Breaking News

Yuran Fernandes Disanksi Setahun, Erick Thohir Terkejut: Sorotan Baru untuk Wajah Disiplin Sepakbola Indonesia

Yuran Fernandes

D'On, Jakarta
– Dunia sepakbola Indonesia kembali diguncang. Kali ini, bukan karena skor di lapangan, melainkan oleh keputusan mengejutkan yang datang dari meja Komisi Disiplin (Komdis) PSSI. Bek asing PSM Makassar, Yuran Fernandes, dijatuhi sanksi berat berupa larangan bermain selama satu tahun penuh setelah menyuarakan kritik pedas terhadap sistem sepakbola nasional usai laga panas melawan PSS Sleman pada 3 Mei 2025.

Namun yang lebih mengejutkan, Ketua Umum PSSI Erick Thohir sosok yang dikenal tegas dan terbuka terhadap kritik mengaku terkejut dengan keputusan Komdis tersebut.

Buntut Kritik, Setahun Menghilang dari Lapangan Hijau

Yuran Fernandes memang sempat meluapkan kekecewaannya setelah timnya, PSM Makassar, tumbang 1-3 dari PSS Sleman dalam lanjutan Liga 1. Dalam komentar pasca pertandingan, ia menyinggung hal-hal yang dianggapnya tidak adil dalam tata kelola sepakbola Indonesia. Namun siapa sangka, kritik tersebut justru berbuntut panjang hingga membuatnya harus menepi dari lapangan selama satu tahun penuh.

Tak pelak, keputusan ini menuai pertanyaan besar. Apakah kritik pemain kini menjadi pelanggaran serius yang layak dihukum setahun larangan bermain? Atau ada mekanisme komunikasi dan pembinaan yang belum berjalan semestinya?

Reaksi Cepat dari PSM dan Erick Thohir

Pemilik PSM Makassar, Sadikin Aksa, mengungkapkan bahwa pihaknya langsung bergerak begitu mendengar putusan Komdis. Ia bahkan mengungkap bahwa Erick Thohir turut kaget saat diberitahu mengenai sanksi tersebut.

“Pak Erick cukup terkejut dengan keputusan itu. Namun, beliau menjelaskan bahwa Komdis adalah badan independen yang tak bisa diintervensi langsung oleh pengurus PSSI,” ujar Sadikin dalam keterangan resmi yang diterima pada Minggu (11/5/2025).

Lebih lanjut, Erick menyarankan agar PSM segera menempuh jalur banding secara formal ke Komisi Banding. Sadikin menegaskan bahwa PSM akan menjalani proses tersebut demi memperjuangkan keadilan bagi pemainnya, seraya tetap menjunjung semangat fair play dan profesionalisme.

“Kami akan menempuh jalur banding sesuai mekanisme yang berlaku. Kami tidak akan tinggal diam melihat potensi ketidakadilan kepada pemain kami,” tegasnya.

Permintaan Maaf dan Upaya Damai yang Terlupakan?

Yang menarik, sanksi tersebut muncul meskipun sebelumnya sudah ada upaya damai dari pihak Yuran. Bahkan sebelum Komdis merilis keputusannya, Sadikin menyebut sudah bertemu langsung dengan Erick Thohir untuk membicarakan persoalan ini.

“Pak Erick menyampaikan bahwa karena Yuran sudah menyatakan permintaan maaf dan juga telah mendapat teguran dari PT Liga Indonesia Baru (LIB), maka secara pribadi beliau merasa persoalan itu sudah selesai,” jelas Sadikin.

Pernyataan itu seolah menyoroti ada kesenjangan antara pendekatan personal dalam menyelesaikan masalah dan pendekatan formal dari lembaga-lembaga resmi di bawah PSSI. Mengapa permintaan maaf dan teguran tak cukup meredam sanksi berat? Apakah Komdis tidak mempertimbangkan itikad baik yang telah ditunjukkan Yuran?

Cermin Baru bagi Komdis PSSI?

Kasus Yuran Fernandes menjadi cerminan baru atas bagaimana wajah kedisiplinan di tubuh PSSI. Di satu sisi, penting bagi federasi untuk menjaga wibawa dan ketertiban kompetisi. Namun di sisi lain, tindakan keras terhadap suara kritik bisa menjadi preseden yang membungkam kebebasan berekspresi dalam dunia olahraga.

Publik kini menunggu langkah PSM dalam proses banding serta sikap Komisi Banding PSSI dalam meninjau ulang keputusan kontroversial ini. Akankah keadilan ditegakkan? Ataukah kasus ini menjadi catatan kelam baru dalam dinamika sepakbola nasional?

Satu hal yang pasti, suara Yuran Fernandes kini menggema lebih nyaring daripada sebelumnya. Bukan sekadar karena kritiknya, tapi karena respons sistem yang justru menimbulkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.

(*)

#YuranFernandes #ErickThohir #Sepakbola #Olahraga