BNPB Koreksi Data Korban Bencana Sumatera: 770 Jiwa Meninggal, 463 Masih Hilang Verifikasi Lapangan Ungkap Skala Bencana Lebih Akurat

Tim SAR gabungan melakukan pencarian korban longsor di Kota Sibolga, Selasa (2/12/2025). Foto: Polres Sibolga
D'On, Aceh - Posko Terpadu Penanganan Bencana Alam di Aceh siang itu dipenuhi suara perangkat radio, dering telepon, dan langkah relawan yang tak henti bergerak. Di tengah arus informasi yang kadang datang lebih cepat dari kemampuan manusia mengolahnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akhirnya menyampaikan koreksi penting: jumlah korban jiwa akibat banjir dan longsor besar di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat bukan lagi 804 jiwa seperti tertera sebelumnya di sistem daring, melainkan 770 jiwa.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menjelaskan koreksi ini bukan sekadar revisi angka, melainkan hasil proses panjang menyaring laporan yang masuk dari beragam posko, tim SAR, pemerintah daerah, hingga perangkat nagari dan gampong yang bekerja tanpa jeda.
“Rekapitulasi yang kami sampaikan hari ini adalah data yang sudah diverifikasi dan divalidasi langsung oleh Posko Terpadu. Ada koreksi dari data dashboard online karena beberapa laporan ganda dan temuan terbaru di lapangan,” ujar Abdul dalam konferensi pers Rabu (3/12).
770 Jiwa Meninggal, 463 Masih Hilang: Potret Kelam Tiga Provinsi
Angka terbaru itu dibagi dalam tiga wilayah yang paling terdampak:
-
Aceh
- Meninggal dunia: 277 jiwa
- Dilaporkan hilang: 193 jiwa
Wilayah pesisir dan lembah sungai di Aceh diketahui mengalami hantaman banjir bandang terbesar dalam satu dekade terakhir. Banyak korban ditemukan dalam kondisi tertimbun material lumpur dan kayu besar, hasil sapuan arus yang datang tanpa ampun.
-
Sumatera Utara
- Meninggal dunia: 299 jiwa
- Hilang: 159 jiwa
Di provinsi ini, longsor besar yang memutus akses jalan dan menghancurkan permukiman menjadi faktor tingginya korban. Sejumlah desa masih terisolasi sehingga laporan baru terus bermunculan.
-
Sumatera Barat
- Meninggal dunia: 194 jiwa
- Hilang: 111 jiwa
Hujan ekstrem yang tak kunjung mereda memicu luncuran material vulkanik tua dari perbukitan. Banyak lokasi terdampak berada di bantaran sungai dan lereng curam yang selama ini menjadi jalur air alami.
Pencarian Terus Berjalan: Setiap Hari Adalah Balapan dengan Waktu
Di sisi lain, 463 orang yang belum ditemukan menjadi fokus utama tim SAR gabungan. Di medan yang kadang berubah menjadi rawa instan, para rescuer bergerak dengan sekop, perahu karet, drone thermal, hingga anjing pelacak. Setiap serpih data lokasi terakhir korban terlihat, arah arus sungai, hingga bau tanah basah yang baru terguncang menjadi petunjuk berharga.
“Pencarian tidak akan dihentikan,” tegas Abdul.
Ia menyebut cuaca yang fluktuatif dan kontur geologi wilayah menjadi tantangan tersendiri. Banyak titik longsor baru terbentuk akibat tanah jenuh air, membuat pergerakan tim di lapangan harus ekstra hati-hati.
Mengapa Data Bisa Berubah?
BNPB menjelaskan bahwa pada fase awal tanggap darurat, informasi biasanya mengalir deras dari berbagai kanal: laporan warga, aparat desa, call center, dan petugas lapangan. Banyak laporan awal berupa perkiraan atau informasi tumpang tindih. Karena itu, verifikasi lapangan sangat krusial agar negara tidak salah menilai skala tragedi maupun kebutuhan bantuan.
Proses validasi melibatkan:
- pengecekan identitas korban,
- kecocokan data dari rumah sakit, kepolisian, dan perangkat desa,
- penyandingan laporan hilang dengan temuan terbaru di lapangan.
Dari Angka ke Realitas
Di luar statistik, setiap angka mewakili rumah yang kehilangan anggota keluarga, desa yang berubah wajah, dan masa depan yang harus disusun ulang. Petugas di lapangan menyebutkan banyak warga masih bertahan di lokasi pengungsian dengan kondisi terbatas—menggigil di bawah tenda, menunggu kabar orang yang belum ditemukan, atau sekadar berharap hujan berhenti sejenak.
Bencana lintas-provinsi ini menjadi pengingat getir bahwa Sumatera, pulau yang dianugerahi perbukitan megah dan sungai-sungai deras, juga menyimpan kerentanan tinggi ketika curah hujan ekstrem datang bertubi-tubi.
(K)
#BNPB #UpdateKorbanBanjirSumatera #BanjirSumatera