Breaking News

Gubernur Aceh Mualem “Semprot” Para Bupati: Tak Siap Hadapi Banjir, Lebih Baik Mundur!

Gubernur Aceh, H. Muzakir Manaf saat Apel Tim Recovery Bencana yang digelar di Landasan Udara Sultan Iskandar Muda (SIM), Sabtu (29/11/2025). Foto: Dok. Pemerintah Aceh

D'On, Aceh Timur —
Gubernur Aceh Muzakir Manaf (Mualem) melontarkan pernyataan paling keras sejak dilantik. Di tengah bencana banjir yang semakin meluas dan menelan korban, Mualem menegaskan bahwa ia tidak ingin dipimpin oleh kepala daerah yang cengeng atau tidak mampu mengambil tindakan cepat.

Kalau ada bupati yang cengeng dan menyerah menghadapi musibah ini, silakan mengundurkan diri. Kita ganti dengan yang lain, yang siap bekerja untuk rakyat,” kata Mualem lantang saat meninjau posko pengungsian di Aceh Timur, Jumat (5/12).

Pernyataan ini bukan sekadar kritik biasa. Ini adalah peringatan keras kepada sejumlah kepala daerah yang sebelumnya menyampaikan ketidaksanggupan menangani bencana, bahkan ada yang meminta instruksi lanjutan tanpa inisiatif di lapangan.

“Ini Tsunami Jilid Dua untuk Aceh”

Mualem menggambarkan banjir kali ini sebagai bencana terbesar sejak tsunami 2004.

Kalau tsunami 2004 air datang dua jam, banjir kali ini menggenangi rumah lima hari lebih. Ini penderitaan luar biasa bagi rakyat Aceh,” ujarnya dengan nada murka namun penuh keprihatinan.

Banjir melanda lima wilayah dengan kategori berat:

  • Aceh Timur
  • Aceh Tamiang
  • Aceh Utara
  • Sebagian Bireuen
  • Sebagian Aceh Tengah

Ribuan rumah terendam hingga atap, jalan penghubung antar-kabupaten terputus, ekonomi lumpuh total, dan ribuan warga mengungsi ke tempat lebih aman. Sejumlah korban meninggal dilaporkan, sementara banyak lainnya terserang penyakit akibat lingkungan yang tercemar.

Instruksi Mualem: “Tidak Ada yang Menunggu Perintah!”

Gubernur Aceh itu menurunkan perintah yang tidak bisa ditawar: semua pejabat pemerintahan, dari camat hingga keuchik, harus turun langsung ke lapangan.

Tidak boleh ada camat atau keuchik yang hanya duduk menunggu instruksi. Semua harus bergerak cepat. Pastikan rakyat tertolong, dapur umum hidup, bantuan sampai, tidak ada warga kelaparan.

Langkah ini muncul setelah laporan bahwa beberapa wilayah terlambat menerima logistik akibat lambannya koordinasi di tingkat kecamatan dan desa.

Pemimpin Jangan Main Aman

Mualem menegaskan bahwa kondisi darurat tidak membutuhkan pemimpin yang birokratis, pasif, apalagi takut mengambil keputusan.

Pemimpin dipilih rakyat untuk bekerja pada saat tersulit. Bukan mengeluh, bukan lari. Rakyat butuh pemimpin di garis depan, bukan di belakang meja kantor.

Nada tegas ini mencerminkan ketidaksabaran Gubernur melihat beberapa kepala daerah yang justru sibuk mencari alasan daripada solusi.

Tenaga Medis Didatangkan dari Malaysia

Situasi kesehatan di daerah banjir memburuk. Banyak fasilitas kesehatan rusak, tenaga medis kewalahan, dan jumlah pasien melonjak drastis. Menghadapi kondisi itu, Pemerintah Aceh mengambil keputusan tidak biasa: mendatangkan dokter dari Malaysia.

Tim medis asing tersebut akan menangani kasus berat seperti:

  • infeksi pascabanjir
  • diare
  • ISPA
  • penyakit kulit
  • komplikasi luka terbuka

Kita tidak boleh membiarkan rakyat berjuang sendiri. Semua sumber daya kita kerahkan, termasuk dari luar negeri jika diperlukan,” ujar Mualem.

Seruan Persatuan dan Evaluasi Kesiapsiagaan Aceh

Di akhir kunjungan, Mualem menyerukan agar seluruh unsur  pemerintah daerah, TNI-Polri, relawan, tenaga kesehatan, dan warga  bersatu mempercepat evakuasi, penyaluran logistik, serta pemulihan.

Ia juga menyebut banjir ini sebagai “peringatan keras” tentang rapuhnya infrastruktur dan tata kelola wilayah Aceh.

Aceh masih sangat rentan bencana. Kita harus berbenah. Ini bukan hanya banjir, ini alarm besar.

(K)

#BanjirAceh #Mualem #Aceh #BencanaAlam