Lapak Ditinggal di Pantai Padang, Satpol PP Bertindak: “Kami Tidak Anti Pedagang, Tapi Menjaga Wajah Kota”
Personil Pol PP Padang Angkut Lapak PKL yang Ditinggal di Pinggir Jalan Pantai Padang (Dok: Humas Pol PP Padang)
D'On, Padang — Suasana Pantai Padang yang biasanya ramai dengan hiruk-pikuk pedagang dan wisatawan berubah sedikit tegang pada Senin pagi (13/10/2025). Sejumlah petugas berseragam cokelat muda dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Padang menyusuri deretan lapak di sepanjang Jalan Samudra, kawasan wisata utama di jantung kota itu.
Mereka tidak datang untuk menakut-nakuti, tapi untuk menertibkan. Di antara terik matahari pagi dan debur ombak, beberapa lapak terlihat ditinggalkan begitu saja — kursi plastik berserakan, meja kayu ditinggal, bahkan payung besar masih terbuka meski pemiliknya sudah tidak ada.
“Kami menemukan beberapa lapak yang ditinggal oleh pemiliknya,” ujar Kasat Pol PP Padang, Chandra Eka Putra, saat ditemui di lokasi penertiban. “Kondisi seperti ini membuat kawasan terlihat semrawut dan mengganggu keindahan lingkungan. Selain itu, ini juga melanggar Perda Nomor 1 Tahun 2025 tentang Ketentraman dan Ketertiban Umum.”
Menurut Chandra, penertiban ini bukan sekadar aksi rutin. Ini bagian dari upaya serius Pemerintah Kota Padang untuk menjaga wajah kawasan wisata Pantai Padang — sebuah ruang publik yang menjadi kebanggaan warga sekaligus daya tarik utama bagi wisatawan.
“Tujuan kami jelas,” tegas Chandra. “Kami tidak ingin mempersulit pedagang. Kami ingin memastikan kawasan wisata ini tetap bersih, tertib, dan nyaman bagi semua pengunjung.”
Pantai yang Indah, Tapi Disiplin yang Luntur
Pantai Padang selama ini dikenal sebagai ikon wisata yang ramai setiap sore. Namun di balik pemandangan matahari terbenam yang menawan, muncul persoalan klasik: lapak-lapak pedagang yang tumbuh tanpa aturan dan sering ditinggal begitu saja setelah berjualan.
Kursi plastik bertumpuk di pinggir jalan, meja-meja kayu menutupi trotoar, dan tumpukan sampah sisa dagangan menjadi pemandangan yang kerap dikeluhkan warga. Tak sedikit pengunjung mengeluh sulit berjalan di jalur pedestrian karena sebagian ruang publik telah berubah menjadi “ruang pribadi” bagi pedagang musiman.
“Ini bukan hanya soal kerapian, tapi soal disiplin sosial,” ujar Chandra. “Kalau semua dibiarkan begitu saja, lama-lama kawasan ini kehilangan daya tariknya. Wisatawan datang bukan hanya untuk pantainya, tapi juga untuk kenyamanan dan kebersihannya.”
Penertiban dengan Pendekatan Humanis
Penertiban pagi itu dilakukan tanpa bentrok dan tanpa kekerasan. Personel Satpol PP menurunkan spanduk, memindahkan meja, dan mengingatkan pedagang yang masih berjualan agar tidak meninggalkan perlengkapan dagangannya.
Petugas juga menyampaikan imbauan langsung kepada para pedagang agar membawa pulang lapak masing-masing setelah berjualan, dan tidak lagi meninggalkan barang di lokasi umum. “Kami mengedukasi, bukan menakuti,” kata Chandra. “Tapi kalau masih ada yang membandel, tentu kami akan ambil tindakan tegas sesuai aturan.”
Ia menambahkan, pengawasan seperti ini akan terus dilakukan secara rutin dan berkelanjutan, terutama di kawasan wisata yang menjadi etalase kota. Pemerintah, lanjutnya, ingin menumbuhkan kesadaran bahwa ketertiban dan keindahan bukan tugas Satpol PP semata, tapi tanggung jawab bersama antara pedagang dan masyarakat.
Menjaga Wajah Wisata Kota Padang
Pantai Padang adalah magnet ekonomi. Ratusan pedagang menggantungkan hidup dari riuhnya pengunjung setiap akhir pekan. Namun tanpa penataan yang baik, kawasan ini bisa kehilangan pesonanya.
Chandra mengingatkan, pemerintah sudah menyediakan area yang diperbolehkan untuk berjualan — lengkap dengan tempat sampah dan jalur pejalan kaki yang tetap terbuka. “Kami ingin agar semua pihak saling menghormati. Pedagang bisa mencari nafkah, tapi pengunjung juga berhak menikmati pantai dengan nyaman,” ujarnya.
Dengan nada tegas namun tenang, ia menutup pembicaraan:
“Kami tidak anti pedagang. Kami hanya ingin menjaga wajah kota ini tetap indah dan tertib karena Pantai Padang bukan hanya milik satu golongan, tapi milik seluruh warga.”
Refleksi di Tengah Ombak
Ketika personel Satpol PP meninggalkan lokasi, pantai kembali tenang. Lapak-lapak yang semula berserakan kini sudah dibereskan. Di kejauhan, beberapa pedagang terlihat mulai menata ulang tempat mereka dengan lebih rapi.
Penertiban hari itu mungkin tampak sederhana. Namun di baliknya tersimpan pesan besar: bahwa kedisiplinan kecil di ruang publik adalah fondasi bagi wajah besar sebuah kota. Dan bagi Padang kota yang hidup di antara laut dan budaya menjaga keteraturan bukan hanya soal peraturan, melainkan soal harga diri.
(Mond)
#PolPP #PKL #Padang