Breaking News

Perjuangan Menjemput Asa Ketika Warga, Wakil Rakyat, dan Relawan Bergandeng Tangan Menyelamatkan Amaik

Evi Yandri Budiman Wakil Ketah DPRD Padang Selamatkan Amaik ODGJ ke RS Saanin (Dok: Obroy)

D'On, Padang
- Di tengah aktivitas warga Surau Gadang, Nanggalo, Padang yang setiap hari berjalan sebagaimana biasanya, ada satu keresahan yang terus menghantui perkampungan itu. Bukan tentang keamanan, bukan pula tentang ekonomi. Keresahan itu datang dari seorang lelaki berusia 62 tahun bernama Mahyudin, atau lebih akrab disapa Amaik seorang Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang beberapa minggu terakhir kembali menunjukkan perilaku yang membuat warga cemas, gelisah, bahkan takut.

Amaik bukan sosok asing. Ia sudah lama tinggal di daerah itu, namun belakangan gangguan yang dideritanya semakin parah. Ia kerap terlihat berjalan tanpa busana, keluar masuk masjid tanpa arah, dan bahkan masuk hingga ke toilet perempuan. Beberapa warga mengaku pernah melihatnya memperlihatkan kemaluannya tanpa sadar. Perilaku itu membuat warga, terutama perempuan dan anak-anak, merasa tak lagi aman.

Ketika Keresahan Warga Menemukan Jalan Keluar

Pada Senin malam, 17 November, seorang warga memberanikan diri menghubungi seseorang yang mereka tahu selama ini bergerak tanpa pamrih dalam menjemput, merawat, dan mengobati ODGJ Evi Yandri, Wakil Ketua DPRD Sumbar yang selama bertahun-tahun terlibat dalam kegiatan sosial bersama Yayasan Pelita Jiwa Insani (YPJI).

“Pak, di kampung kami ada satu ODGJ yang sudah sangat meresahkan. Kami takut terjadi hal yang tidak-tidak,” begitu laporan itu masuk.

Tanpa menunggu lama, laporan tersebut langsung ditindaklanjuti. Evi Yandri, didampingi tim YPJI, menyiapkan proses penjemputan. Bagi mereka, ini bukan sekadar rutinitas ini panggilan kemanusiaan.

Perburuan di Pagi Hari

Selasa pagi, 18 November, suasana Surau Gadang tampak berbeda. Warga berkerumun, menunggu apa yang akan terjadi. Mobil YPJI berhenti di depan rumah salah seorang warga. Relawan turun, membawa perlengkapan sederhana tetapi penuh harapan. Namun, rencana tidak semudah itu.

Saat hendak dijemput, Amaik lari.

Ia berlari menyusuri gang-gang kecil, lorong sempit, hingga menghilang dari pandangan. Evi Yandri bersama tim dan beberapa warga spontan mengejar. Pencarian berlangsung cukup lama. Tim harus memeriksa sudut-sudut kampung, menyusuri pasar, dan bertanya pada pedagang.

Hingga akhirnya, Amaik ditemukan—berada di Pasar Siteba, duduk di pojok dengan ekspresi cemas dan ketakutan.

Awalnya ia meronta ketika didekati. Tetapi pendekatan persuasif, nada suara yang lembut, serta ketulusan tim perlahan meluruhkan kecemasannya. Ia akhirnya bersedia ikut. Momen itu mengharukan—sebuah bukti bahwa manusia, betapapun kacau kondisinya, sebenarnya hanya merindukan diperlakukan sebagai manusia.

YPJI: Rumah Kedua Bagi Mereka yang Tersisih

Amaik kini telah berada di YPJI Gunung Sarik, sebuah tempat yang dirancang bukan sekadar sebagai pusat rehabilitasi, tetapi sebagai rumah bagi mereka yang selama ini terabaikan.

Gedung-gedung di YPJI dibangun dengan konsep kenyamanan dan pengobatan holistik. “Perawatan bukan hanya soal medis,” kata Syafrizal, Ketua Yayasan YPJI. “Pendekatan psikologis dan spiritual itu penting. Mereka bukan hanya butuh obat, tapi juga butuh diperlakukan sebagai manusia.”

Di YPJI, pasien diajarkan kembali rutinitas sederhana shalat, mandi, membersihkan diri dan lingkungan, serta makan teratur dengan menu gizi seimbang. Banyak dari mereka terputus dari dunia luar selama bertahun-tahun. Bahkan hal dasar seperti memegang sendok atau merapikan tempat tidur pun harus diajarkan ulang.

Lebih dari itu, YPJI memberikan pelatihan keterampilan. Ada kelas membuat kue, otomotif, hingga barber shop. Pasien yang mulai pulih diarahkan untuk memahami bahwa mereka masih punya masa depan bahwa kehidupan tidak berhenti hanya karena mereka tersesat di jalan yang gelap.

Berkat yang Terus Menular

Sejak 2014, YPJI dibangun dari fasilitas seadanya. Berawal dari kepedulian kecil beberapa orang, kini yayasan tersebut telah menjadi tempat penyembuhan bagi ratusan pasien ODGJ dan pecandu narkoba dari berbagai kabupaten/kota di Sumbar. Dukungan pemerintahan Sumbar membuat yayasan ini terus berkembang.

Penjemputan seperti yang dialami Amaik bukan pertama kali dilakukan. Sett tahun-tahun terakhir, Evi Yandri dan YPJI telah menjemput ODGJ hingga ke Pasaman, Padang Pariaman, bahkan daerah-daerah terpencil lainnya. Semua dilakukan dengan satu prinsip:

“ODGJ adalah saudara kita. Mereka berhak sehat, berhak hidup layak, berhak diperlakukan sebagai manusia.”

Warga Surau Gadang Merasa Lebih Tenang

Lurah Surau Gadang, Andrika Sari, yang turut mendampingi proses penjemputan, mengaku sangat terbantu. “Kami berterima kasih kepada Pak Evi dan YPJI. Warga kami merasa lega. Kegiatan sosial seperti ini sangat kami apresiasi.”

Kini, kampung Surau Gadang dapat beraktivitas dengan lebih tenang. Keresahan mereda. Amaik tidak lagi berkeliaran tanpa arah. Ia sedang memulai babak baru—babak yang mungkin selama ini tidak pernah ia bayangkan.

Akhir yang Baru

Penjemputan Amaik bukan sekadar menghilangkan keresahan warga, tetapi juga membuka pintu bagi seseorang yang selama ini hidup dalam kegelapan. Sebuah kehidupan baru dimulai di Gunung Sarik, di tangan orang-orang yang percaya bahwa setiap manusia bisa kembali pulih jika diberi kesempatan.

Dan bagi warga Surau Gadang, ini bukan hanya tentang menyelesaikan masalah. Ini tentang bagaimana kepedulian kolektif dapat menyelamatkan satu nyawa dan mengembalikan martabat seorang manusia yang sempat hilang.

(Mond)

#ODGJ #Padang #Peristiwa