Korban Bencana Hidrometeorologi di Sumbar Meningkat: 90 Meninggal, 86 Masih Hilang Pemprov Sumbar: “Data terus bergerak, pencarian belum berhenti.”

Data Laporan Bencana Banjir Sumbar
D'On, Sumatera Barat — Sepekan lebih sejak rangkaian bencana hidrometeorologi menerjang Sumatera Barat pada 21 November 2025, jumlah korban terus bertambah. Pemerintah Provinsi Sumatera Barat melalui Pusdalops BPBD kembali merilis pembaruan data pada Sabtu (29/11) pukul 14.00 WIB. Angkanya membuat napas para petugas dan keluarga korban kembali berat: 90 jiwa telah ditemukan meninggal dunia, sementara 86 orang masih hilang dan belum berhasil dievakuasi.
Gelombang laporan terbaru datang dari Kabupaten Tanah Datar, wilayah yang sebelumnya dinyatakan nihil korban. Sekretaris Daerah Provinsi Sumbar, Arry Yuswandi, menjelaskan bahwa BPBD kabupaten tersebut mengirimkan pembaruan faktual terkait temuan lapangan.
“Berdasarkan laporan terbaru dari BPBD Tanah Datar, terdapat tambahan dua korban meninggal dunia dan satu orang hilang. Data ini dinamis dan akan terus kami perbarui sesuai kondisi di lapangan,” ujar Arry di Padang.
Dengan masuknya laporan tersebut, total korban di seluruh provinsi kembali berubah, mengikuti irama kerja tim SAR gabungan yang hingga kini masih menyisir sungai, lereng bukit, hingga permukiman yang tertimbun material longsor.
Peta Korban: Agam Tetap Paling Parah
Dari 16 kabupaten/kota yang terdampak, tujuh di antaranya melaporkan adanya korban jiwa atau orang hilang. Kabupaten Agam masih menjadi pusat luka terdalam dengan jumlah korban terbanyak.
Berikut rincian persebaran korban berdasarkan kabupaten/kota:
- Kabupaten Agam: 74 meninggal, 78 hilang
- Kota Padang Panjang: 7 meninggal, 0 hilang
- Kota Padang: 5 meninggal, 0 hilang
- Kabupaten Tanah Datar: 2 meninggal, 1 hilang
- Kabupaten Pasaman Barat: 1 meninggal, 6 hilang
- Kabupaten Padang Pariaman: 0 meninggal, 1 hilang
- Kota Solok: 1 meninggal, 0 hilang
Sementara itu, 9 kabupaten/kota lain menyampaikan laporan nihil korban jiwa maupun orang hilang. Di antaranya: Kota Pariaman, Kota Bukittinggi, Kabupaten Pasaman, Kota Payakumbuh, Kepulauan Mentawai, Kabupaten Limapuluh Kota, Solok Selatan, Kabupaten Solok, dan Kabupaten Pesisir Selatan.
Meski demikian, laporan kerusakan infrastruktur dan permukiman dari sejumlah daerah tersebut tetap menunjukkan skala dampak yang meluas.
Medan Pencarian: air keruh, akses terputus, dan waktu yang kian menipis**
Di balik angka-angka itu, setiap lokasi pencarian memiliki tantangan berbeda. Di Agam, tim gabungan menghadapi aliran sungai berarus cepat, tumpukan kayu gelondongan, dan material vulkanik yang terbawa banjir bandang. Kondisi cuaca yang masih berubah-ubah membuat operasi penyisiran kerap harus dihentikan sementara.
Sementara di Tanah Datar, akses menuju titik longsor masih terbatas akibat jalan yang terputus. Sejumlah alat berat belum bisa masuk ke beberapa lokasi, memaksa petugas memakai metode manual untuk mencari korban yang diperkirakan tertimbun.
Pusdalops BPBD Sumbar mencatat bahwa sejak 21 November, seluruh unsur SAR Basarnas, TNI, Polri, relawan, dan masyarakat bekerja dengan pola rotasi nyaris tanpa jeda.
Posko Terpadu: Data Bergerak, Kebutuhan Mengalir
Sekda Arry menegaskan bahwa seluruh data yang disampaikan merupakan angka sementara, karena proses pencarian dan verifikasi masih berlangsung.
“Perkembangan data korban, kerusakan, hingga kebutuhan penanganan darurat akan terus diperbarui melalui Posko Terpadu Penanganan Bencana Provinsi. Informasi bergerak seiring temuan di lapangan,” kata Arry.
Di posko-posko pengungsian, kebutuhan mendesak terus mengalir: logistik makanan, selimut, pakaian layak pakai, obat-obatan, hingga layanan bagi anak-anak dan lansia. Beberapa wilayah yang masih terisolasi menjadi perhatian khusus pemerintah provinsi.
Duka yang Belum Selesai
Di tengah upaya pencarian yang belum berhenti, keluarga korban masih menunggu kabar dengan campuran harap dan cemas. Setiap pembaruan data terasa seperti membuka kembali lembaran yang belum sempat tertutup. Pemerintah Provinsi Sumbar mengimbau masyarakat untuk selalu memantau informasi resmi dan menghindari kabar tidak terverifikasi yang berpotensi memicu kepanikan.
Sampai hari ini, Sumatera Barat masih berada dalam fase darurat, dan deretan angka korban adalah pengingat bahwa bencana ini belum selesai dan upaya penyelamatannya terus berkejaran dengan waktu.
(Mond)
#BanjirSumbar #SumateraBarat #BencanaAlam