Ribuan Laporan Masuk ke ‘Lapor Pak Purbaya’: Dari Pegawai Bea Cukai Nongkrong di Kafe hingga Cukong Rokok Ilegal
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa.
D'On, Jakarta — Sejak kanal pengaduan “Lapor Pak Purbaya” dibuka, ponsel Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa seolah tak pernah berhenti bergetar. Dalam waktu singkat, lebih dari 15.900 pesan WhatsApp masuk ke nomor khusus tersebut menandakan antusiasme sekaligus keresahan publik terhadap perilaku aparat di bawah Kementerian Keuangan.
Dari total 15.933 pesan yang diterima, sebanyak 13.285 di antaranya berisi laporan dugaan pelanggaran. Sementara 2.459 pesan lainnya berisi ucapan selamat, dukungan moral, dan harapan agar Kemenkeu bersih dari praktik menyimpang.
Namun, dari ribuan laporan itu, satu pengaduan yang dibacakan langsung oleh Purbaya di hadapan awak media membuat ruangan mendadak hening.
Pegawai Bea Cukai Nongkrong Seharian di Kafe
Dalam laporan yang dibacakan Purbaya pada Jumat (17/10) di kantor Kemenkeu, Jakarta, seorang warga mengeluhkan sejumlah pegawai Bea Cukai yang sering terlihat nongkrong di coffee shop sambil memakai seragam dinas lengkap.
Mereka datang bergerombol, membawa laptop, dan menghabiskan waktu seharian di tempat itu. Ironisnya, bukannya membahas tugas kedinasan, para pegawai itu malah berbicara keras-keras soal bisnis pribadi — dari jual beli mobil hingga aset lainnya.
“Setiap hari saya melihat petugas Bea Cukai nongkrong lengkap dengan laptop dan meeting dengan banyak orang lain sesama petugas Bea Cukai,” ujar Purbaya, membacakan isi laporan tersebut.
Keluhan ini sontak membuat Purbaya geram. Baginya, perilaku semacam itu mencoreng wajah institusi yang tengah berusaha keras memperbaiki citra di mata publik setelah berbagai kasus etik menimpa pegawai pajak dan Bea Cukai.
“Hari Senin, Kalau Masih Ketemu Begitu, Saya Pecat”
Nada suara Purbaya meninggi ketika menanggapi laporan tersebut. Ia menyebut akan menindak tegas siapa pun yang mempermalukan Kemenkeu di ruang publik, terlebih jika dilakukan saat mengenakan seragam dinas.
“Hari Senin ke depan kalau ada yang ketemu begini lagi, saya akan pecat. Walaupun katanya pecat pegawai negeri susah, saya akan persulit hidupnya,” tegasnya, tanpa ragu.
Pernyataan itu bukan sekadar gertakan. Purbaya dikenal blak-blakan dan tak segan menindak bawahannya yang kedapatan bermain-main dengan jabatan. Dalam beberapa bulan terakhir, ia memang mendorong terbentuknya budaya baru di tubuh Kemenkeu: disiplin, transparan, dan bebas dari arogansi jabatan.
Laporan Lain: Rokok Ilegal, Premanisme, dan “Cukong” Daerah
Selain kasus pegawai nongkrong di kafe, sejumlah laporan lain yang masuk ke kanal Lapor Pak Purbaya juga membuka potret kelam di lapangan.
Beberapa laporan menyoroti peredaran pita cukai rokok ilegal di Madura, praktik premanisme oleh oknum pajak di Tigaraksa, hingga dugaan tebang pilih dalam penindakan rokok ilegal di Karimun, Kepulauan Riau, yang disebut-sebut mengabaikan distributor besar yang memiliki “backing” kuat.
Kasus-kasus ini menunjukkan bahwa penyakit lama di sektor fiskal dan kepabeanan masih terus hidup, bertransformasi, dan kadang bersembunyi di balik seragam resmi.
Tim Khusus untuk Bongkar Cukong dan Oknum
Purbaya tak tinggal diam. Untuk memastikan setiap laporan ditindaklanjuti, ia membentuk tim khusus beranggotakan pejabat senior dari Direktorat Jenderal Bea Cukai dan Direktorat Jenderal Pajak.
Tim ini ditugaskan untuk memetakan jaringan penyimpangan di daerah, sekaligus menyusun daftar nama-nama “cukong” besar yang kerap bermain di balik layar.
“Mereka tahu siapa saja cukong-cukongnya. Saya minta di-list per daerah. Kalau ada kaitannya dengan oknum, kita proses,” tegas Purbaya.
“Katanya banyak backing, tapi backing-nya paling orang Bea Cukai juga. Kita bereskan.”
Dengan nada dingin namun penuh keyakinan, Purbaya menegaskan bahwa tak ada lagi ruang bagi pegawai nakal di bawah kementerian yang ia pimpin.
Gerakan Moral dari Bawah
Kanal Lapor Pak Purbaya kini menjadi wadah baru bagi masyarakat untuk bersuara langsung ke pusat kekuasaan fiskal negara. Bagi sebagian orang, kanal ini ibarat “pintu pengharapan” bahwa jeritan soal ketidakadilan di lapangan akhirnya bisa terdengar di ruang rapat para pejabat tinggi.
Namun di sisi lain, gelombang laporan ini juga menjadi cermin buram birokrasi kita: betapa perilaku segelintir aparatur bisa menggerus kepercayaan publik yang sudah lama menipis.
Kini, semua mata tertuju pada langkah konkret Purbaya berikutnya. Apakah ancaman pemecatan hanya berhenti di podium konferensi pers, atau benar-benar menjadi lonceng perubahan di tubuh Kemenkeu.
Yang jelas, lonceng itu sudah dibunyikan keras dan tanpa kompromi.
(Mond)
#RokokIlegal #BeaCukai #Nasional #MenteriKeuangan #PurbayaYudhiSadewa