Prajurit TNI AL Diduga Pukul Warga Pekanbaru Hingga Tewas: Berawal dari 10 Buah Sukun, Berakhir di Meja Penyidikan
Tangkapan layar - Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksma TNI Tunggul.(Youtube/TNI ANGKATAN LAUT DISPENAL)
D'On, Pekanbaru – Sebuah peristiwa memilukan mengguncang Pekanbaru, Riau. Seorang warga berinisial GS meregang nyawa setelah mengalami serangkaian pemukulan yang diduga dilakukan seorang prajurit TNI Angkatan Laut (AL) berinisial ZM. Kasus ini kini menjadi sorotan karena melibatkan aparat bersenjata yang seharusnya melindungi masyarakat.
Kejadian bermula pada 15 Agustus 2025, ketika keluarga GS melaporkan dugaan penganiayaan ke pihak berwenang. Saat itu GS masih bertahan hidup meski dalam kondisi penuh luka. Namun, takdir berkata lain: pada 23 Agustus 2025, GS akhirnya meninggal dunia setelah menjalani perawatan medis akibat luka-luka yang dideritanya.
Dugaan Pencurian Jadi Pemicu
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal), Laksamana Pertama TNI Tunggul, dalam keterangan resmi, Selasa (26/8/2025), menyebut insiden berdarah itu berawal dari kecurigaan.
“Peristiwa tersebut dilatarbelakangi kecurigaan atas dugaan tindakan pencurian yang dilakukan korban sebelumnya,” ujarnya.
Korban GS dituding mencuri 10 buah sukun. Tuduhan itu memicu kemarahan ZM, seorang prajurit TNI AL, yang kemudian diduga melakukan aksi main hakim sendiri. Ironisnya, dugaan pencurian kecil bernilai puluhan ribu rupiah itu justru dibayar korban dengan nyawanya.
Pemukulan dengan Senjata Militer
Informasi yang dihimpun menyebut GS tidak hanya dipukuli dengan tangan kosong. Prajurit ZM diduga menggunakan senjata miliknya untuk melayangkan pukulan bertubi-tubi ke tubuh korban. Luka-luka serius pun tak terhindarkan. GS sempat dilarikan ke rumah sakit, namun kondisinya kian memburuk hingga akhirnya menghembuskan napas terakhir.
Fakta ini menambah sorotan tajam publik: mengapa seorang prajurit bersenjata bisa begitu mudah melampiaskan kekerasan hanya karena tuduhan pencurian sepele? Apalagi, tak ada proses hukum yang semestinya dijalankan untuk membuktikan tuduhan itu.
TNI AL Janji Usut Tuntas
TNI AL tak tinggal diam. Denpom Lanal Dumai Tengah langsung menangkap ZM dan melakukan penyidikan intensif, termasuk mengumpulkan bukti-bukti serta keterangan saksi.
“Jajaran TNI AL di wilayah Dumai ikut membantu proses penyidikan. Dikarenakan diduga melibatkan personel TNI AL yang berdinas di lingkungan Mabes TNI,” kata Laksma Tunggul.
Ia menegaskan, institusinya berkomitmen menuntaskan kasus ini dan memberikan keadilan. “TNI AL mengucapkan duka cita yang mendalam terhadap keluarga korban yang ditinggalkan dan menjamin kasus akan diusut tuntas,” tambahnya.
Luka Ganda: Korban Jiwa dan Citra Institusi
Kasus ini memantik perbincangan luas. Di satu sisi, publik berduka atas wafatnya GS yang meninggalkan luka mendalam bagi keluarganya. Di sisi lain, masyarakat juga mempertanyakan profesionalisme prajurit yang seharusnya menegakkan disiplin dan hukum, bukan bertindak sebagai eksekutor di jalanan.
Peristiwa ini juga menambah daftar panjang kasus kekerasan aparat yang berujung maut. Apalagi, motifnya sangat sepele: dugaan pencurian buah. Tragedi GS menjadi cermin betapa tipisnya batas antara kewenangan militer dan pelanggaran HAM ketika kontrol diri tidak dijaga.
Kini, semua mata tertuju pada langkah TNI AL. Apakah proses hukum benar-benar akan berjalan transparan dan adil, atau justru berhenti di lingkaran internal institusi?
Satu hal yang pasti: nyawa GS tak akan kembali. Namun, akuntabilitas dan keadilan masih bisa ditegakkan jika pengusutan kasus ini benar-benar dilakukan tanpa pandang bulu.
(Mond)
#Penganiyaan #Kriminal #TNIAL #OknumTNIALAniayaWargaSampaiTewas