Breaking News

Polisi Tewas Dipukul Barbel Pink oleh Teman Dekat karena Masalah Utang

Penyebab Polisi Tewas Dibunuh Teman Dekat: Kepala Dipukul Barbel Kecil Warna Pink

D'On, Jambi
– Sebuah tragedi mengerikan mengguncang jajaran Kepolisian Daerah (Polda) Jambi. Seorang anggota kepolisian, Aipda Hendra (42), yang dikenal berdedikasi sebagai personel Satuan Binmas Polres Muarojambi, ditemukan tewas dengan luka berat di bagian kepala. Lebih mengejutkan lagi, pelaku pembunuhan bukanlah musuh ataupun pelaku kriminal, melainkan seseorang yang selama ini dikenal sebagai sahabat dekatnya sendiri.

Pelaku pembunuhan diketahui bernama Nopri Ardi (38), yang kini telah ditangkap dan mendekam dalam tahanan Polda Jambi. Kepolisian pun telah merampungkan proses identifikasi dan forensik yang mengungkap fakta tragis di balik kematian Aipda Hendra.

Barbel Pink: Senjata Mematikan yang Tak Terduga

Kapolda Jambi, Irjen Pol Krisno H Siregar, dalam konferensi pers pada Senin (26/5/2025), mengungkapkan bahwa hasil autopsi menunjukkan korban tewas akibat pukulan benda tumpul di bagian kepala. Yang membuat publik terhenyak, senjata yang digunakan pelaku bukanlah senjata api atau senjata tajam, melainkan sebuah barbel kecil berwarna pink.

“Dari hasil pemeriksaan forensik, anggota kami tewas karena dipukul menggunakan barbel kecil berwarna pink, tepat di bagian kepalanya,” ujar Krisno.

Tersangka Nopri sendiri mengakui bahwa ia dua kali menghantam kepala korban dengan barbel tersebut. Aksi brutal itu terjadi setelah ia mendorong korban hingga terjatuh ke lantai, lalu menghantam kepalanya secara spontan.

Motif yang Dipicu Utang Piutang

Menurut penyelidikan sementara, motif pembunuhan berakar pada persoalan utang piutang antara korban dan pelaku. Tersangka mengaku sedang berada dalam tekanan ekonomi dan memiliki utang kepada korban. Saat korban menagih utangnya, Nopri mengaku merasa tersinggung, marah, dan akhirnya gelap mata.

“Motifnya karena pelaku memiliki utang kepada korban. Saat ditagih, pelaku merasa jengkel dan sakit hati,” lanjut Kapolda Jambi.

Dalam pengakuannya kepada penyidik, Nopri menyatakan bahwa tindakan tersebut tidak direncanakan. Ia menyebut perbuatannya sebagai tindakan spontan yang terjadi karena dorongan emosi sesaat. “Spontan saya melakukannya, Bang. Nggak ada rencana sama sekali. Saya menyesal,” kata Nopri, dengan wajah tertunduk saat diperiksa petugas.

Bukti Digital dan Saksi yang Menguatkan

Selain senjata pemukul berupa barbel, pihak kepolisian juga menemukan bukti digital yang memperkuat keterlibatan tersangka. Jejak-jejak percakapan digital antara korban dan pelaku menunjukkan adanya tekanan dalam hubungan keduanya, serta konfirmasi soal persoalan utang piutang yang sedang memanas.

“Barang bukti digital tidak bisa disangkal oleh tersangka. Semuanya sinkron dengan keterangan para saksi,” jelas Krisno.

Langkah Hukum dan Proses Selanjutnya

Kini, tersangka ditahan di sel tahanan Polda Jambi untuk proses hukum lebih lanjut. Polisi tengah melengkapi berkas perkara untuk selanjutnya diajukan ke kejaksaan. Kasus ini membuka kembali luka lama tentang bagaimana persoalan personal, jika tidak diselesaikan dengan kepala dingin, bisa berujung pada tragedi yang merenggut nyawa.

Tragedi ini menjadi pengingat pahit bahwa konflik, seberapapun kecilnya, bisa berubah menjadi malapetaka ketika disulut oleh emosi tanpa kendali. Dan lebih memilukan, ketika tangan pelaku yang merenggut nyawa adalah tangan dari seorang teman yang pernah dipercaya.

(Mond)

#Pembunuhan #Kriminal #Jambi