Breaking News

Viral Guru SD di Lampung Ngamuk Ancam Cekik Murid Saat Upacara, Diduga Karena Banyak Pengajar Absen

Viral Guru di Lampung Mengamuk Ancam Cekik Murid saat Upacara Gara-Gara Banyak Pengajar Absen

D'On, Pesawaran, Lampung
– Sebuah video amatir berdurasi kurang dari dua menit mendadak viral di media sosial. Dalam rekaman itu terlihat suasana upacara bendera di salah satu Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Kedondong, Kabupaten Pesawaran, Lampung, yang semula berjalan khidmat berubah ricuh ketika seorang guru perempuan berseragam ASN masuk ke tengah lapangan dengan nada tinggi dan emosi tak terkendali.

Guru tersebut melontarkan kata-kata kasar hingga mengancam akan “mencekik murid” yang sedang berbaris rapi. Aksinya sontak membuat suasana hening berubah tegang. Anak-anak yang tadinya berdiri tegap mendadak ketakutan, sebagian bahkan terlihat menangis dan berlari menuju ruang kelas.

“Kalau enggak saya cekekin nih anak-anak. Ini instruksi, setiap Senin tidak ada guru yang boleh absen. Lapor kamu sama bupati!” teriak guru itu dengan nada tinggi, sebagaimana terdengar jelas dalam rekaman.

Murid Trauma, Guru Lain Tak Berdaya

Dalam rekaman yang sama, tampak seorang guru lain berusaha menenangkan situasi. Ia mengajak anak-anak masuk kelas sambil berkata:
“Anak-anak takut lo bu, ayo masuk, langsung masuk kelas ya.”

Namun upaya itu tidak diterima baik. Sang guru yang sedang emosi justru membalas dengan bentakan keras:
“Jangan banyak omong kamu, enggak usah bantah-bantah saya!”

Reaksi murid pun beragam: ada yang langsung berlari masuk ke kelas, ada yang terlihat menangis ketakutan, bahkan beberapa murid tampak kebingungan harus berbuat apa.

Peristiwa itu menimbulkan trauma bagi anak-anak yang mestinya sedang mengikuti upacara dengan penuh khidmat. Alih-alih mendapat teladan disiplin dan nasionalisme, mereka justru menyaksikan sosok pendidik yang kehilangan kontrol emosi di depan publik.

Fakta Sebenarnya: Bukan Kepala Sekolah

Awalnya banyak yang menyangka bahwa sosok guru yang mengamuk tersebut adalah kepala sekolah. Namun, klarifikasi datang dari Kapolres Pesawaran, AKBP Heri Sulistyo Nugroho, yang memastikan bahwa guru tersebut bukan kepala sekolah, melainkan pengajar Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK).

“Video itu memang benar terjadi di wilayah hukum kami, tepatnya pada akhir Juli 2025 lalu. Anggota Polsek Kedondong sudah turun langsung ke lokasi untuk menindaklanjuti,” jelas Heri, Minggu (24/8/2025).

Lebih lanjut, Heri menegaskan bahwa kasus ini kini sudah ditangani oleh Inspektorat Pesawaran sebagai lembaga yang berwenang memproses pelanggaran kedisiplinan ASN.
“Untuk hasil penindakan secara detail, silakan tanyakan langsung ke Inspektorat,” ujarnya.

Dugaan Pemicu Amarah: Guru Banyak Absen

Dari potongan kata-kata yang terekam, terlihat jelas bahwa kemarahan guru tersebut dipicu oleh ketidakhadiran sejumlah guru dalam upacara bendera. Ia menuding masih banyak pengajar yang kerap absen, khususnya di hari Senin.

Kemarahan itu kemudian salah sasaran, karena justru dilampiaskan kepada murid yang sama sekali tidak berhubungan dengan absensi guru. Cara penyampaian yang mengancam, bahkan dengan kata-kata akan mencekik anak, dianggap sangat berlebihan dan mencoreng wajah dunia pendidikan.

Gelombang Kecaman Publik

Video yang sudah tersebar luas itu memancing reaksi keras dari warganet. Banyak yang mengecam sikap guru tersebut, menyebut tindakannya sebagai bentuk kekerasan verbal yang bisa berdampak serius terhadap psikologis anak.

Sebagian warganet juga menilai hal ini mencerminkan masih lemahnya manajemen sekolah dalam mengatur kedisiplinan guru. “Kalau ada masalah absensi guru, jangan anak yang jadi sasaran,” tulis seorang pengguna media sosial.

Tanggung Jawab Dunia Pendidikan

Kasus ini menambah daftar panjang catatan buram dunia pendidikan Indonesia. Guru seharusnya menjadi figur teladan, namun ketika kehilangan kontrol emosi, yang muncul justru tindakan intimidasi yang bertolak belakang dengan nilai-nilai pendidikan.

Pakar pendidikan menilai, kejadian seperti ini harus menjadi evaluasi serius, baik bagi Dinas Pendidikan maupun pemerintah daerah. “Anak-anak adalah kelompok paling rentan. Jika mereka sudah merasa takut dengan guru, proses belajar tidak akan berjalan optimal,” kata seorang pengamat pendidikan yang dimintai komentar.

Catatan Redaksi

Kasus di Pesawaran ini menunjukkan bahwa emosi guru di depan murid adalah hal yang sangat krusial. Kesalahan kecil dalam cara berkomunikasi bisa berujung pada trauma psikologis yang panjang. Tanggung jawab moral, etika profesi, dan kontrol diri mutlak dimiliki seorang pendidik.

Inspektorat Pesawaran kini tengah memproses kasus tersebut. Publik menanti langkah tegas agar peristiwa serupa tidak kembali mencoreng dunia pendidikan Indonesia.

(L6)

#Viral #Pendidikan #Peristiwa