Janji Manis Jadi Anggota Polri Berujung Tipu-Tipu: Oknum Pemred Media Online di Sumbar Raup Uang Puluhan Juta dari Warga Dharmasraya
D'On, Dharmasraya – Kasus penipuan dengan modus “jalur khusus” masuk Kepolisian Republik Indonesia (Polri) kembali mencuat di Sumatera Barat. Kali ini, dugaan kuat mengarah kepada seorang oknum pimpinan redaksi (Pemred) media online berinisial RAU, yang diduga menipu seorang warga Dharmasraya dengan iming-iming bisa meloloskan anak korban menjadi anggota Polri.
Modusnya klasik, namun dilakukan dengan cara yang tampak meyakinkan. RAU, yang dikenal aktif di dunia media lokal, mengaku memiliki “jalur langsung” ke Mabes Polri. Ia bahkan memperkuat citra dirinya dengan menampilkan foto-foto akrab bersama sejumlah pejabat tinggi Polri dan TNI di akun WhatsApp bisnisnya sebuah strategi yang membuat calon korbannya percaya bahwa ia benar-benar memiliki koneksi kuat di tubuh kepolisian.
Janji Manis Berujung Petaka
Korban, yang enggan disebutkan namanya, menceritakan kisahnya dengan nada getir. Semua bermula ketika RAU menjanjikan bisa membantu anak korban lolos menjadi anggota Polri dengan “biaya administrasi” sebesar Rp150 juta.
“Dia bilang bisa bantu dari pusat, langsung lewat Mabes. Saya percaya, karena sering lihat dia posting foto dengan petinggi polisi dan tentara,” tutur korban melalui sambungan telepon, Kamis (30/10) siang.
Korban mengaku sudah mengirim uang secara bertahap sebanyak empat kali transfer, dengan total Rp102 juta, termasuk tambahan “uang jalan” sebesar Rp2 juta.
Namun yang paling menyakitkan, kata korban, RAU pernah meminta Rp25 juta tambahan pada pukul 02.00 dini hari dengan alasan “mendadak dibutuhkan”. Karena panik dan berharap besar, korban sampai meminjam uang kepada rekannya pada tengah malam dan mengirimkan dana itu satu jam kemudian.
“Dia minta malam-malam, katanya harus segera dikirim agar proses di Mabes bisa cepat. Saya sampai pinjam uang jam tiga pagi,” kenang korban dengan nada kecewa.
Empat Bulan Janji Tak Berujung
Alih-alih menepati janji, selama empat bulan terakhir RAU hanya memberikan janji manis tanpa hasil. Korban terus menunggu kabar baik yang tak kunjung datang.
“Sudah empat bulan ini saya hanya dijanjikan terus. Katanya uang sudah diserahkan ke orang lain, tapi belum dikembalikan,” ungkap korban menirukan alasan RAU.
Sementara uang ratusan juta sudah lenyap, nasib anak korban yang diharapkan bisa menjadi anggota Polri pun tak jelas.
Konfirmasi Berbelit, Jawaban RAU Tak Menjawab
Ketika dikonfirmasi oleh wartawan melalui akun WhatsApp-nya pada Kamis (6/11) dini hari, RAU justru berkelit dan menyebut kasus tersebut adalah “delik aduan” artinya, menurutnya, tidak bisa diproses hukum jika belum ada laporan resmi dari korban, seperti dikutip dari DenBagus.co
“Dugaan penipuan adalah delik aduan. Sejauh ini tidak ada laporan polisi terhadap saya. Jadi tuduhan itu tidak berdasar,” tulis RAU dalam pesan singkatnya.
Namun, alih-alih menjawab inti pertanyaan soal uang korban yang belum dikembalikan, RAU malah mencoba mengalihkan pembicaraan ke topik lain bahkan menyeret isu tambang yang tidak ada kaitannya dengan kasus penipuan tersebut.
Citra Polri yang Tercoreng
Perilaku seperti ini bukan hanya merugikan korban secara materi, tetapi juga merusak citra Polri di mata publik. Janji-janji palsu yang mengatasnamakan institusi kepolisian membuat masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap proses rekrutmen yang sebenarnya transparan dan bebas biaya.
Sumber di lingkungan kepolisian yang enggan disebutkan namanya menegaskan bahwa tidak ada jalur khusus atau biaya “pengondisian” dalam seleksi anggota Polri. Semua proses dilakukan secara terbuka dan murni berdasarkan kemampuan peserta.
“Kalau ada yang mengaku bisa bantu masuk Polri dengan uang, itu pasti penipuan. Tidak ada istilah ‘jalur belakang’ di rekrutmen resmi kami,” ujarnya.
Korban Minta Keadilan
Korban kini hanya berharap uangnya bisa kembali. Ia mengaku trauma dan menyesal telah mempercayai RAU yang semula dikenal sebagai orang yang “terhormat” karena jabatannya di dunia media.
“Saya sudah capek dijanjikan. Sekarang saya cuma ingin uang saya dikembalikan. Ini bukan jumlah kecil,” ucapnya lirih.
Hingga berita ini diturunkan, RAU belum memberikan klarifikasi yang jelas mengenai uang yang telah diterimanya maupun proses yang dijanjikan kepada korban.
Kasus ini menjadi peringatan keras bagi masyarakat agar tidak mudah percaya pada oknum yang mengaku bisa meloloskan seseorang menjadi anggota Polri atau instansi apa pun dengan membayar sejumlah uang.
Proses seleksi resmi Polri tidak dipungut biaya sepeser pun, dan segala bentuk pungutan di luar mekanisme resmi adalah tindak penipuan yang harus dilaporkan ke pihak berwajib.
Catatan Redaksi:
Kasus ini sedang ditelusuri lebih lanjut. Masyarakat yang pernah menjadi korban dengan modus serupa diminta segera melapor ke pihak kepolisian agar praktik semacam ini tidak kembali terulang dan menodai nama baik institusi penegak hukum di Indonesia.
(*)
#Penipuan #Kriminal
