Breaking News

Kasus HIV/AIDS di Padang Meledak, DPRD Ingatkan Ancaman “Alarm Sosial” bagi Generasi Muda

Anggota Komisi IV DPRD Kota Padang, Erismiarti

D'On, Padang
 — Lonjakan kasus HIV/AIDS di Kota Padang sepanjang tahun 2025 menjadi perhatian serius banyak pihak. Data terbaru Dinas Kesehatan menunjukkan, sebanyak 192 kasus baru tercatat hingga November 2025, menjadikan total penderita HIV/AIDS di kota ini mencapai 2.026 kasus. Angka ini melonjak tajam dibanding tahun sebelumnya yang berjumlah 1.834 kasus.

Fenomena tersebut membuat Komisi IV DPRD Kota Padang angkat suara. Anggota Komisi IV, Erismiarti, menilai peningkatan ini bukan sekadar angka statistik, melainkan “alarm sosial” bagi seluruh elemen masyarakat.

“Kita harus mendorong adanya kolaborasi lintas sektor  mulai dari Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Sosial, hingga lembaga dan tokoh masyarakat  agar penanganan HIV/AIDS dilakukan secara menyeluruh,” ujar Erismiarti kepada media, Rabu (12/11/2025).

Ia menegaskan, pendekatan kultural dan spiritual menjadi salah satu benteng utama yang harus diperkuat. Nilai-nilai adat dan agama, menurutnya, dapat menjadi filter sosial yang efektif jika benar-benar dijalankan secara konsisten oleh masyarakat.

“Kita juga harus tegas terhadap perilaku berisiko seperti LGBT. Namun, penting diingat, jangan pernah memberi stigma negatif kepada para penderita. Mereka tetap warga Kota Padang yang berhak mendapatkan perlindungan dan layanan kesehatan yang layak,” tambahnya.

Erismiarti menegaskan bahwa peran DPRD bersama Pemerintah Kota Padang dan masyarakat sangat vital dalam membendung laju penyebaran penyakit mematikan ini.

“Kita tidak bisa diam. Ini sudah menjadi sinyal bahaya bagi generasi muda. Harus ada langkah nyata dan tegas,” tegasnya.

Kasus Didominasi Laki-Laki, Dinas Kesehatan Akui Tantangan Perubahan Perilaku

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Padang, dr. Dessy M. Siddik, membenarkan data peningkatan kasus tersebut. Dari total 192 kasus baru, 173 di antaranya dialami oleh laki-laki, sementara sisanya 19 kasus menimpa perempuan.

“Ya, benar, sebagian besar penderita baru adalah laki-laki. Hal ini terkait dengan perilaku seksual yang berisiko dan menyimpang dari norma yang berlaku,” jelas dr. Dessy saat ditemui di Gedung DPRD Padang.

Menurutnya, Dinas Kesehatan terus berupaya melakukan langkah pencegahan melalui penyuluhan, pemeriksaan kesehatan rutin, serta edukasi tentang hidup sehat dan aman. Namun, diakui Dessy, tantangan terbesar justru ada pada perubahan perilaku masyarakat, yang tidak bisa dicapai dalam waktu singkat.

“Pola hubungan seks yang menyimpang, termasuk perilaku LGBT, menjadi salah satu faktor dominan penyebab meningkatnya kasus HIV/AIDS di kalangan pria,” tambahnya.

Sosiolog UNP: Kurangnya Pendidikan dan Kontrol Sosial Jadi Akar Masalah

Sementara itu, Sosiolog Universitas Negeri Padang, Dr. Erianjoni, menilai lonjakan kasus HIV/AIDS tidak bisa dilepaskan dari lemahnya pendidikan dan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit tersebut. Selain itu, rendahnya kepedulian sosial terhadap bahaya HIV/AIDS turut memperburuk situasi.

“Faktor gaya hidup berisiko seperti seks bebas dan penggunaan narkoba suntik masih menjadi penyumbang terbesar. Ditambah lagi minimnya akses informasi serta layanan kesehatan yang belum menjangkau seluruh kelompok rentan,” jelasnya.

Erianjoni menekankan pentingnya sinergi lintas sektor antara pemerintah daerah, lembaga sosial, dan komunitas masyarakat agar populasi kunci  yakni kelompok paling rentan terhadap penularan  dapat lebih mudah menjangkau layanan kesehatan.

“Sinergitas ini penting agar yang sudah terpapar maupun yang belum bisa mendapatkan edukasi, perawatan, dan pendampingan yang memadai,” ujarnya.

Fenomena LGBT dan Tantangan Sosial yang Mengkhawatirkan

Lebih jauh, Erianjoni menyoroti meningkatnya perilaku hubungan sesama jenis antar pria (LGBT) sebagai salah satu faktor yang mempercepat penyebaran HIV/AIDS di Padang. Ia bahkan mengungkapkan keprihatinannya karena fenomena tersebut mulai merambah kalangan pelajar.

“Tidak bisa dipungkiri, perilaku LGBT menjadi pemicu penyebaran HIV/AIDS. Ini sangat mengkhawatirkan, apalagi sudah masuk ke lingkungan remaja dan pelajar,” ujarnya.

Ia menyerukan peran aktif niniak mamak, cadiak pandai, dan ulama untuk mengambil bagian dalam mencegah perilaku menyimpang yang berpotensi menimbulkan dampak sosial dan kesehatan yang lebih luas.

Selain itu, ia menyoroti perlunya menghidupkan kembali peran Dubalang Kota  lembaga adat yang bertugas menjaga keamanan dan ketertiban sosial berbasis nagari  untuk melakukan pengawasan terhadap perilaku berisiko.

“Pemko Padang harus mengefektifkan kembali kinerja Dubalang Kota. Mereka bisa menjadi garda terdepan dalam menjaga keamanan sosial berbasis adat. Para pekerja dunia malam juga harus mawas diri, karena mereka termasuk kelompok yang sangat rentan,” pungkasnya.

Alarm Serius bagi Kota Religius

Kasus HIV/AIDS yang terus meningkat ini menjadi paradoks tersendiri bagi Padang, kota yang dikenal religius dan berlandaskan nilai adat Minangkabau. Namun di balik keteguhan moral dan kultural itu, muncul kenyataan pahit: penyakit yang dulu dianggap jauh kini telah mengakar di tengah masyarakat sendiri.

Kolaborasi lintas sektor, edukasi berkelanjutan, serta penguatan nilai-nilai adat dan agama menjadi kunci utama dalam menghadang laju penyakit mematikan ini. Sebab, seperti yang diingatkan Erismiarti, HIV/AIDS bukan hanya masalah medis, tetapi juga krisis moral dan sosial yang mengancam masa depan generasi muda Padang.

(Mond)

#AIDS #HIV #DPRDPadang #Padang #Kesehatan