Menyambut Tahun Baru Islam: Menelusuri Sejarah Hijriyah dan Keagungan Bulan Muharram
Dirgantaraonline - Tahun Baru Islam, yang dikenal juga sebagai 1 Muharram dalam kalender Hijriyah, bukanlah sekadar pergantian waktu, melainkan simbol dari perjuangan, pengorbanan, dan tonggak peradaban umat Islam. Berbeda dengan kalender Masehi yang berlandaskan peredaran matahari, kalender Hijriyah disusun berdasarkan peredaran bulan (qamariyah). Hal ini menjadikan setiap bulan Hijriyah lebih pendek sekitar 10–11 hari dari kalender Masehi, sehingga Tahun Baru Islam berpindah-pindah setiap tahunnya dalam kalender umum.
Penetapan kalender Hijriyah sendiri bermula pada masa Khalifah Umar bin Khattab, tepatnya pada tahun ke-17 Hijriyah. Saat itu, Umar menerima surat dari Gubernur Basrah, Abu Musa al-Asy’ari, yang mengeluhkan bahwa surat-surat resmi dari pemerintahan tak mencantumkan penanggalan yang jelas. Setelah berdiskusi dengan para sahabat, disepakati bahwa peristiwa Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah dijadikan titik awal penanggalan Islam.
Hijrah bukan sekadar perpindahan geografis. Ia adalah transformasi sosial, spiritual, dan politik umat Islam dari tekanan menjadi kekuatan. Maka, tak heran jika tahun pertama Hijriyah dimulai bukan dari tahun kelahiran Nabi atau turunnya wahyu, melainkan dari momentum hijrah sebagai simbol pembebasan dan perjuangan.
Muharram: Bulan yang Dimuliakan Allah
Dalam kalender Islam, Muharram adalah bulan pertama dan termasuk dalam deretan empat bulan haram (suci), sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 36:
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan... Di antaranya empat bulan haram. Itulah agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam bulan-bulan itu...”
Keempat bulan haram tersebut adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Disebut “haram” karena pada bulan-bulan ini, umat Islam dilarang keras melakukan pertumpahan darah dan dianjurkan untuk memperbanyak amal kebaikan, karena pahala dilipatgandakan dan dosa pun diperberat.
Keutamaan bulan Muharram sangat banyak. Di antaranya:
1. Bulan Allah
Dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda:
“Sebaik-baik puasa setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah yang bernama Muharram.”
(HR. Muslim)
Penyebutan “bulan Allah” (Ø´َÙ‡ْرُ اللَّÙ‡ِ) menunjukkan kemuliaan khusus yang tak diberikan pada bulan lain.
2. Puasa Asyura: Menghapus Dosa Setahun Lalu
Hari ke-10 Muharram dikenal sebagai Hari Asyura, hari yang memiliki sejarah panjang dan spiritualitas tinggi.
Rasulullah SAW bersabda:
“Puasa Asyura dapat menghapus dosa-dosa setahun yang lalu.”
(HR. Muslim)
Asyura bukanlah hari biasa. Dalam sejarah, hari ini merupakan hari diselamatkannya Nabi Musa dan Bani Israil dari kejaran Firaun. Nabi Muhammad SAW memuliakan hari ini dengan berpuasa, bahkan menyunnahkan untuk menambah puasa di hari sebelumnya (9 Muharram, yang disebut Tasu’a) agar berbeda dari kebiasaan orang Yahudi.
3. Momentum Refleksi dan Muhasabah
Tahun Baru Islam dan bulan Muharram menjadi waktu yang tepat bagi umat Muslim untuk merenungkan perjalanan hidup, melakukan evaluasi diri (muhasabah), dan memperbarui niat menuju kebaikan. Momentum hijrah Nabi mengajarkan bahwa perubahan membutuhkan keberanian, keyakinan, dan pengorbanan.
Nilai Spiritual di Tengah Tradisi
Di banyak daerah, Tahun Baru Islam sering diperingati dengan pawai obor, doa bersama, pengajian, dan kegiatan sosial. Meski sebagian tradisi tersebut bukan bagian dari syariat, selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam, kegiatan itu dapat menjadi bentuk syiar dan semangat persatuan.
Namun, yang lebih penting dari sekadar perayaan adalah menanamkan makna hijrah dalam kehidupan nyata: hijrah dari keburukan menuju kebaikan, dari lalai menjadi sadar, dari maksiat menuju taat.
Merangkai Harapan di Awal Tahun Hijriyah
Tahun Baru Islam dan bulan Muharram adalah pengingat bahwa waktu adalah anugerah yang harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Muharram mengajarkan kita nilai keteguhan hati, kekuatan spiritual, serta urgensi memperbaiki diri.
Mari jadikan bulan ini sebagai awal baru untuk hijrah batin dan sosial, menapaki tahun yang akan datang dengan semangat iman, harapan, dan amal kebajikan yang terus tumbuh.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, berhijrah, dan berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah.”
(QS. Al-Baqarah: 218)
(***)
#TahunBaruHijriah #Muharram #Islami #Religi