Update BNPB: Korban Banjir Sumatera Tembus 1.006 Jiwa

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari (kiri) mengonfirmasi korban meninggal per Sabtu, 13 Desember 2025 sudah mencapai 1.006 jiwa. (Istimewa)
D'On, Jakarta/Aceh — Duka mendalam menyelimuti Pulau Sumatera. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengonfirmasi jumlah korban jiwa akibat rangkaian banjir besar dan tanah longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat telah menembus angka 1.006 orang. Angka ini menjadikan bencana hidrometeorologi tersebut sebagai salah satu tragedi kemanusiaan terbesar di Indonesia sepanjang akhir 2025.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menyampaikan pemutakhiran data tersebut dalam konferensi pers penanganan banjir dan longsor yang dipantau secara daring dari Media Center Kantor Gubernur Aceh, Sabtu (13/12/2025).
“Korban meninggal per hari ini, rekapitulasi dari tiga provinsi, mencapai 1.006 jiwa,” ujar Abdul Muhari.
Korban Jiwa Bertambah di Tiga Provinsi
Berdasarkan data terbaru BNPB, peningkatan jumlah korban meninggal terjadi di seluruh wilayah terdampak, meski dengan laju yang berbeda:
- Aceh: dari 411 jiwa menjadi 415 jiwa
- Sumatera Utara: dari 343 jiwa menjadi 349 jiwa
- Sumatera Barat: dari 241 jiwa menjadi 242 jiwa
Penambahan korban ini, menurut BNPB, disebabkan oleh ditemukannya jenazah korban yang sebelumnya tertimbun material longsor atau terseret arus banjir, terutama di daerah dengan medan berat dan akses terbatas.
Korban Hilang dan Pengungsi Mulai Menurun
Di tengah kabar duka, terdapat secercah perkembangan positif. BNPB mencatat jumlah korban hilang mengalami penurunan, dari sebelumnya 226 orang menjadi 217 orang. Penurunan ini merupakan hasil dari operasi pencarian dan penyelamatan (SAR) yang terus dilakukan secara intensif oleh gabungan TNI, Polri, Basarnas, BPBD, dan relawan.
Sementara itu, jumlah pengungsi juga berkurang signifikan, dari 884.889 jiwa menjadi 654.642 jiwa. Penurunan angka pengungsi terjadi seiring surutnya genangan di sejumlah wilayah serta dibukanya kembali akses jalan menuju permukiman warga.
Namun BNPB mengingatkan, penurunan angka pengungsi tidak serta-merta berarti situasi telah sepenuhnya aman. Banyak warga terpaksa kembali ke rumah yang rusak berat atau bahkan hancur, dengan keterbatasan logistik dan fasilitas dasar.
Tantangan Berat di Lapangan
Abdul Muhari menegaskan, proses penanganan bencana masih menghadapi berbagai tantangan serius. Cuaca yang belum sepenuhnya stabil, potensi longsor susulan, serta kerusakan infrastruktur menjadi hambatan utama dalam distribusi bantuan dan proses evakuasi.
Di sejumlah daerah pedalaman Aceh dan Sumatera Barat, tim SAR harus menempuh jalur darat yang terputus atau menggunakan alat berat untuk menyingkirkan material longsor. Sementara di Sumatera Utara, banjir bandang menyebabkan perubahan alur sungai yang menyulitkan pencarian korban.
BNPB Fokus Tiga Langkah Prioritas
BNPB bersama pemerintah daerah menetapkan tiga fokus utama dalam fase tanggap darurat saat ini:
- Pencarian dan penyelamatan korban hilang
- Pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi, terutama pangan, air bersih, layanan kesehatan, dan sanitasi
- Percepatan pemulihan akses dan infrastruktur vital, termasuk jalan, jembatan, dan fasilitas kesehatan
BNPB juga mengimbau masyarakat di wilayah rawan agar tetap waspada terhadap potensi bencana susulan, mengingat intensitas hujan masih tinggi di sejumlah daerah Sumatera.
Duka Nasional dan Peringatan Serius
Tragedi banjir dan longsor di Sumatera ini tidak hanya menyisakan luka mendalam bagi ribuan keluarga korban, tetapi juga menjadi peringatan keras akan meningkatnya risiko bencana hidrometeorologi ekstrem di Indonesia.
Dengan lebih dari seribu nyawa melayang, BNPB menegaskan pentingnya kolaborasi semua pihak pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat dalam memperkuat mitigasi bencana, tata kelola lingkungan, serta kesiapsiagaan menghadapi cuaca ekstrem yang kian tak terduga.
(B1)
#UpdateKorbanBencanaSumatera #BNPB