Penuh Luka dan Tanda Tanya: Ibu Korban Mayat Terapung di Tarusan Desak Keadilan, Curigai Ada Yang Ditutupi
Ibu Korban Bersama Kuasa Hukum Kunjungi Polresta Padang Pertanyakan Penyebab Kematian Anaknya
D'On, Padang – Langit mendung menyelimuti Mapolresta Padang ketika Salma, seorang ibu paruh baya yang matanya memerah menahan duka, kembali melangkah masuk ke gedung penyidik. Di tangannya tergenggam kuat berkas laporan, sementara di hatinya menggumpal pilu yang belum sembuh. Ia datang tak sendiri. Ditemani oleh kuasa hukum dari Pusat Bantuan Hukum DPC Peradi Sai Padang yang diketuai Yusak David, SH, MH, Salma kembali memberi keterangan terkait kematian anaknya yang misterius kematian yang belum bisa ia terima hingga hari ini.
Sabtu, 10 Mei 2025, menjadi hari penuh harap bagi Salma. Ini adalah tindak lanjut dari laporan yang ia buat pada Jumat, 2 Mei lalu, terkait penemuan jasad anaknya, HS (19), yang mengapung di perairan Tarusan, Pesisir Selatan. Namun yang mengganjal bukan hanya luka kehilangan, melainkan dugaan kuat bahwa kematian anaknya bukan sekadar kecelakaan biasa bukan pula bunuh diri seperti anggapan sementara.
“Saya merasa ini bukan kematian biasa. Ada yang ditutup-tutupi. Anak saya bukan tipe orang yang akan mengakhiri hidupnya sendiri. Terlalu banyak kejanggalan yang saya rasakan,” ungkap Salma dengan suara bergetar.
Misteri Pagi yang Tak Pernah Kembali
Dalam keterangan yang diberikan kepada penyidik, Salma mengisahkan detik-detik terakhir saat ia melihat anaknya hidup. Masih terngiang dalam benaknya, HS bangun saat azan Subuh berkumandang. Katanya hanya ingin ke warung sebentar membeli rokok. Salma sempat mengingatkan, “Jangan lama-lama, cepat pulang.”
Namun pagi itu menjadi awal dari sebuah penantian panjang yang tak pernah menemukan ujung. HS tak pernah kembali.
“Saya tunggu sampai siang, sampai malam. Tidak ada kabar. Saya mulai panik, sampai akhirnya kami menemukan motornya ditinggalkan begitu saja di tepi Bandar Bekali, belakang SMA 2 dekat pantai Purus. Tapi jasadnya malah ditemukan jauh… di Tarusan,” tutur Salma, masih sulit menyembunyikan getirnya.
Jarak antara Purus di Kota Padang dan perairan Tarusan yang masuk wilayah Pesisir Selatan membuat dugaan bunuh diri kian tak masuk akal. Bagaimana mungkin seorang remaja pergi subuh dari rumah di Padang, lalu ditemukan tewas mengapung puluhan kilometer jauhnya di wilayah berbeda?
Terasa Ada yang Dihalangi
Salma mengaku sempat ingin mengangkat kasus ini ke media sosial. Namun, secara misterius, ia mengaku ada pihak-pihak yang melarangnya. Ini menambah kuat keyakinannya bahwa ada sesuatu yang tengah ditutupi. “Saya belum bisa ikhlas sebelum semuanya jelas. Saya ingin tahu, apa yang sebenarnya terjadi dengan anak saya,” katanya.
Dukungan Hukum dan Harapan Keadilan
Mendampingi Salma, kuasa hukum dari DPC Peradi Sai Padang, Muhammad Tito SH, MH, menegaskan bahwa pihaknya akan mengawal kasus ini sampai terang-benderang. “Hari ini kami mendampingi ibu Salma untuk memberikan keterangan lebih detail. Kami juga menyerahkan beberapa nama yang dekat dengan korban yang kemungkinan memiliki keterkaitan. Semua harus diungkap,” ujar Tito.
Tim kuasa hukum mengindikasikan bahwa sejumlah saksi potensial telah disebutkan untuk dimintai keterangan oleh penyidik. Jika proses di tingkat lokal mentok, mereka siap membawa kasus ini ke level yang lebih tinggi.
“Kami tidak akan berhenti. Jika proses ini mandek, kami siap bawa ke pusat. Ibu Salma berhak atas keadilan, dan korban berhak atas kebenaran,” tegas Tito.
Penantian di Tengah Luka
Kini, di tengah deretan berkas hukum dan janji pengusutan, Salma hanya berharap satu hal: kejelasan. Ia ingin tahu mengapa anaknya tewas dengan cara yang tak masuk akal. Ia ingin tahu siapa yang terakhir bersama anaknya, dan apa yang sebenarnya terjadi di balik subuh itu.
Bagi Salma, ini bukan hanya soal kehilangan. Ini tentang menyuarakan kebenaran yang mungkin ingin dibungkam.
(Mond)
#Peristiwa #Hukum #Padang