Prabowo Minta Pengungsi Bersabar: Negara Bekerja di Tengah Bencana, Presiden Tak Punya “Tongkat Nabi Musa”

Presiden Prabowo Subianto mengunjungi Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh, meninjau posko kesehatan di wilayah terdampak bencana pada Jumat, 12 Desember 2025. (Foto: BPMI Setpres).
D'On, Aceh - Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto secara terbuka meminta kesabaran para pengungsi korban banjir di Sumatra, seraya menegaskan bahwa penanganan bencana berskala besar tidak mungkin diselesaikan secara instan. Di hadapan warga yang masih bertahan di pengungsian, Prabowo menyampaikan permohonan maaf sekaligus pengakuan jujur atas keterbatasan negara dalam menyelesaikan seluruh persoalan sekaligus.
Pernyataan itu disampaikan Prabowo saat meninjau Posko Pengungsian SMP Negeri 2 Wih Pesam, Kabupaten Bener Meriah, Aceh, Jumat (12/12/2025). Di lokasi tersebut, ratusan warga terdampak banjir masih bergantung pada bantuan logistik dan pelayanan darurat pemerintah.
“Tentunya kita butuh kesabaran dari bapak ibu sekalian, karena tidak bisa kita seketika selesaikan semua. Saya minta maaf, Presiden Republik Indonesia tidak punya tongkat Nabi Musa, tidak punya,” ujar Prabowo, disambut perhatian serius para pengungsi.
Pernyataan itu mencerminkan pendekatan komunikasi yang lugas sekaligus realistis, di tengah ekspektasi publik terhadap kehadiran negara pascabencana besar yang melanda sejumlah wilayah di Sumatra.
Operasi Besar-besaran: Puluhan Helikopter dan Pesawat Dikerahkan
Di hadapan warga, Prabowo menegaskan bahwa pemerintah pusat tidak tinggal diam. Ia menyebut, sejak awal bencana, negara telah mengerahkan puluhan helikopter dan pesawat untuk mendistribusikan bantuan logistik, mengevakuasi korban, serta membuka akses ke wilayah-wilayah yang terisolasi akibat banjir dan longsor.
Langkah ini, menurut Prabowo, merupakan bagian dari operasi kemanusiaan nasional yang melibatkan lintas kementerian, TNI, Polri, dan pemerintah daerah.
Tak hanya fokus pada fase tanggap darurat, Prabowo juga menegaskan komitmen pemerintah dalam menyiapkan hunian tetap bagi masyarakat yang kehilangan rumah atau mengalami kerusakan berat.
“Kita akan bekerja keras untuk saudara-saudara sekalian,” kata Prabowo singkat namun tegas.
Apresiasi untuk Kepala Daerah hingga Aparat Negara
Dalam kesempatan itu, Prabowo secara khusus menyampaikan apresiasi kepada para kepala daerah yang dinilai bekerja tanpa henti di tengah situasi krisis. Ia menyebut peran bupati, wakil bupati, jajaran dinas daerah, hingga pemerintah provinsi sebagai garda terdepan dalam penanganan bencana.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, serta jajaran menteri Kabinet Merah Putih yang turun langsung ke lapangan.
“Saya terima kasih Pak Bupati, Wakil Bupati, semua kepala dinas di provinsi. Terima kasih Pak Gubernur dan semua jajarannya bekerja terus. Saya terima kasih Panglima TNI, Kapolri pasukannya turun semua. Menteri-menteri turun semua,” ujar Prabowo.
Menurut Prabowo, kehadiran langsung para pejabat negara di lapangan bukan sekadar simbol, melainkan bentuk tanggung jawab moral dan politik terhadap rakyat yang sedang tertimpa musibah.
“Negara Tidak Akan Meninggalkan Korban”
Dalam pernyataan yang menegaskan posisi negara, Prabowo memastikan bahwa pemerintah tidak akan membiarkan para korban banjir menghadapi penderitaan sendirian.
Ia mengungkapkan bahwa dirinya langsung terbang ke Aceh sesaat setelah menyelesaikan kunjungan luar negeri ke Pakistan dan Rusia, demi memastikan penanganan bencana berjalan sesuai kebutuhan di lapangan.
“Saya baru tiba di Tanah Air tadi pagi dini hari jam 3, mendarat di Kualanamu. Habis itu langsung terbang ke Aceh Tamiang,” ungkap Prabowo.
Padahal, Prabowo tercatat baru berkunjung ke Bireuen, Aceh, pada 7 Desember 2025 lalu, menandakan intensitas perhatian Presiden terhadap wilayah terdampak bencana di ujung barat Indonesia tersebut.
“Jadi terus saya monitor, akan saya perhatikan semuanya,” pungkasnya.
Di Antara Harapan dan Realitas
Pernyataan Prabowo yang menyebut dirinya tidak memiliki “tongkat Nabi Musa” menjadi simbol pengakuan atas kompleksitas penanganan bencana alam di Indonesia negara dengan kerentanan geografis tinggi. Namun, di saat yang sama, pernyataan itu juga menegaskan pesan bahwa negara hadir, bekerja, dan berupaya semaksimal mungkin di tengah keterbatasan.
Bagi para pengungsi, kehadiran langsung Presiden di tengah lumpur, tenda pengungsian, dan sisa-sisa banjir menjadi penguat harapan bahwa penderitaan mereka tidak diabaikan bahwa proses pemulihan memang panjang, tetapi tidak dijalani sendirian.
(L6)
#BanjirAceh #PrabowoSubianto #Nasional