Breaking News

Kamboja Diduga Rekrut Warga Asing Operasikan Drone Kamikaze untuk Gempur Thailand

Ilustrasi Thailand menuding Kamboja merekrut warga asing untuk mengoperasikan drone kamikaze guna menyerang wilayahnya (Foto: RTAF)

D'On, Thailand
- Intelijen Bangkok Ungkap Dimensi Baru Perang Perbatasan, Jet Tempur Dikerahkan Hantam Target Strategis

Ketegangan bersenjata di perbatasan Thailand–Kamboja memasuki babak baru yang jauh lebih berbahaya.
Intelijen Thailand mengungkap dugaan serius bahwa Phnom Penh merekrut warga negara asing untuk mengoperasikan drone kamikaze jenis First-Person View (FPV) dalam serangan langsung ke wilayah Thailand, khususnya pos-pos militer di zona perbatasan yang disengketakan.

Temuan ini muncul di tengah operasi militer besar-besaran Thailand yang digelar hanya beberapa jam sebelum rencana gencatan senjata diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada Jumat malam (12/12/2025). Alih-alih mereda, konflik justru menunjukkan eskalasi teknologi dan taktik yang mengkhawatirkan kawasan Asia Tenggara.

Drone Kamikaze Dikendalikan Warga Asing, Militer Kamboja Jadi Pengintai

Menurut laporan intelijen militer Thailand, operator drone bukan berasal dari angkatan bersenjata Kamboja, melainkan warga asing yang direkrut khusus untuk mengendalikan drone kamikaze FPV.
Peran personel militer Kamboja, kata sumber intelijen, lebih difokuskan sebagai pengintai lapangan (spotter) yang berada dekat sasaran untuk memberikan panduan visual dan koordinat serangan secara real time.

Salah satu lokasi kunci yang disebut adalah Chong An Ma, wilayah sensitif yang selama ini menjadi titik panas sengketa perbatasan. Dari lokasi tersebut, pengintai mengarahkan drone ke sasaran strategis di sisi Thailand.

Drone kamikaze yang digunakan bukan perangkat biasa.
Thailand mengidentifikasi bahwa drone tersebut:

  • Dilengkapi hulu ledak mortir kaliber 82 milimeter
  • Dikendalikan menggunakan kabel serat optik, bukan sinyal radio
  • Dirancang terbang lambat namun stabil, sehingga sulit dideteksi dan dijamming
  • Mampu menembus sistem pertahanan dan menyerang target secara presisi

Teknologi kendali serat optik dinilai sangat berbahaya karena kebal terhadap gangguan elektronik, menjadikannya senjata favorit dalam konflik modern.

“Ini bukan sekadar serangan drone, ini adalah perang asimetris dengan teknologi yang dirancang untuk menembus pertahanan modern,” ujar sumber militer Thailand yang dikutip media setempat.

Pos Militer Jadi Sasaran Utama Serangan

Target utama drone kamikaze tersebut adalah pos-pos militer Thailand yang berada dekat garis perbatasan.
Serangan dilakukan secara presisi, menyasar titik vital seperti:

  • Pos pengawasan
  • Gudang logistik
  • Titik komunikasi
  • Barak personel

Meski Thailand belum merilis angka resmi korban, militer mengakui serangan drone telah meningkatkan risiko signifikan terhadap pasukan di lapangan dan memaksa perubahan pola pertahanan.

Thailand Balas dengan Operasi Tiga Matra

Menanggapi eskalasi ini, Thailand melancarkan operasi gabungan tiga matra darat, udara, dan laut untuk melumpuhkan kemampuan tempur Kamboja sekaligus memutus jaringan pendanaan perang.

Sorotan utama operasi balasan ini adalah pengerahan jet tempur F-16 dan Gripen, yang menghantam target-target yang dinilai memiliki nilai strategis tinggi.

Sasaran serangan udara meliputi:

  • Kasino di Chong An Ma
  • Kasino di Chong Chom
  • Kompleks kasino di O’Smach

Menurut intelijen Thailand, kasino-kasino tersebut tidak sekadar fasilitas hiburan, melainkan diduga:

  • Menjadi sumber pendanaan operasi militer
  • Digunakan sebagai pusat logistik
  • Menyediakan akomodasi dan kantor operasional

Proyek Konstruksi Misterius di Balik Kasino

Investigasi intelijen Thailand juga menemukan proyek konstruksi besar di belakang sejumlah kasino yang hampir rampung.
Bangunan tersebut diduga akan difungsikan sebagai:

  • Kantor komando lapangan
  • Asrama personel
  • Pusat koordinasi operasi drone

Temuan ini memperkuat kecurigaan bahwa infrastruktur sipil dimanfaatkan untuk kepentingan militer, sebuah praktik yang berpotensi melanggar hukum humaniter internasional.

Dimensi Internasional: Perekrutan Warga Asing Picu Alarm Global

Dugaan perekrutan warga asing untuk mengoperasikan senjata dalam konflik bersenjata membuka dimensi internasional baru yang jauh lebih kompleks.
Para analis keamanan menilai langkah ini berpotensi:

  • Menyeret aktor lintas negara
  • Memicu keterlibatan kekuatan besar
  • Mengubah konflik lokal menjadi isu keamanan regional

Penggunaan drone kamikaze oleh operator non-negara juga menimbulkan kekhawatiran serius terkait proliferasi teknologi militer di Asia Tenggara kawasan yang selama ini relatif bebas dari konflik drone berskala besar.

Menuju Gencatan Senjata atau Eskalasi Baru?

Meski Presiden AS Donald Trump telah mengumumkan rencana gencatan senjata, situasi di lapangan menunjukkan perlombaan waktu antara diplomasi dan eskalasi militer.

Bagi Thailand, serangan drone kamikaze dianggap sebagai garis merah yang tak bisa ditoleransi.
Bagi kawasan Asia Tenggara, konflik ini menjadi peringatan keras bahwa perang modern murah, presisi, dan mematikan telah tiba di depan mata.

Jika tidak segera dikendalikan, konflik Thailand–Kamboja berisiko menjadi preseden berbahaya bagi stabilitas regional di era perang drone.

(IN)

#Internasional #PerangThailandKamboja #Perang #DroneKamikaze