Breaking News

Korban Banjir dan Longsor di Sumatra Mulai Terserang Penyakit: Kemenkes Kirim Bantuan Medis Tambahan

Sejumlah warga berada di Posko Pengungsian korban banjir bandang di Batu Busuk, Pauh, Padang, Sumatera Barat, Rabu (26/11/2025). Banjir bandang yang menerjang pada Selasa (25/11/2025) berdampak kepada 327 jiwa dengan dua rumah dan satu mushalla rusak, dan sebanyak 167 orang mengungsi karena masih dikhawatirkan terjadi banjir susulan. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/YU

D'On, Jakarta
- Gelombang penyakit mulai menampakkan jejaknya di tengah rentetan bencana banjir dan longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sumatra sepanjang akhir November hingga awal Desember 2025. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan peningkatan signifikan berbagai keluhan kesehatan di lokasi pengungsian, terutama kasus demam yang melonjak tajam di Sumatra Barat dan Tapanuli Selatan.

Lonjakan Demam Paling Tinggi di Sumatra Barat

Data Kemenkes menunjukkan Sumatra Barat menjadi wilayah dengan kasus demam tertinggi di antara tiga provinsi terdampak.

Pada periode 25–29 November 2025, tercatat:

  • Demam: 376 kasus
  • Myalgia: 201
  • Gatal: 120
  • Dispepsia: 118
  • ISPA: 116
  • Hipertensi: 77
  • Luka-luka: 62
  • Sakit kepala: 46
  • Diare: 40
  • Asma: 40

Para pasien berasal dari lima kabupaten: Pasaman, Pasaman Barat, Agam, Pesisir Selatan, dan Tanah Datar.

Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes, Agus Jamaludin, menyebut temuan ini sebagai tanda jelas bahwa lingkungan pascabencana berada dalam kondisi sangat rentan.

“Tempat pengungsian yang padat, kurangnya perlindungan diri, serta akses air bersih yang terbatas menjadi faktor utama naiknya kasus demam,” ujar Agus dalam keterangan resmi, Rabu (3/12/2025).

Tapanuli Selatan Juga Alami Lonjakan Kasus

Di Tapanuli Selatan, Sumatra Utara, gelombang penyakit memiliki pola hampir serupa. Dalam periode 25 November–1 Desember 2025, Kemenkes mencatat:

  • Demam: 277
  • Myalgia: 151
  • Gatal: 150
  • Dispepsia: 94
  • ISPA: 96
  • Hipertensi: 75
  • Luka-luka: 45
  • Sakit kepala: 23
  • Diare: 23
  • Asma: 3

Situasi kesehatan di daerah tersebut menunjukkan tekanan yang sama: sanitasi buruk, tempat tinggal sementara yang terbatas, dan pergerakan pengungsi yang sulit dikendalikan.

Pidie Jaya: Luka-Luka Mendominasi

Di wilayah terdampak lainnya, yaitu Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, pola keluhan berbeda. Pada periode 25–30 November:

  • Luka-luka: 35 kasus
  • ISPA: 15
  • Diare: 6

Kondisi medan yang rusak dan proses evakuasi panjang diduga menyebabkan kasus luka-luka mendominasi di daerah ini.

Ancaman Baru: DBD dan Leptospirosis

Selain penyakit yang sudah tercatat, Kemenkes mengingatkan bahwa fase pascabencana berpotensi membuka pintu dua ancaman baru:

1. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Genangan air sisa banjir menjadi habitat ideal bagi nyamuk Aedes aegypti. Dengan cuaca lembap dan populasi pengungsi yang tinggi, risiko penyebaran DBD meningkat dalam waktu singkat.

2. Leptospirosis

Air banjir yang tercemar urine tikus atau hewan lain dapat menginfeksi manusia melalui luka terbuka atau kulit yang terpapar air kotor. Kondisi pengungsian yang padat tanpa alas kaki layak meningkatkan risiko penularan.

Agus mengingatkan:

“Kontaminasi air dan derasnya arus banjir yang membawa kotoran hewan dapat memperbesar risiko leptospirosis. Ini perlu diwaspadai sejak dini.”

Kemenkes Kirim Tenaga dan Logistik Tambahan

Melihat laju peningkatan penyakit, Kemenkes telah mengirim:

  • tambahan tenaga kesehatan,
  • logistik darurat,
  • obat-obatan esensial,
  • dan memperkuat pos kesehatan di wilayah terdampak.

“Fokus kami mencegah penularan lebih luas dan menekan risiko komplikasi,” tegas Agus.

Imbauan Kesehatan: Dari Kebersihan Hingga Pengelolaan Lingkungan

Kemenkes mengeluarkan enam imbauan utama untuk masyarakat di wilayah bencana:

1. PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)

– Rutin cuci tangan dengan sabun
– Menjaga kebersihan tubuh
– Memakai alas kaki untuk menghindari luka dan leptospirosis

2. Konsumsi Makanan Aman

– Mengonsumsi makanan yang matang sempurna
– Menggunakan air yang aman untuk minum dan memasak

3. Menjaga Kebersihan Lingkungan Pengungsian

– Area harus tetap kering dan bebas genangan
– Sampah dibuang di tempatnya
– Toilet darurat digunakan sesuai prosedur
– Luka—sekecil apa pun—harus ditutup rapat

4. 3M Plus untuk Mencegah DBD

– Menguras
– Menutup
– Mendaur ulang barang berpotensi menjadi sarang nyamuk
– Plus tindakan tambahan seperti penggunaan lotion antinyamuk

5. Memantau Gejala Dini

Jika muncul demam, gatal, diare, atau gejala ISPA, warga diminta segera memeriksakan diri ke pos kesehatan terdekat.

Banjir boleh surut, tetapi risiko kesehatan biasanya naik perlahan, diam-diam, dan sering terlambat disadari. Karena itu, penguatan layanan medis dan disiplin PHBS menjadi garis pertahanan utama masyarakat hingga daerah-daerah terdampak kembali pulih.

(T)

#BanjirSumatera #BencanaAlam #Kesehatan