Tragedi di Tengah Gencatan Senjata: Jurnalis Palestina Saleh Aljafarawi Tewas Ditembak di Gaza
Jurnalis Palestina Saleh Aljafarawi tewas pada Minggu 12 Oktober 2025 waktu setempat ketika meliput bentrokan di Kota Gaza, Palestina. (Instagram.com/@bullyb170)
D'On, Gaza — Dentuman senjata kembali memecah ketenangan rapuh di Kota Gaza, hanya beberapa hari setelah kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas diumumkan ke dunia. Di tengah kekacauan yang belum reda itu, seorang jurnalis muda, Saleh Aljafarawi, tewas tertembak saat menjalankan tugasnya melaporkan realitas di lapangan yang selama ini menjadi saksi bisu penderitaan rakyat Palestina.
Menurut laporan Al Jazeera pada Senin (13/10/2025), Saleh, 28 tahun, ditemukan tak bernyawa di kawasan Sabra, salah satu distrik padat penduduk di Gaza. Tubuhnya tergeletak di antara reruntuhan bangunan, masih mengenakan rompi antipeluru bertuliskan “PRESS” di bagian dada simbol profesi yang semestinya memberi perlindungan, tapi kali ini tak mampu menyelamatkannya dari peluru.
Bentrokan di Tengah Bayangan Damai yang Rapuh
Sumber-sumber di Palestina melaporkan bahwa bentrokan sengit terjadi pada Minggu (12/10/2025) malam waktu setempat, antara pasukan keamanan Hamas dan kelompok bersenjata dari klan Doghmush, sebuah keluarga besar yang dikenal memiliki pengaruh kuat di wilayah Sabra.
Pertempuran itu berlangsung sengit di gang-gang sempit kawasan padat tersebut, menebar ketakutan baru bagi warga yang baru saja mulai kembali ke rumah setelah mengungsi dari serangan-serangan sebelumnya. Di tengah kekacauan itu, Saleh dilaporkan tengah merekam video dokumentasi kebiasaannya sejak perang Gaza pecah. Namun, kali ini, rekaman itu menjadi karya terakhirnya.
Sejumlah saksi mata mengatakan suara tembakan meletus bertubi-tubi, disusul kepulan asap tebal. “Dia masih merekam... lalu tiba-tiba terjatuh,” ujar seorang warga yang enggan disebutkan namanya kepada media lokal. Hingga kini, belum ada konfirmasi resmi dari otoritas Gaza terkait pelaku penembakan, namun banyak pihak menduga peluru berasal dari kelompok bersenjata yang terlibat bentrokan.
Otoritas Gaza: Milisi Bersenjata Terafiliasi Israel
Dalam pernyataan terpisah, seorang pejabat senior di Kementerian Dalam Negeri Gaza mengatakan kepada Al Jazeera bahwa bentrokan tersebut melibatkan milisi bersenjata yang berafiliasi dengan pendudukan Israel.
“Pasukan keamanan melakukan pengepungan terhadap kelompok milisi itu. Mereka menembaki warga sipil, termasuk pengungsi yang baru kembali dari Gaza selatan menuju Kota Gaza,” ungkap pejabat tersebut tanpa menyebutkan identitasnya.
Pernyataan itu menegaskan bahwa situasi keamanan di Gaza masih jauh dari stabil, meski gencatan senjata telah diumumkan. Dalam beberapa hari terakhir, sejumlah laporan lapangan menyebutkan masih sering terdengar tembakan sporadis, baik antarfraksi bersenjata maupun akibat provokasi di daerah-daerah sensitif.
Wajah Jurnalis di Medan Perang: Antara Ideal dan Bahaya
Kematian Saleh Aljafarawi menambah daftar panjang jurnalis Palestina yang gugur di medan konflik, terutama sejak perang Gaza terakhir yang menewaskan ratusan pekerja media. Saleh dikenal luas di media sosial karena video-videonya yang menampilkan keberanian luar biasa dalam mendokumentasikan kehancuran, penderitaan warga, dan serangan udara Israel.
Dalam salah satu unggahan terakhirnya di platform X (Twitter), ia menulis:
“Kami tidak punya tempat aman di sini. Tapi kami tetap merekam, karena dunia harus tahu apa yang terjadi.”
Kalimat itu kini menjadi epitaf bagi seorang jurnalis muda yang hidupnya diabdikan untuk kebenaran—dan berakhir karena peluru di tanah yang tak pernah damai.
Gencatan Senjata yang Belum Sepenuhnya Damai
Meskipun kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel disambut dengan kelegaan di berbagai penjuru dunia, realitas di lapangan berkata lain. Otoritas Gaza sebelumnya telah memperingatkan bahwa situasi keamanan masih sangat genting, terutama karena kehadiran berbagai kelompok bersenjata yang beroperasi di luar kendali pemerintah.
Sabra, tempat tewasnya Saleh, selama ini dikenal sebagai wilayah yang rawan bentrokan internal bukan hanya antara Hamas dan kelompok bersenjata lokal, tetapi juga antarfraksi yang memperebutkan pengaruh pascaperang.
Kematian Saleh menjadi simbol paradoks Gaza: di saat dunia berbicara tentang perdamaian, peluru masih berseliweran di jalanan yang hancur; di saat jurnalis mencari kebenaran, justru kebenaran itu dibungkam dengan darah.
Tragedi ini bukan sekadar kehilangan satu nyawa, tetapi juga pukulan bagi kebebasan pers di tanah yang telah lama berlumuran konflik. Saleh Aljafarawi kini menjadi bagian dari sejarah kelam Gaza seorang jurnalis muda yang memilih kamera sebagai senjata, dan kebenaran sebagai medan perjuangan terakhirnya.
(Reuters)
#Internasional #JurnalisTewas #Gaza