Motif Sadis Bripda Waldi Habisi Erni: Dihina Playboy, Dibilang Miskin, Sering Minta Uang

Anggota Propam Polres Tebo, Bripda Waldi Aldiyat yang membunuh dosen bernama Erni Yuniati. Foto: Dok. Istimewa 
D'On, Jambi - Kisah cinta yang awalnya berawal dari kedekatan antara seorang polisi muda dan seorang dosen cantik di Muaro Bungo, Jambi, berakhir dengan tragedi berdarah yang mengguncang publik. Di balik seragam dan jabatan, tersimpan bara cemburu, penghinaan, dan dendam yang akhirnya berubah menjadi aksi keji.
Bripda Waldi Aldiyat, anggota Propam Polres Tebo, kini duduk sebagai tersangka atas pembunuhan Erni Yuniati (37 tahun) dosen sekaligus Ketua Program Studi S1 Keperawatan Institut Administrasi dan Kesehatan Setih Setio (IAKSS) Muaro Bungo. Di mata banyak orang, Erni dikenal sebagai sosok cerdas, berpendidikan, dan disegani. Tak ada yang menyangka bahwa hubungannya dengan seorang anggota polisi muda justru berakhir tragis.
Dari Cinta, Jadi Bencana
Kapolres Bungo, AKBP Natalena Eko Cahyono, mengungkapkan bahwa hubungan keduanya memang sempat dekat. Bahkan, dari hasil pemeriksaan, diketahui bahwa Erni sering memberikan uang kepada Waldi.
“Berdasarkan hasil pemeriksaan, pelaku ini sering diberikan uang oleh korban,” ujar AKBP Natalena, Senin (3/11).
Namun hubungan itu tidak berjalan mulus. Antara keduanya sering terjadi cekcok. Hingga pada satu titik, Erni melontarkan kalimat yang menusuk ego Waldi sebagai seorang pria sekaligus anggota polisi.
“Korban menjelek-jelekkan tersangka. Ia mengatakan, ‘Kamu ini playboy, punya pacar banyak. Aku gak suka sama kamu kalau kamu bukan polisi. Ganteng juga enggak, malah kamu ini miskin, sering minta duit ke aku’,” ungkap Natalena menirukan pengakuan tersangka.
Kata-kata itu, menurut penyidik, menjadi pemicu amarah Waldi. Harga diri dan gengsinya sebagai seorang anggota kepolisian seakan diinjak. Emosi yang memuncak itu kemudian berubah menjadi tindakan brutal.
Pembunuhan yang Sudah Direncanakan
Hasil penyelidikan menunjukkan, Waldi bukan hanya bertindak karena emosi sesaat. Ia datang ke rumah Erni di Kecamatan Rimbo Tengah, Kabupaten Bungo, dengan persiapan yang cukup matang.
“Pelaku sudah mempersiapkan dengan proses yang lumayan sulit,” terang Kapolres.
Setelah sampai di rumah korban, terjadi pertengkaran hebat. Dalam suasana emosi yang tak terkendali, Waldi melampiaskan amarahnya dengan kekerasan. Erni dianiaya hingga tewas dalam kondisi mengenaskan.
Tubuh Erni ditemukan dalam keadaan hanya mengenakan pakaian dalam, kepalanya tertutup bantal, dan kakinya dibalut sarung. Wajah, leher, serta bahunya penuh lebam dan luka. Bahkan bagian kepala korban mengalami benturan keras yang diduga akibat hantaman benda tumpul.
Ditemukan oleh Sahabatnya
Tragedi ini terungkap setelah salah seorang teman Erni merasa curiga karena dosen tersebut tak kunjung bisa dihubungi. Saat datang ke rumahnya, pintu belakang tidak terkunci. Ketika masuk, ia dikejutkan dengan pemandangan mengerikan tubuh Erni terbujur kaku di atas kasur, tertutup sebagian kain dan bantal.
Panicked, sang teman langsung menghubungi pihak berwajib. Dalam waktu kurang dari 24 jam, tim Polres Bungo berhasil mengungkap siapa pelaku di balik pembunuhan sadis itu.
Motif Uang dan Harga Diri
Tak hanya membunuh, Waldi juga mengambil barang-barang berharga milik korban seperti mobil Honda Jazz, motor Honda PCX, serta sejumlah perhiasan. Diduga, selain dendam, ada pula motif ekonomi yang mendorong aksinya.
“Pelaku ini bukan hanya membunuh, tapi juga berusaha mengaburkan jejak dengan membawa kabur harta benda korban,” ujar AKBP Natalena.
Namun, upayanya untuk menutupi kejahatan itu tak berhasil. Polisi dengan cepat mengidentifikasi keberadaan Waldi dan menangkapnya dalam waktu singkat.
Aksi Bengis Seorang Penegak Hukum
Kasus ini menambah panjang daftar pelanggaran berat yang dilakukan oleh oknum anggota kepolisian. AKBP Natalena tak menutupi kekecewaannya.
“Pelaku memang sangat bengis. Korban ditemukan dalam kondisi yang sangat mengenaskan,” tegasnya.
Kini, Bripda Waldi harus menghadapi kenyataan pahit. Seragam yang dulu dibanggakan kini menjadi beban. Ia tak hanya kehilangan kebebasan, tapi juga masa depan dan nama baik institusi yang sempat ia wakili.
Sementara itu, keluarga dan rekan-rekan korban masih sulit menerima kenyataan pahit ini. Seorang wanita cerdas dan berprestasi, tewas di tangan pria yang pernah ia percayai.
Cinta, kata orang, bisa membuat seseorang buta. Tapi dalam kasus ini, cinta yang disertai ego, gengsi, dan penghinaan telah menjelma menjadi tragedi yang memutus dua kehidupan satu di liang lahat, dan satu di balik jeruji besi.
(K)
#OknumPolisiBunuhDosen #Pembunuhan #Kriminal