Erick Thohir Tegas: Suporter Timnas Harus Move On dari Shin Tae-yong

Ketua Umum PSSI Erick Thohir menyampaikan sambutan pada Kongres Biasa PSSI 2025 di Hotel The Ritz-Carlton, Jakarta, Rabu (4/6/2025).
D'On, Jakarta — Setelah lima tahun penuh drama, kerja keras, dan euforia kebangkitan sepak bola nasional bersama Shin Tae-yong (STY), Ketua Umum PSSI Erick Thohir akhirnya meminta para suporter untuk menatap masa depan baru. Ia menegaskan bahwa masa Shin Tae-yong sudah berakhir, dan kini saatnya publik sepak bola Indonesia move on.
“Kalau saya pikir gini. Kita kan mesti move on. Kalau kita move on sama Patrick, ya kita juga move on sama Shin Tae-yong,” ujar Erick Thohir dalam keterangannya di Jakarta, dikutip dari Antara, Jumat (24/10/2025).
Ucapan Erick itu bukan tanpa alasan. Setelah kegagalan tim nasional menembus Piala Dunia 2026 yang akan digelar di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko kursi pelatih kepala tim Garuda kembali kosong. Pelatih terakhir, Patrick Kluivert, yang sempat diharapkan menjadi penerus proyek jangka panjang Shin Tae-yong, akhirnya berpisah dengan tim hanya beberapa bulan setelah penunjukannya.
Bayangan Shin Tae-yong Masih Kuat di Benak Suporter
Sejak diumumkannya kabar pemutusan kerja sama dengan Kluivert, jagat media sosial kembali ramai. Nama Shin Tae-yong langsung kembali menjadi perbincangan hangat di kalangan suporter. Banyak yang menilai pelatih asal Korea Selatan itu masih layak memimpin skuad Garuda, apalagi ia dianggap berjasa besar dalam membangun fondasi disiplin dan mental juang tim nasional sejak awal 2020.
Namun, bagi Erick Thohir, nostalgia itu justru bisa menjadi penghambat langkah maju sepak bola Indonesia.
“(Shin Tae-yong dan Kluivert) itu sudah masa lalu. Jadi kita harus moving forward, mencari pelatih baru, dengan mempelajari kekurangan dan kelebihan keduanya,” tegas Erick.
Menurutnya, pengalaman bekerja dengan dua pelatih kelas dunia itu memberikan banyak pelajaran berharga bagi PSSI. Kini, federasi tengah memanfaatkan hasil evaluasi tersebut untuk merumuskan profil ideal pelatih yang bisa membawa Indonesia ke level lebih tinggi.
Evaluasi Menyeluruh untuk Membangun Ulang
Erick tidak menampik bahwa setiap pelatih memiliki karakter dan tantangannya masing-masing. Shin Tae-yong dikenal disiplin, keras, dan tegas dalam hal fisik dan taktik, sementara Kluivert membawa gaya Eropa Barat yang menekankan pada permainan menyerang dan fleksibilitas.
“Kita lihat STY, kita lihat Patrick, kekurangan dan kelebihan apa. Kalau bisa, kita perbaiki di pelatih berikutnya,” kata Erick.
Namun mencari sosok baru bukan hal yang mudah. Erick mengakui bahwa reputasi Indonesia di mata dunia sepak bola masih belum terlalu meyakinkan. Dengan posisi peringkat FIFA yang masih di luar 100 besar, pelatih-pelatih top dunia cenderung ragu untuk menerima tawaran menangani Tim Garuda.
“Saya lagi coba buka komunikasi ke banyak pihak karena jangan sampai persepsi yang terjadi beberapa kali terakhir ini mempersulit posisi kita mencari pelatih. Ranking kita masih rendah, jadi tidak mudah meyakinkan pelatih untuk datang,” jelas pria yang juga menjabat sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga itu.
Membangun Kepercayaan Dunia, Langkah Erick Thohir Berikutnya
Meski begitu, Erick tidak tinggal diam. Ia mengungkapkan tengah memanfaatkan jejaring internasionalnya hasil dari pengalaman panjangnya di dunia bisnis dan olahraga global untuk membuka peluang lebih besar mendatangkan pelatih berkualitas.
“Sekarang saya sedang mencoba memberi confidence (kepercayaan) balik melalui jaringan internasional saya bahwa kita tetap ingin punya long-term program (program jangka panjang). Apa yang terjadi kemarin itu bagian dari hasil yang memang harus kita tanggung jawab,” ujar Erick.
Erick menegaskan, PSSI tak ingin lagi terjebak dalam siklus “ganti pelatih, mulai dari nol”. Ia ingin proyek jangka panjang tetap berlanjut, meski berganti pelatih. Dengan demikian, sistem pembinaan dan filosofi bermain yang sudah dibangun dalam beberapa tahun terakhir tidak akan sia-sia.
Arah Baru Timnas: Dari Emosi ke Rasionalitas
Seruan move on dari Erick Thohir sejatinya menjadi refleksi bagi seluruh elemen sepak bola nasional. Dalam beberapa tahun terakhir, publik Indonesia kerap terjebak dalam euforia emosional terhadap figur pelatih. Padahal, membangun tim nasional yang kuat butuh waktu panjang dan konsistensi visi.
Kini, bola ada di tangan PSSI. Siapa pun pelatih baru yang akan datang nanti, tantangan utamanya bukan hanya mengangkat prestasi di lapangan, tetapi juga melanjutkan pondasi kerja keras yang telah ditinggalkan para pendahulunya.
Erick ingin memastikan satu hal: sepak bola Indonesia harus berjalan maju bukan lagi terjebak dalam nostalgia masa lalu.
“Move on bukan berarti melupakan jasa, tapi belajar dari masa lalu untuk melangkah lebih jauh,” tutupnya.
(T)
#ErickThohir #PSSI #Sepakbola #Olahraga