Balita 4 Tahun Terjatuh dari Kapal Saat Orang Tuanya Tertidur, Ditemukan Tak Bernyawa

Balita yang Jatuh dari Kapal di Tengah Laut saat Orang Tua Tertidur
D'On, Pangkep - Suasana duka menyelimuti keluarga kecil di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Sulawesi Selatan. Seorang balita perempuan bernama Andini (4) ditemukan meninggal dunia setelah dua hari menghilang di laut lepas. Ia terjatuh dari kapal jolloro perahu kayu tradisional yang biasa digunakan nelayan ketika kedua orang tuanya tertidur lelap di tengah perjalanan laut yang tenang.
Ditemukan Setelah Dua Hari Pencarian
Rabu (29/10/2025) pagi, sekitar pukul 10.00 WITA, tim SAR gabungan Basarnas Makassar akhirnya menemukan jasad kecil Andini di perairan Pulau Laiya, berjarak sekitar satu mil dari lokasi awal ia dilaporkan hilang.
Kepala Seksi Operasi Basarnas Makassar, Andi Sultan, mengungkapkan bahwa operasi pencarian hari ketiga dimulai sejak pukul 07.00 WITA dengan pembagian tiga sektor pencarian. Tim Basarnas dibantu oleh nelayan dan warga setempat yang ikut menyisir area laut menggunakan perahu tradisional.
“Alhamdulillah, sekitar pukul 10.00 WITA kami menerima informasi bahwa korban terlihat mengapung di sekitar perairan. Lokasinya sekitar satu mil dari titik koordinat yang kami plot sebelumnya,” ujar Andi Sultan dengan nada berat.
Mendapat laporan itu, tim SAR segera menuju lokasi dan mengevakuasi jenazah. Proses evakuasi berlangsung penuh keharuan. Warga setempat turut membantu mengangkat tubuh kecil Andini ke atas perahu, sebelum akhirnya dibawa ke daratan dan diserahkan kepada keluarga.
Tangis pecah ketika jenazah tiba di rumah duka. Orang tua Andini jatuh lemas, tak kuasa menahan kesedihan. Suara ratapan memecah keheningan siang, menandai berakhirnya harapan keluarga yang selama dua hari berharap putri kecil mereka bisa ditemukan selamat.
“Korban berhasil dievakuasi dan langsung dibawa ke rumah duka. Setelah itu, seluruh unsur pencarian kami tarik kembali, menandakan operasi SAR resmi ditutup,” tambah Andi Sultan.
Basarnas kemudian menggelar debriefing akhir, mengakhiri seluruh rangkaian pencarian yang melibatkan berbagai unsur: TNI AL, Polairud, dan masyarakat pesisir setempat.
Kronologi: Sekejap Terlelap, Nyawa Kecil Itu Melayang
Tragedi ini bermula pada Senin sore, 27 Oktober 2025, saat keluarga kecil itu berlayar menggunakan kapal jolloro dari Pulau Bangko-bangkoang menuju Pulau Karanrang, dua pulau kecil yang hanya dapat ditempuh lewat laut. Cuaca saat itu dilaporkan tenang, dengan angin sedang dan ombak kecil kondisi yang bagi banyak nelayan dianggap aman untuk melaut.
Di tengah perjalanan, sekitar pukul 15.00 WITA, kedua orang tua Andini dikabarkan tertidur di dek kapal. Tidak ada satu pun yang menyadari bahwa sang anak kecil bergerak mendekati tepi perahu. Tanpa suara, tubuh mungil itu tergelincir dan jatuh ke laut jauh dari jangkauan siapa pun.
Tidak ada saksi mata. Tidak ada teriakan minta tolong.
Ketika orang tuanya terbangun, kapal sudah berada di sekitar Pulau Kulambing dan Pulau Laiya, dan Andini tak lagi terlihat di atas dek.
Panik dan kebingungan, mereka berusaha mencari di sekitar kapal, berharap anaknya hanya bersembunyi atau tertidur di sudut lain. Namun kenyataan pahit segera menyergap: sang buah hati hilang di tengah laut luas.
Keluarga segera melapor kepada pihak berwenang dan meminta bantuan Basarnas Makassar. Kepala Kantor Basarnas, Muh. Arif Anwar, langsung mengerahkan satu tim penyelamat ke lokasi.
“Begitu menerima laporan, kami segera mengirim satu tim rescue untuk melakukan pencarian di sekitar perairan tersebut,” kata Muh. Arif Anwar pada Selasa (28/10/2025).
Sejak saat itu, pencarian berlangsung tanpa henti. Tim SAR bersama nelayan setempat menyisir perairan, dibantu perahu nelayan dan drone laut sederhana untuk memperluas area pencarian. Namun laut tak kunjung memberi tanda. Hingga akhirnya, dua hari kemudian, Andini ditemukan — dalam keadaan tak lagi bernyawa.
Laut yang Tenang Menyimpan Duka
Peristiwa ini menjadi pengingat pahit bahwa laut, seindah apa pun, selalu menyimpan bahaya. Kepala Seksi Operasi Basarnas, Andi Sultan, mengimbau masyarakat dan nelayan agar selalu berhati-hati saat berada di perairan, terutama jika membawa anak kecil.
“Kami mengimbau agar masyarakat tetap waspada. Kondisi cuaca saat ini sering berubah-ubah, dan pengawasan terhadap anak-anak di kapal harus ekstra ketat,” ujarnya.
Kini, keluarga kecil itu hanya bisa menatap laut tempat di mana mereka kehilangan cahaya kecil dalam hidup mereka. Gelombang yang dulu mengantar mereka berlayar kini menjadi saksi bisu kepergian sang buah hati.
(L6)
#Peristiwa #BayiTerjatuhkeLaut