8 Manfaat Sunat untuk Kesehatan Anak: Lebih dari Sekadar Tradisi
Ilustrasi ibu dan anak. (Freepik/Pch Vector)
Dirgantaraonline - Di berbagai belahan dunia, terutama di negara-negara mayoritas Muslim seperti Indonesia, sunat (khitan) telah menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi dan budaya. Namun lebih dari sekadar ritual, sunat ternyata menyimpan segudang manfaat medis yang telah dibuktikan oleh ilmu pengetahuan modern.
Berikut adalah delapan manfaat kesehatan sunat bagi anak laki-laki yang patut diketahui orang tua, agar keputusan ini tidak sekadar bersandar pada budaya, tetapi juga pertimbangan medis dan kesehatan jangka panjang.
1. Menurunkan Risiko Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Penelitian menunjukkan bahwa bayi laki-laki yang disunat memiliki risiko 10 kali lebih rendah mengalami infeksi saluran kemih di tahun pertama kehidupannya. Kulup (kulit yang menutupi kepala penis) dapat menjadi tempat berkembang biaknya bakteri, terutama jika kebersihan tidak terjaga dengan baik. Dengan sunat, potensi penumpukan kotoran dan bakteri berkurang drastis, sehingga ISK dapat dicegah sejak dini.
Fakta medis: Studi dari American Academy of Pediatrics menunjukkan bahwa sunat menurunkan angka kejadian ISK hingga 90% pada anak laki-laki usia di bawah 1 tahun.
2. Mencegah Fimosis dan Parafimosis
Fimosis adalah kondisi di mana kulup tidak dapat ditarik ke belakang dari kepala penis, yang bisa menyebabkan rasa sakit, infeksi, hingga kesulitan buang air kecil. Sebaliknya, parafimosis terjadi saat kulup tertarik ke belakang tetapi tidak bisa kembali ke posisi semula, menyebabkan pembengkakan dan gangguan sirkulasi darah.
Sunat secara langsung menghilangkan risiko dua kondisi ini, karena kulup yang menjadi sumber masalah sudah dihilangkan.
3. Mengurangi Risiko Penularan Infeksi Menular Seksual (IMS)
Meski anak-anak belum aktif secara seksual, manfaat ini berlaku jangka panjang. WHO dan CDC telah menyatakan bahwa pria yang disunat memiliki risiko lebih rendah tertular HIV, herpes, HPV, dan penyakit menular seksual lainnya. Hal ini disebabkan oleh hilangnya bagian dalam kulup yang kaya sel Langerhans—sel yang menjadi titik masuk virus.
Penelitian di Afrika menunjukkan bahwa sunat menurunkan risiko penularan HIV sebesar 60% pada pria dewasa.
4. Menjaga Kebersihan dan Kesehatan Organ Intim
Tanpa kulup, area kepala penis lebih mudah dibersihkan dan kering, mengurangi kemungkinan bakteri atau jamur tumbuh di sana. Pada anak-anak, menjaga kebersihan organ intim bisa menjadi tantangan, terutama jika mereka belum memahami cara membersihkan diri yang benar.
Sunat menyederhanakan proses ini dan mengurangi risiko infeksi lokal, iritasi, hingga bau tak sedap akibat penumpukan smegma (zat putih yang terbentuk dari sel kulit mati dan minyak).
5. Mengurangi Risiko Kanker Penis
Meskipun kanker penis termasuk penyakit langka, risikonya lebih tinggi pada pria yang tidak disunat, terutama jika kebersihan tidak terjaga atau terdapat infeksi kronis. Beberapa studi mengaitkan akumulasi smegma dan infeksi HPV sebagai faktor pemicu kanker ini. Dengan sunat, faktor risiko tersebut dapat ditekan.
6. Memberi Perlindungan Tak Langsung bagi Pasangan di Masa Depan
Manfaat sunat juga dirasakan oleh pasangan seksual anak laki-laki kelak. Penelitian menyebutkan bahwa wanita dengan pasangan yang disunat memiliki risiko lebih rendah terkena kanker serviks dan infeksi HPV.
Hal ini menunjukkan bahwa keputusan sunat tidak hanya berdampak individual, tetapi juga pada kesehatan masyarakat secara luas dalam jangka panjang.
7. Mempercepat Proses Penyembuhan Jika Dilakukan Sejak Dini
Sunat yang dilakukan pada usia bayi atau anak-anak cenderung lebih cepat sembuh, lebih sedikit rasa nyeri, dan memiliki risiko komplikasi lebih rendah dibanding jika dilakukan saat dewasa. Jaringan anak-anak memiliki kemampuan regenerasi yang lebih baik, dan mereka umumnya lebih mudah beradaptasi dengan perubahan.
Catatan: Banyak dokter anak menyarankan usia ideal sunat antara 1 bulan hingga 12 tahun, tergantung kondisi medis dan kesiapan anak.
8. Mendukung Aspek Psikologis dan Sosial
Meski bukan manfaat fisik langsung, di banyak budaya termasuk Indonesia, sunat sering dianggap sebagai tanda kedewasaan atau rite of passage. Anak yang disunat sering mendapat dukungan sosial dan dianggap "sudah besar", yang bisa meningkatkan rasa percaya diri mereka.
Selain itu, dengan disunat di usia yang sama dengan teman-temannya, anak cenderung tidak merasa berbeda atau minder, menghindari tekanan sosial di kemudian hari.
Pilihan Bijak, Bukan Sekadar Kebiasaan
Sunat bukan sekadar tradisi turun-temurun. Bukti ilmiah yang kuat mendukung bahwa tindakan ini membawa manfaat kesehatan yang nyata, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Meski demikian, seperti semua prosedur medis, sunat tetap harus dilakukan oleh tenaga medis profesional dengan teknik yang aman dan steril.
Sebagai orang tua, memahami manfaat medis ini dapat membantu membuat keputusan yang lebih bijak dan penuh pertimbangan untuk masa depan anak.
Ingatlah: sunat bukan hanya soal budaya atau agama, tetapi juga investasi kesehatan yang menyeluruh untuk anak laki-laki Anda.
(***)
#KesehatanAnak #Sunat #Lifestyle #Gayahidup