Breaking News

Warga Dua Kecamatan di Pesisir Selatan Geruduk PT. Incasi Raya: “Kami Menuntut Hak Kami, Bukan Meminta Belas Kasihan!”

Warga Kecamatan Pancung Soal dan Air Pura Lakukan Demonstrasi Tuntutan PT Incasi Raya Untuk Kembalikan Hakn Plasma 20% kepada Rakyat (Dok: Anto Dikana) 

D'On, Pesisir Selatan —
Suara raungan sepeda motor bercampur dengan dentuman mesin mobil bak terbuka memecah keheningan pagi di Inderapura, Senin (27/10/2025). Di bawah terik matahari yang mulai meninggi, ratusan warga dari dua kecamatan Pancung Soal dan Air Pura  bergerak serempak menuju kompleks pabrik PT. Incasi Raya.

Dengan spanduk besar bertuliskan “Kembalikan Hak Kami, 20% Plasma Adalah Hak Rakyat Inderapura”, massa berangkat dari Posko Inderapura Bersatu, Gudang Garan Muara Sakai, menuju pintu gerbang perusahaan sawit raksasa tersebut. Aksi yang berlangsung damai itu segera menyita perhatian publik karena menjadi simbol perlawanan masyarakat terhadap korporasi yang dianggap telah mengabaikan janji mereka selama bertahun-tahun.

Aksi dengan Pengamanan Ketat

Tak ingin kecolongan, aparat gabungan dari Polres Pesisir Selatan, Polsek Pancung Soal, Polsek Tapan, hingga personel TNI dikerahkan untuk menjaga jalannya aksi.
Kapolres Pessel AKBP Derry Indra, S.I.K., M.H. turut hadir di lokasi, memastikan situasi tetap kondusif di tengah gelombang massa yang terus bertambah.

Meski berbaris rapi di bawah pengawasan ketat petugas, wajah-wajah warga tampak tegas dan penuh tekad. Spanduk, poster, serta orasi lantang mereka menjadi cerminan kekecewaan yang sudah menumpuk lama  terhadap perusahaan yang, menurut warga, telah “menikmati hasil bumi Inderapura tanpa menunaikan kewajiban sosialnya.”

“Kami Menuntut Hak, Bukan Mengemis!”

Koordinator lapangan aksi, Lucky Andesco, berdiri di atas mobil komando dengan pengeras suara di tangan. Suaranya menggema di tengah kerumunan massa.

“Kami datang bukan untuk membuat onar. Kami datang untuk menuntut hak yang sudah dijanjikan. Plasma 20% itu bukan hadiah, tapi hak kami! Kami ingin PT. Incasi Raya menunjukkan di mana kebun plasma itu berada!” teriak Lucky disambut sorak dan tepuk tangan warga.

Menurut Lucky, sudah bertahun-tahun masyarakat menunggu realisasi kebun plasma 20% dari lahan Hak Guna Usaha (HGU) milik PT. Incasi Raya, sebagaimana diatur dalam ketentuan perkebunan. Namun hingga kini, janji itu belum juga ditepati.

“Perusahaan sudah menikmati keuntungan besar dari tanah kami. Tapi masyarakat tetap hidup susah, jalan rusak, lahan terbatas, dan plasma tak pernah jelas. Kami hanya ingin keadilan,” lanjutnya dengan nada getir.

Tuntutan yang Akan Terus Diperjuangkan

Warga Inderapura menyatakan tidak akan berhenti sampai hak mereka dipenuhi. Mereka menegaskan bahwa aksi hari ini hanyalah awal dari perjuangan panjang. Bila PT. Incasi Raya tidak segera memberikan kejelasan soal kebun plasma 20%, masyarakat siap mengambil langkah yang lebih tegas.

“Kalau tuntutan kami tidak ditanggapi, kami akan lumpuhkan kegiatan PT. Incasi Raya. Kami siap berdiri di garis depan sampai hak kami benar-benar diberikan,” tegas Lucky dalam orasinya yang memantik semangat massa.

Potret Ketimpangan di Tanah Sendiri

Aksi ini menjadi simbol dari keresahan masyarakat pedesaan yang merasa tertinggal di tengah gemuruh investasi besar perkebunan sawit. Di satu sisi, PT. Incasi Raya berdiri megah dengan lahan HGU ribuan hektar, sementara di sisi lain, warga sekitar masih bergelut dengan keterbatasan ekonomi.

Janji “kebun plasma 20%” yang seharusnya menjadi bentuk keadilan sosial, justru menjadi sumber konflik berkepanjangan. Warga menilai perusahaan seolah “berlindung di balik legalitas”, sementara masyarakat terus terpinggirkan dari hasil bumi mereka sendiri.

Menunggu Itikad Baik Perusahaan

Hingga berita ini ditulis, belum ada pernyataan resmi dari pihak manajemen PT. Incasi Raya terkait aksi demonstrasi tersebut. Massa masih bertahan di sekitar lokasi pabrik dengan pengawasan ketat aparat keamanan.

Satu hal yang jelas, aksi di Inderapura hari ini bukan sekadar protes. Ia adalah suara perlawanan dari masyarakat yang merasa ditindas di tanah kelahirannya sendiri.

“Kami tidak menuntut lebih. Kami hanya ingin hak kami dikembalikan,” kata seorang warga tua dengan mata berkaca-kaca sambil menggenggam erat spanduk bertuliskan ‘Tanah Ini Milik Kami’.

Catatan Redaksi

Aksi warga Inderapura membuka kembali wacana besar tentang keadilan sosial dalam pengelolaan sumber daya alam. Ketika perusahaan dan masyarakat bersinggungan dalam urusan tanah dan hak ekonomi, yang dibutuhkan bukan sekadar aturan, tetapi juga kejujuran dan niat baik untuk berbagi manfaat secara adil.

(KP)

#Peristiwa #Demonstrasi #IncasiRaya #PesisirSelatan