Breaking News

Jangan Sampai Pukul Pantat Anak, Ini 4 Dampak Negatifnya

Ilustrasi 

Dirgantaraonline.co.id,-
Mendidik anak memang membutuhkan kesabaran, terutama saat ia berbuat nakal. Tidak jarang orangtua mendisiplinkan anak dengan hukuman fisik, seperti pukul pantat anak. Namun, apakah ini hal yang wajar? Apa dampaknya jika orangtua sering memukul pantat anak?

Bolehkah orangtua pukul pantat anak?

Hukuman fisik sepertinya sudah turun-temurun dipraktikkan oleh banyak orangtua untuk mendisiplinkan anak, mulai dari menjewer telinga hingga pukul pantat anak.

Padahal, mengutip Kids Health, mendisiplinkan anak dengan cara memukul pantat bukanlah tindakan yang efektif.

Studi yang dilakukan oleh American Academy of Pediatric (APA) pun menunjukkan hal yang sama.

Menurut studi tersebut, hukuman fisik, seperti memukul pantat, bisa menimbulkan rasa sakit.

Hal ini nantinya dapat menyebabkan peningkatan agresi (marah hingga cenderung tindakan kasar), perilaku antisosial, cedera fisik, dan masalah kesehatan mental anak.

Alih-alih membuat anak merasa jera dengan kenakalannya, hukuman fisik justru malah akan berdampak negatif pada kehidupan anak.

Bukan hanya itu, semakin sering orangtua melakukan pemukulan, tingkat hukuman akan semakin bertambah parah. Akibatnya, tindakan ini bisa berujung pada kasus kekerasan pada anak.

Dampak negatif jika orangtua suka pukul pantat anak

Sebagian besar orangtua mungkin setuju bahwa memberi pukulan bukanlah tindakan yang tepat untuk mendidik anak.

Namun, ada pula yang masih menerapkan cara ini dengan harapan anak menjadi lebih baik.

Padahal, seperti penjelasan sebelumnya, memukul pantat anak bukanlah tindakan yang efektif untuk mendisiplinkan anak ketika berbuat salah.

Pasalnya, ada banyak dampak negatif yang mungkin terjadi pada anak jika ia sering dipukul bokongnya, seperti berikut ini.

1. Mengajarkan anak untuk berperilaku serupa

Ingat pepatah, “Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya?”. Ya, pepatah ini bisa menggambarkan bagaimana efek pengasuhan orangtua akan berdampak pada kehidupan anak kelak.

Dalam kasus ini, perilaku anak adalah cerminan orangtuanya.

Bila orangtua sering memberi hukuman fisik, seperti memukul atau menampar anak, kelak sang anak juga akan berlaku demikian.

2. Menjadi lebih agresif

Anak-anak yang sering mendapatkan hukuman dengan dipukul pantatnya cenderung mengembangkan sikap yang agresif.

Misalnya, ketika merasa marah, sedih, kesal, dan tidak puas, ia bisa saja memukul teman atau orang lain yang berada di sekitarnya untuk melampiaskan emosinya.

Selain menjadi lebih agresif, anak-anak yang dibesarkan dengan penerapan hukuman fisik lebih rentan mengalami masalah kejiwaan pada kemudian hari.

3. Mengecilkan hati dan pikiran

Memukul pantat anak disertai ucapan kasar yang penuh amarah bisa membuat anak sedih. Apalagi jika tindakan ini dilakukan di depan teman atau orang lain.

Anak akan merasa tidak percaya diri, takut untuk berbuat sesuatu, dan kesulitan untuk bersosialisasi dengan orang lain kelak.

Tindakan ini juga bisa membentuk persepsi bahwa orangtua adalah sesuatu yang perlu ditakuti, bukan dihormati. Anda tentu tidak ingin si Kecil menganggap Anda demikian, bukan?

4. Memperburuk hubungan orangtua dan anak

Selain membuat anak berkecil hati, tindakan pukul pantat juga bisa membuat anak tidak mau mendengarkan orangtua.

Anak yang merasa kesakitan ketika dipukul tentu tidak akan menerima diperlakukan demikian. Akibatnya, sang anak bisa jadi berusaha melawan dengan tindakan atau ucapannya.

Bukannya menjadi solusi, memukul pantat anak bisa memperkeruh suasana. Jika terus dilakukan, komunikasi dengan anak tentu tidak akan berjalan dengan baik.

Dibanding memukul pantat anak, mungkin hal ini lebih baik

Memukul bokong anak bukanlah satu-satunya cara untuk mendisiplinkannya. Anda bisa menerapkan cara lainnya, seperti metode time out.

Metode ini akan membantu menenangkan emosi Anda yang tengah marah dan memberikan waktu bagi anak untuk menyadari serta menyesali kesalahannya.

Caranya, mintalah anak untuk masuk ke kamar dan merenungi kesalahannya. Ambil mainan ataupun gadget yang mungkin bisa ia mainkan di dalam kamar.

Biarkan keadaan itu selama kurang dari satu jam. Setelahnya, Anda bisa minta anak untuk mengakui kesalahan, meminta maaf, dan berjanji untuk tidak mengulangi kesalahannya lagi.

Bisa juga dengan memberi hukuman pada anak yang lebih bermanfaat. Contohnya, jika anak mencoret dinding dan mengotori kamarnya, Anda bisa menghukum untuk membersihkan kamarnya sendiri.

Dengan begitu, anak akan belajar untuk mempertanggungjawabkan kesalahannya dan tidak akan mengulanginya lagi.


(Rini)

#Parenting #Kids #Anak #global

No comments