5 Hal yang Tak Boleh Hilang di Balik Pintu Tertutup Suami Istri Saat yang halal ditinggalkan, yang haram mulai terasa menggoda

Ilustrasi
Dirgantaraonline — Banyak pernikahan tampak baik-baik saja di luar. Foto keluarga tersenyum, status media sosial harmonis, aktivitas bersama berjalan normal. Namun di balik pintu tertutup, suasananya bisa sangat berbeda.
Pakar keluarga dan para ulama sepakat: kualitas pernikahan tidak ditentukan di ruang publik, melainkan di ruang privat tempat hanya ada dua orang, tanpa penilaian siapa pun. Di sanalah cinta diuji bukan oleh badai besar, melainkan oleh hal-hal kecil yang perlahan menghilang.
Jika satu per satu unsur penting ini lenyap, pernikahan tidak langsung runtuh. Ia menjadi dingin. Hambar. Sunyi. Dan ketika kehangatan tak lagi ditemukan di rumah, sebagian orang mulai mencarinya di tempat yang salah.
Berikut lima hal krusial yang tidak boleh ditinggalkan pasangan suami istri di balik pintu tertutup, sebagaimana ditegaskan oleh ajaran Islam dan pengalaman panjang rumah tangga manusia.
1. Jima’: Fondasi, Bukan Sekadar Pelengkap
Dalam Islam, hubungan suami istri bukan urusan biologis semata. Ia adalah ibadah.
Rasulullah ﷺ bersabda bahwa jima’ bernilai sedekah bila dilakukan dengan niat yang benar. Artinya, ia bukan aktivitas rendah, tetapi jalan pahala dan penjaga kesucian.
Masalah muncul ketika jima’:
- Mulai jarang tanpa sebab syar’i
- Dianggap beban, bukan kebutuhan
- Selalu ditunda dengan alasan lelah, sibuk, atau tidak mood
Ulama salaf mengingatkan bahwa jima’ yang baik menjaga pandangan dan menenangkan jiwa. Ketika yang halal diabaikan, setan mulai menghias yang haram.
Banyak rumah tangga hancur bukan karena tidak cinta, melainkan karena kebutuhan mendasar ini dipinggirkan terlalu lama.
2. Komunikasi Jujur Tanpa Topeng
Di hadapan orang lain, kita bisa berpura-pura kuat.
Di balik pintu tertutup, topeng harus dilepas.
Pernikahan membutuhkan ruang aman untuk berkata:
- “Aku lelah.”
- “Aku kecewa.”
- “Aku butuh diperhatikan.”
Bukan dengan bentakan, bukan dengan sindiran, tapi dengan kejujuran dan adab.
Ketika komunikasi berubah menjadi basa-basi, pasangan masih serumah, tapi jiwanya terpisah dunia. Diam lebih sering daripada bicara. Ponsel lebih menarik daripada pasangan.
Dan di situlah jarak batin mulai mengeras.
3. Sentuhan dan Afeksi yang Tulus
Cinta tidak hanya hidup dari kata-kata, tetapi dari sentuhan.
Bukan hanya saat menginginkan jima’, tetapi:
- Pelukan tanpa maksud
- Genggaman tangan sederhana
- Usapan kepala sebelum tidur
- Ciuman singkat tanpa permintaan apa pun
Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa ketenangan jiwa lahir dari kedekatan fisik dan emosional. Ketika sentuhan menghilang, pasangan merasa tidak lagi “dipilih”.
Dari situlah muncul rasa asing—padahal tinggal satu atap.
4. Menjaga Rahasia Pasangan
Apa yang terjadi di balik pintu tertutup haram diumbar keluar.
Membuka aib pasangan, terlebih urusan ranjang, adalah bentuk pengkhianatan serius. Rasulullah ﷺ menyebut orang yang menceritakan hubungan intimnya sebagai manusia paling buruk kedudukannya di sisi Allah.
Pernikahan membutuhkan rasa aman.
Dan rasa aman runtuh ketika rahasia tidak lagi dijaga.
Tanpa rasa aman, cinta tidak punya tempat untuk pulang.
5. Doa dan Ibadah Bersama
Ini yang paling sering diabaikan.
Shalat berjamaah di rumah.
Berdoa bersama setelah jima’.
Mendoakan pasangan saat ia tertidur.
Padahal ulama salaf mengatakan:
“Rumah yang dibangun dengan ketaatan akan dijaga Allah, meski penghuninya lemah.”
Ibadah bersama menyatukan hati pada sumber yang sama: Allah.
Tanpanya, pernikahan hanya bergantung pada emosi dan emosi mudah berubah.
Pernikahan Tidak Runtuh Seketika
Ia rusak perlahan.
Dingin diam-diam.
Retak tanpa suara.
Hingga suatu hari, dua orang yang dulu berjanji saling menjaga, merasa lelah berjuang sendirian.
Karena itu, rawat lima hal ini.
Bukan di depan orang banyak.
Tapi di balik pintu tertutup.
Sebab di sanalah pernikahan sebenarnya hidup atau mati.
(***)
#Islami #Religi #RumahTangga