berevolusi. Dari wajah ke jiwa. Dari simbol ke gerakan nyata,” ujarnya.

Kongres III Projo ini dengan demikian bukan hanya peristiwa internal organisasi, melainkan tonggak politik: sebuah sinyal kuat bahwa loyalitas lama kini menyesuaikan diri dengan konfigurasi baru kekuasaan  di mana Jokowi memberi restu, dan Prabowo menerima tongkat estafet dukungan.

(L6)

#Projo #Politik #Nasional #BudiArieSetiadi