Breaking News

Dari Dharmasraya untuk Padang: 50 Relawan Datang Membawa Harapan di Tanah yang Masih Beraroma Lumpur


D'On, Padang – Sabtu (06/12/2025)
, pagi belum sepenuhnya naik ketika kabut tipis menggantung di atas Perumahan Taruko, RT 02/RW 03, Kelurahan Tabiang Banda Gadang, Kecamatan Nanggalo. Udara bercampur pekat antara bau lumpur, kayu basah, dan sisa-sisa sampah yang menumpuk setelah malam panjang penuh kecemasan. Dinding-dinding rumah yang mengering tak rata menyisakan garis cokelat tua setinggi pinggang seolah menjadi saksi bisu betapa besar air merangsek masuk beberapa jam sebelumnya.

Namun di tengah sunyi pascapanik itu, terdengar sesuatu yang berbeda.

Bukan suara air, bukan suara tangis melainkan suara mesin diesel yang perlahan mendekat, diikuti langkah kaki yang mantap. Dari arah perempatan jalur dua perumahan, deretan rombongan berbaju lapangan hijau tua dengan logo Dharmasraya di dada kiri mulai terlihat. Mereka datang bukan tergesa-gesa, tetapi meyakinkan. Seolah setiap langkah membawa pesan: “Kami datang untuk membantu.”

50 Relawan, 1 Komitmen: Bertahan dan Bekerja 5 Hari Penuh

Lima puluh relawan itu turun dari truk dan minibus dengan membawa beragam perlengkapan sekop, cangkul, selang air, gerobak dorong, sepatu bot yang masih bersih, juga ransel logistik. Tidak ada yang terlihat ragu. Mereka sudah bersiap untuk lima hari penuh, tidur di lapangan, makan di dapur umum, dan bekerja dari pagi hingga matahari kembali tenggelam.

Ketua RT setempat, Alwi, berdiri di depan rumahnya yang masih penuh kerak lumpur. Matanya berkaca-kaca saat melihat rombongan itu mendekat.

Kami benar-benar kelelahan… tapi kedatangan mereka seperti memberi tenaga baru,” ujarnya pelan, suaranya serak karena kurang tidur.

Damkar Turun Tangan: Menyemprot 25 Sentimeter Lumpur yang Mengeras

Tak lama setelah mereka tiba, sebuah mobil damkar Dharmasraya mendengung, selangnya ditekan hingga mengeluarkan air bertekanan tinggi. Semprotan itu memecah lapisan lumpur tebal sekitar 25 sentimeter yang menutupi jalan dan halaman rumah warga. Lumpur yang tadinya keras seperti adonan semen mulai terkelupas, mengalir perlahan ke tepi-tepi drainase. Jalur bersih mulai tampak seperti garis-garis harapan yang baru ditorehkan di atas tanah yang letih.

Anak-anak kecil berdiri di kejauhan, sebagian berjinjit dan memeluk ibu mereka. Mereka menonton bagaimana jalanan yang semalam tampak mati kini mulai kembali bernyawa.

Dapur Umum Menjadi “Hati” dari Kawasan yang Lelah

Di sisi lain, sebuah tenda besar berdiri. Di dalamnya, panci-panci raksasa mulai mengepul. Bunyi sendok bertemu dasar panci beradu pelan, menciptakan ritme yang memberi rasa aman. Warga yang hanya sempat menyelamatkan diri semalam kini bisa bernapas lega.

“Ini bukan sekadar makanan,” ujar seorang ibu sambil mengaduk gulai sayur. “Ini tanda bahwa kami tidak sendirian.

Dipimpin Langsung oleh Tokoh Daerah

Operasi kemanusiaan ini tidak digerakkan secara serampangan. Plt Asisten Administrasi Pemerintahan dan Kesra, Darisman, mengambil alih koordinasi lapangan. Dari satu titik ke titik lain, ia memastikan relawan bergerak terstruktur dan efektif. Tidak ada area yang dibiarkan luput.

Di tengah kesibukan, Sekda Dharmasraya, Drs. Jasman Dt Bandaro Bendang, ikut turun langsung. Tangannya kotor, celananya penuh percikan lumpur ia bekerja bersama relawan tanpa jarak.

“Dharmasraya Harus Hadir, Jangan Setengah Hati”

Semua gerakan cepat ini bukan tanpa alasan. Dari Dharmasraya, Bupati Annisa Suci Ramadhani memberikan instruksi tegas sejak dini:

“Dharmasraya harus hadir. Jangan setengah hati.”

Instruksi itu menjadi semacam kompas moral bagi para relawan. Mereka datang dengan satu tujuan: memastikan kehadiran mereka berdampak nyata, bukan sekadar formalitas bantuan yang datang untuk difoto lalu pergi.

Sore harinya, Wakil Bupati Dharmasraya datang meninjau langsung. Ia menyapa warga, mendengar keluh kesah mereka, dan memberi motivasi kepada para relawan yang sudah bekerja berjam-jam. Kehadirannya disambut hangat oleh Wakil Wali Kota Padang, Magius Nasir, serta Camat Nanggalo, Amrizal Rengganis sebuah simbol kebersamaan antardaerah.

Irama Pemulihan Menggema Sepanjang Hari

Suara semprotan damkar, dentingan cangkul yang menghantam permukaan keras, tawa kecil para relawan ketika bergotong-royong mengangkat barang berat—semua berpadu menjadi irama pemulihan. Warga mulai berani tersenyum. Beberapa bahkan ikut membantu, meski tubuh mereka mungkin masih lelah.

Setiap bagian yang berhasil dibersihkan membuat kawasan Taruko kembali menampakkan wujud aslinya pelan, tapi pasti.

Lebih dari Sekadar Bantuan: Ini Cerita Tentang Kepedulian Tanpa Batas

Bagi warga Padang, hari itu bukan sekadar hari pembersihan. Itu adalah hari ketika orang-orang dari Dharmasraya daerah yang jaraknya hampir 200 kilometer memilih untuk hadir, untuk bekerja, untuk tinggal selama lima hari penuh tanpa peduli batas wilayah administrasi.

Dan bagi para relawan Dharmasraya, lima hari ke depan adalah pembuktian bahwa pesan Bupati bukan hanya kata-kata. Solidaritas dan kemanusiaan harus terlihat harus dirasakan.

Di Perumahan Taruko yang masih basah oleh lumpur, harapan itu akhirnya kembali tumbuh.

(Papa Juan)

#BanjirPadang #Padang