WhatsApp Siap Tampilkan Iklan di Status dan Channel: Akhir dari Era Bebas Iklan?
Status hingga Channel WhatsApp kini akan menampilkan tayangan iklan. (Pexels/Anton)
Dirgantaraonline - Setelah bertahun-tahun mempertahankan janji sebagai platform perpesanan yang bebas iklan, WhatsApp akhirnya bersiap untuk membuka pintu bagi tayangan komersial di dalam aplikasinya. Dalam waktu dekat, pengguna akan mulai melihat iklan di fitur Status yang serupa dengan Stories di Instagram serta di Channel, fitur terbaru WhatsApp yang dirancang sebagai media siaran satu arah dari kreator atau bisnis ke pengikut mereka.
Langkah ini diumumkan langsung oleh Wakil Presiden Produk WhatsApp, Alice Newton-Rex, dalam sebuah wawancara yang dikutip TechCrunch pada Kamis (19/6/2025). Alice menegaskan bahwa kehadiran iklan merupakan “evolusi alami” dari platform, seiring berkembangnya aktivitas bisnis dan kreator di dalam aplikasi yang kini menjadi bagian penting dari ekosistem komunikasi digital global.
“Ini adalah langkah alami berikutnya. Banyak pelaku usaha telah tumbuh besar melalui WhatsApp, dan sekarang pengguna juga menginginkan cara yang lebih mudah untuk menemukan bisnis dan konten yang relevan secara langsung dalam aplikasi,” ujar Alice.
Bagaimana Iklan Akan Ditampilkan?
Menurut penjelasan resmi dari WhatsApp, iklan akan muncul setelah pengguna melihat sejumlah pembaruan di fitur Status, mirip dengan bagaimana iklan disisipkan di antara Stories pada Instagram atau Facebook. Selain itu, pengguna Channel juga akan mulai melihat konten promosi yang relevan berdasarkan ketertarikan dan interaksi mereka.
Iklan-iklan ini akan dipersonalisasi, tapi tidak secara invasif. Penyesuaian konten iklan akan dilakukan berdasarkan:
- Lokasi pengguna (negara atau kota),
- Bahasa yang digunakan,
- Channel yang diikuti,
- Riwayat interaksi pengguna dengan iklan sebelumnya.
Yang menarik, WhatsApp menegaskan bahwa data sensitif seperti nomor telepon, isi percakapan pribadi, panggilan suara atau video, serta aktivitas di grup tidak akan digunakan untuk menyusun preferensi iklan. Ini penting untuk meredam kekhawatiran privasi yang selama ini menjadi sorotan tajam terhadap Meta, induk perusahaan WhatsApp.
Namun, jika pengguna menghubungkan akun WhatsApp mereka ke Meta Account Center, maka data lintas platform termasuk aktivitas dari Facebook dan Instagram bisa digunakan untuk memperkaya personalisasi iklan.
Peluang Baru untuk Bisnis dan Kreator
Tak hanya menyasar pengguna sebagai target tayangan, WhatsApp juga memperluas perannya sebagai platform monetisasi. Para pelaku usaha dan kreator konten kini dapat mempromosikan Channel mereka melalui fitur Discovery, yang memungkinkan Channel mereka lebih mudah ditemukan oleh pengguna yang relevan.
Bahkan, WhatsApp membuka opsi bagi kreator untuk menerapkan sistem berlangganan berbayar, memberikan akses eksklusif ke konten tertentu. Pembayaran berlangganan ini akan difasilitasi melalui toko aplikasi seperti Google Play Store atau Apple App Store, mengikuti skema monetisasi yang sudah jamak di platform media sosial lain.
Angka Pengguna: Potensi Monetisasi yang Luar Biasa
Menurut data internal Meta, lebih dari 1,5 miliar pengguna aktif setiap harinya menggunakan fitur Status dan Channel. Angka ini menjadi bukti bahwa kedua fitur tersebut kini menjadi bagian penting dari ekosistem WhatsApp, jauh melampaui fungsi dasar sebagai aplikasi perpesanan.
Selama ini, WhatsApp memperoleh pendapatan utamanya dari dua sumber utama:
- WhatsApp Business, yang menyediakan fitur lanjutan untuk pelaku usaha.
- Iklan Click-to-WhatsApp, yakni iklan yang muncul di platform lain seperti Facebook atau Instagram, dan mengarahkan pengguna untuk langsung memulai percakapan dengan bisnis melalui WhatsApp.
Dalam beberapa kuartal terakhir, Meta menyebut dua sumber ini sebagai pendorong utama pertumbuhan pendapatan WhatsApp. Dengan penambahan iklan langsung di dalam aplikasi, potensi keuntungan diprediksi akan melonjak signifikan.
Akhir Sebuah Janji?
Perubahan ini tentu menjadi titik balik dalam filosofi WhatsApp. Saat pertama kali diakuisisi Meta (saat itu masih Facebook) pada 2014, para pendirinya—Jan Koum dan Brian Acton—berulang kali menegaskan bahwa WhatsApp akan bebas iklan demi menjaga pengalaman pengguna dan integritas layanan.
Namun, dengan dinamika pasar digital dan tekanan untuk meningkatkan profitabilitas, janji tersebut perlahan luntur. Kini, WhatsApp mengikuti jejak aplikasi “saudaranya” seperti Facebook dan Instagram, yang lebih dulu memonetisasi trafik lewat iklan.
Kesimpulan: Awal Babak Baru WhatsApp
Kehadiran iklan di WhatsApp menandai era baru bagi salah satu aplikasi paling populer di dunia. Dari sekadar platform perpesanan, WhatsApp kini bertransformasi menjadi ekosistem digital multifungsi: tempat komunikasi, pemasaran, siaran, hingga monetisasi konten. Bagi pengguna, ini mungkin akan mengubah cara mereka menggunakan aplikasi tersebut antara kenyamanan dan komersialisasi.
Bagi bisnis dan kreator, langkah ini membuka peluang baru untuk menjangkau audiens secara langsung. Namun di balik itu, tantangan terbesar WhatsApp adalah menjaga kepercayaan pengguna khususnya dalam hal privasi dan pengalaman penggunaan agar tidak tergerus oleh ambisi bisnis.
(***)
#Tekno #Aplikasi #WhatsApp