Breaking News

Kontak Tembak di Kiwirok: Satu Prajurit TNI Gugur, Dua Lainnya Luka, Warga Mengungsi ke Koramil Oksibil

Wakil Kepala Pusat Penerangan (Wakapuspen) TNI Brigjen TNI (Mar) Freddy Ardianzah. Foto: Puspen TNI

D'On, Pegunungan Bintang, Papua —
Suasana mencekam menyelimuti Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, setelah terjadi kontak tembak antara aparat TNI dengan kelompok bersenjata yang diduga merupakan bagian dari Organisasi Papua Merdeka (OPM), pada Kamis (25/9). Insiden ini menelan korban dari pihak TNI, sekaligus memicu kepanikan masyarakat sipil yang memilih mengungsi demi keselamatan.

Kronologi Serangan

Kontak tembak bermula saat Pos Kiwirok Satgas Pengamanan Perbatasan (Pamtas) RI–PNG Yonif 753/AVT Koops Swasembada mendapatkan serangan mendadak. Aparat meyakini serangan dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) dari Kodap XV/Ngalum Kupel, yang dipimpin oleh Lamek Taplo, salah satu tokoh yang namanya sudah lama masuk daftar pencarian aparat keamanan.

Serangan ini berlangsung sengit dan terarah, dengan tembakan dilepaskan ke arah pos pasukan TNI. Para prajurit yang berada di lapangan segera melakukan perlawanan untuk mengamankan posisi sekaligus melindungi masyarakat di sekitar wilayah tersebut.

Korban di Pihak TNI

Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayjen TNI Freddy Ardianzah, membenarkan adanya korban jiwa dari pihak prajurit. Ia menjelaskan, satu prajurit gugur dalam tugas, sementara dua lainnya mengalami luka akibat tembakan.

“Satu gugur, satu kena tembak di pinggang — sudah dilakukan operasi pengangkatan proyektil, dan satu lagi luka ringan terkena rekoset di pipi,” ujar Freddy dalam keterangannya kepada wartawan, Jumat (26/9).

Hingga berita ini diturunkan, identitas prajurit yang gugur dan terluka masih menunggu pernyataan resmi pihak TNI.

Evakuasi dan Penanganan Medis

Setelah kontak tembak mereda, proses evakuasi segera dilakukan. Letkol Inf Moch Renaldy, perwakilan dari Komando Operasi Swasembada, memastikan bahwa ketiga korban telah diterbangkan ke RS Marthen Indey, Jayapura, untuk mendapatkan perawatan intensif.

“Langkah evakuasi berjalan lancar berkat koordinasi yang cepat antara unsur pasukan di lapangan dengan tim medis. Saat ini, korban luka masih dalam penanganan tim dokter,” ujarnya.

Dampak Terhadap Warga Sipil

Tidak hanya menimbulkan korban di pihak aparat, insiden ini juga menambah rasa takut di kalangan masyarakat. Warga yang bermukim di Distrik Kiwirok memilih meninggalkan rumah mereka dan mengungsi ke Kantor Koramil Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, untuk mencari perlindungan.

Bagi masyarakat, suara tembakan yang bersahut-sahutan pada siang hari menjadi pengalaman yang traumatis. Kehidupan sehari-hari pun terganggu, dengan aktivitas sosial dan ekonomi lumpuh akibat situasi yang tidak menentu.

Situasi Keamanan: Siaga 1

TNI memastikan bahwa hingga saat ini wilayah Kiwirok berada dalam status Siaga 1. Pasukan masih bersiaga penuh untuk mengantisipasi serangan susulan atau potensi gangguan dari kelompok bersenjata yang kerap bersembunyi di area hutan pegunungan.

Meski demikian, aparat menegaskan bahwa situasi secara keseluruhan masih dalam kendali. Penebalan pasukan dilakukan untuk memperkuat pengamanan perbatasan sekaligus melindungi masyarakat sipil dari ancaman.

Ancaman KKB di Pegunungan Bintang

Serangan di Kiwirok bukan kali pertama terjadi. Distrik ini selama bertahun-tahun menjadi salah satu titik rawan konflik antara aparat keamanan dengan kelompok bersenjata. Kelompok Kodap XV/Ngalum Kupel pimpinan Lamek Taplo dikenal kerap melakukan serangan terarah terhadap aparat dan fasilitas publik, dengan tujuan menciptakan ketidakstabilan di kawasan perbatasan.

Pengamat keamanan menilai, serangan terbaru ini menjadi sinyal bahwa eskalasi di wilayah Pegunungan Bintang masih tinggi. Konsolidasi antar-kelompok KKB diduga menjadi salah satu faktor meningkatnya intensitas gangguan keamanan belakangan ini.

Gugurnya seorang prajurit dan luka-lukanya dua rekannya kembali menegaskan tingginya risiko yang dihadapi aparat keamanan dalam menjaga kedaulatan negara, khususnya di wilayah perbatasan yang rawan konflik. Sementara itu, masyarakat setempat masih berharap agar aparat bisa segera memulihkan rasa aman, sehingga mereka dapat kembali menjalani kehidupan sehari-hari tanpa dihantui ketakutan.

(Mond)