Breaking News

Makanan Gratis Berujung Petaka: 210 Siswa di Bogor Diduga Keracunan, Program Bergizi Jadi Bumerang

Ilustrasi 

D'On, Bogor
 – Sebuah program yang sejatinya dirancang untuk menyehatkan justru berakhir mencemaskan. Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digulirkan di sejumlah sekolah dasar di Kota Bogor menjadi sorotan publik setelah ratusan siswa mengalami gejala keracunan usai menyantap makanan dari program tersebut.

Suasana panik menyelimuti delapan sekolah di wilayah Bogor setelah total 210 siswa dilaporkan jatuh sakit usai makan siang bersama yang disediakan oleh MBG. Mulai dari mual, muntah, pusing, hingga diare akut menjadi gejala umum yang dialami para siswa hanya beberapa jam setelah menyantap makanan tersebut.

Menurut data resmi dari Dinas Kesehatan Kota Bogor, dari total korban:

  • 34 siswa harus dirawat inap di sejumlah rumah sakit,
  • 47 siswa menjalani perawatan jalan, dan
  • 129 siswa lainnya mengalami keluhan ringan dan diperbolehkan pulang.

Kepala Dinas Kesehatan, Sri Nowo Retno, dalam keterangannya kepada pers, pada Minggu (11/5/2025), menyampaikan bahwa semua korban mengonsumsi makanan dari satu penyedia katering yang sama, yang saat ini menjadi fokus utama penyelidikan.

“Kami sedang mengumpulkan data dan bekerja sama dengan Badan Gizi Nasional untuk menyelidiki penyebab pasti keracunan massal ini. Sampel makanan sudah kami kirim ke Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) untuk diuji,” jelas Sri.

Hingga berita ini diturunkan, hasil resmi uji laboratorium masih belum keluar. Namun, dugaan sementara mengarah pada kontaminasi makanan, entah karena kelalaian dalam proses pengolahan, penyimpanan, atau distribusi.

Kepanikan juga menyelimuti para orang tua yang berbondong-bondong mendatangi sekolah dan rumah sakit tempat anak-anak mereka dirawat. Beberapa di antaranya menangis histeris, khawatir akan kondisi anak mereka yang mendadak sakit.

Dadan Hindayana, Kepala Badan Gizi Nasional, turut hadir di lokasi sebagai bentuk tanggung jawab atas program nasional ini. Ia menegaskan pihaknya tidak tinggal diam dan tengah melakukan investigasi menyeluruh.

“Kami turun langsung untuk mendalami kasus ini. Belum bisa disimpulkan penyebabnya, karena masih menunggu hasil laboratorium. Tapi yang jelas, ini jadi bahan evaluasi besar bagi kami,” kata Dadan.

Kasus ini juga memicu diskusi luas di kalangan masyarakat dan pengamat pendidikan. Banyak yang mempertanyakan sistem kontrol mutu dan pengawasan atas program-program makan gratis yang didanai pemerintah. Sejumlah netizen bahkan menyerukan agar program MBG dihentikan sementara hingga hasil investigasi keluar dan perbaikan sistem dilakukan.

Seorang guru dari salah satu sekolah yang terdampak mengatakan bahwa sebelumnya tidak ada keluhan soal makanan. Namun, pada hari kejadian, ia mencium aroma yang “tidak biasa” dari lauk pauk yang disajikan.

“Beberapa anak sempat enggan makan karena bau amis, tapi sebagian tetap menyantapnya karena lapar,” ujarnya.

Kini, semua mata tertuju pada hasil uji laboratorium dan langkah-langkah yang akan diambil oleh pemerintah daerah maupun pusat. Apakah ini sekadar kelalaian teknis, atau ada masalah sistemik dalam pelaksanaan program MBG?

Yang jelas, tragedi ini menjadi alarm keras bahwa niat baik saja tidak cukup — eksekusi dan pengawasan harus berjalan ketat demi keselamatan anak-anak, generasi penerus bangsa.

(Mond)

#MakanBergiziGratis #Keracunan #Peristiwa #Bogor