Ratusan Siswa SMP Negeri 34 Padang Terlantar di Depan Gerbang: Warga Segel Sekolah, Diduga Terkait Masalah Kelulusan Anak
Penyegelan SMPN 34 Padang Oleh Oknum yang diduga Anaknya Tidak Lulus (Dok: Facebook Kaba Balai Gadang)
D'On, Padang — Suasana pagi yang seharusnya menjadi awal pekan penuh semangat bagi ratusan siswa SMP Negeri 34 Padang, berubah menjadi kepanikan dan kebingungan. Puluhan pelajar tampak berdiri terpaku di depan pagar sekolah yang terkunci rapat, sementara beberapa di antaranya menangis dan lainnya hanya bisa duduk menunggu di pinggir jalan.
Pagar sekolah yang terletak di Kelurahan Lubuk Buaya, Kecamatan Koto Tangah, disegel oleh warga pada Senin pagi (14/7). Aksi sepihak ini sontak membuat proses belajar-mengajar lumpuh total. Guru dan staf sekolah juga terlihat hanya bisa memantau dari luar pagar, tak berdaya menghadapi situasi yang terjadi begitu cepat dan mengejutkan.
Motif Diduga Soal Kelulusan Anak Warga
Meskipun belum ada pernyataan resmi dari pihak yang melakukan penyegelan, dugaan kuat mencuat di kalangan warga dan pihak keamanan, bahwa aksi nekat ini dilakukan oleh salah satu warga yang merasa kecewa karena anaknya tidak lulus dari sekolah tersebut. Namun hingga kini, belum ada konfirmasi langsung dari pelaku penyegelan yang belum diketahui identitasnya.
"Diduga sementara, karena ada anak salah seorang warga yang tidak lulus di sekolah ini," ujar salah seorang sumber di lapangan yang enggan disebutkan namanya.
Sikap protes ini kemudian diwujudkan dalam bentuk ekstrem: menyegel pagar sekolah dan menghalangi akses masuk seluruh siswa dan tenaga pengajar. Tidak hanya menutup pintu belajar, tindakan ini juga dinilai membahayakan psikologis siswa, terutama mereka yang tengah bersiap memasuki tahun ajaran baru.
Polisi Turun Tangan, Proses Negosiasi Masih Berlangsung
Kapolsek Koto Tangah, Kompol Afrino, membenarkan peristiwa penyegelan tersebut. Ia dan timnya langsung turun ke lokasi begitu menerima laporan dari pihak sekolah dan masyarakat.
"Kami masih di lapangan untuk memastikan proses belajar-mengajar kembali berjalan. Saat ini negosiasi dengan pihak yang melakukan penyegelan sedang kami upayakan," kata Afrino.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada titik terang mengenai hasil negosiasi. Polisi pun belum mengumumkan apakah pelaku penyegelan akan diproses secara hukum atau masih akan dibina secara persuasif.
Dampak Psikologis dan Keamanan Anak Diduga Terabaikan
Tindakan sepihak seperti ini tidak hanya merugikan institusi pendidikan, tapi juga membawa dampak psikologis bagi siswa. "Anak-anak ini tidak tahu apa-apa. Mereka hanya ingin belajar, tapi harus terjebak dalam konflik orang dewasa yang tak semestinya terjadi di depan mata mereka," kata salah satu orang tua murid yang tampak gusar.
Menurut pantauan di lokasi, sejumlah siswa terlihat bingung dan cemas. Beberapa anak bahkan tak membawa ponsel dan tak bisa menghubungi orang tua mereka.
Pertanyaan untuk Pemerintah dan Dinas Pendidikan
Peristiwa ini kembali menyorot rentannya sistem pengamanan dan pengelolaan konflik di lingkungan sekolah negeri. Bagaimana mungkin satu tindakan warga bisa menghentikan seluruh aktivitas pendidikan di sekolah negeri yang berada di bawah kewenangan pemerintah?
Hingga siang hari, belum ada keterangan resmi dari Dinas Pendidikan Kota Padang terkait langkah tegas atau penanganan jangka panjang agar kejadian serupa tidak kembali terjadi.
Aksi penyegelan oleh warga terhadap sekolah negeri, apalagi yang berimbas langsung pada ratusan siswa, bukanlah hal yang bisa dianggap sepele. Ini adalah alarm keras bagi dunia pendidikan dan pemerintah daerah, bahwa konflik internal sekolah atau persoalan personal masyarakat tidak boleh dibawa ke ranah yang mengorbankan hak anak untuk mendapatkan pendidikan.
Catatan Redaksi: Kami akan terus mengikuti perkembangan kasus ini dan menyajikan informasi terbaru begitu diperoleh. Jika Anda adalah orang tua murid atau saksi di lokasi dan memiliki informasi tambahan, silakan hubungi redaksi kami.
(Ade Chaidir)
#PenyegelanSekolah #Pendidikan #SMPN34Padang #Padang