Kronologi Polisi Salah Tangkap Ketua NasDem Sumut di Dalam Pesawat
Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Pol Ferry Walintukan saat ditemui di Polda Sumut, Medan, Jumat (17/10/2025).
D'On, Sumatera Utara - Sebuah insiden memalukan menimpa jajaran kepolisian Sumatera Utara. Empat anggota Polrestabes Medan dikabarkan melakukan salah tangkap terhadap Ketua DPD Partai NasDem Sumatera Utara, Iskandar ST, di dalam pesawat Garuda Indonesia GA 193 yang hendak lepas landas dari Bandara Kualanamu menuju Jakarta, Rabu (15/10) malam.
Ironisnya, Iskandar yang dikenal luas di kancah politik Sumut itu justru disangka sebagai buronan kasus judi online, hanya karena memiliki nama depan yang sama dengan target polisi sebenarnya. Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 19.25 WIB, dan sontak menghebohkan penumpang pesawat maupun publik di dunia maya setelah rekaman kejadian beredar.
Awal Mula Salah Tangkap
Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Pol Ferry Walintukan, mengungkapkan bahwa kejadian tersebut bermula dari pengembangan kasus perjudian daring yang tengah ditangani oleh Polrestabes Medan. Dalam kasus itu, polisi menargetkan seorang tersangka berinisial I, yang diduga kuat hendak melarikan diri ke luar daerah melalui Bandara Kualanamu.
“Anggota kami, kurang lebih empat orang dari Polrestabes Medan, melakukan pengecekan terhadap seseorang berinisial I karena ada dugaan akan melarikan diri dari Sumatera Utara,” ujar Ferry saat memberikan keterangan di Mapolda Sumut, Jumat (17/10).
Sebelum bergerak ke bandara, tim telah melakukan profiling terhadap target buruan. Namun di sinilah awal kekeliruan terjadi. Dari hasil pengecekan manifest penerbangan, petugas menemukan nama ‘Iskandar’, yang ternyata identik dengan nama Ketua NasDem Sumut, tetapi tanpa memverifikasi identitas lengkapnya.
“Anggota melihat ada nama yang sama dalam manifest pesawat Garuda Indonesia. Tanpa menunggu lebih lama, mereka langsung bergerak ke Bandara Kualanamu untuk melakukan pengecekan,” terang Ferry.
Ketika Polisi Masuk ke Pesawat
Begitu pesawat GA 193 siap untuk lepas landas, empat petugas berpakaian sipil memasuki kabin. Mereka langsung menuju kursi tempat Iskandar duduk. Penumpang lain dibuat bingung dan tegang ketika petugas tersebut memeriksa identitas Iskandar di hadapan publik.
Iskandar, yang tidak mengetahui duduk perkara, tentu kaget dan merasa dipermalukan. Di hadapan banyak penumpang, ia diperlakukan seperti tersangka. Padahal, surat yang dibawa polisi saat itu bukan surat penangkapan, melainkan surat perintah tugas.
“Waktu kejadian itu sebenarnya untuk pengecekan, bukan penangkapan. Karena anggota kami membawa surat perintah tugas, bukan surat perintah penangkapan,” kata Ferry menegaskan.
Namun, di mata publik, peristiwa itu jelas mencoreng wibawa aparat. Polisi dianggap ceroboh dan gagal menjalankan prosedur dasar dalam operasi penangkapan.
Polda Sumut Akui Kelalaian dan Minta Maaf
Setelah dilakukan pemeriksaan internal, Polda Sumut akhirnya mengakui adanya kelalaian personel di lapangan. Mereka dinilai terlalu terburu-buru dalam mengambil keputusan tanpa memastikan kesesuaian data antara tersangka dan nama di manifest penerbangan.
“Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa inisial dan identitas yang dicari tidak identik dengan nama yang ada di manifest. Ada kelalaian dalam pelaksanaan tugas,” ujar Ferry.
“Atas kejadian ini, kami dari Kepolisian Daerah Sumatera Utara memohon maaf kepada Bapak Iskandar atas ketidaknyamanan yang terjadi,” tambahnya.
Iskandar: “Saya Dipermalukan, Ini Menyentuh Harga Diri”
Ketua NasDem Sumut, Iskandar ST, menilai insiden salah tangkap itu bukan sekadar kesalahan teknis, melainkan tindakan yang merendahkan martabat seseorang. Ia mengaku telah mengantongi bukti kuat dan tengah mempertimbangkan langkah hukum terhadap pihak kepolisian.
“Mereka harus minta maaf secara terbuka. Saya punya bukti-buktinya lengkap. Ini bukan persoalan kecil. Kita bukan orang bodoh, bukan orang yang tidak paham hukum,” tegas Iskandar.
Ia menambahkan, tuduhan terlibat dalam kasus judi online sangat mencoreng reputasinya sebagai tokoh publik dan pemimpin partai besar.
“Bayangkan, saya dituduh pelaku judi online, ditangkap di depan umum. Ini soal harga diri. Polisi harus profesional. Masa bisa salah tangkap hanya karena nama sama?” katanya geram.
Desakan Profesionalisme dan Evaluasi Internal
Iskandar menegaskan bahwa kejadian ini harus menjadi pelajaran berharga bagi aparat penegak hukum agar lebih teliti dalam melakukan operasi penangkapan. Menurutnya, verifikasi data calon tersangka semestinya dilakukan secara mendalam sebelum tindakan lapangan dilakukan.
“Menangkap orang itu bukan perkara sepele. Harus ada verifikasi berulang-ulang, memastikan data benar. Kalau ceroboh seperti ini, bisa hancur reputasi orang,” ujarnya.
Publik pun menyerukan agar Polda Sumut melakukan evaluasi internal menyeluruh. Sebab, insiden salah tangkap bukan hanya menimbulkan kerugian pribadi bagi korban, tetapi juga menggerus kepercayaan masyarakat terhadap institusi kepolisian.
Aroma Ketergesaan dalam Penegakan Hukum
Kasus ini menambah daftar panjang peristiwa salah tangkap di Indonesia sebuah persoalan klasik yang terus berulang akibat lemahnya akurasi data, minimnya koordinasi, dan tekanan untuk bertindak cepat.
Padahal, dalam era digital dengan sistem identifikasi canggih, semestinya kekeliruan semacam ini bisa dihindari.
Kini, publik menanti langkah konkret Polda Sumut: apakah insiden ini hanya akan berakhir dengan permintaan maaf, atau ada pertanggungjawaban nyata terhadap anggota yang lalai menjalankan tugas.
Karena bagi Iskandar, luka batin akibat tuduhan palsu dan perlakuan memalukan di depan umum bukan hal yang mudah disembuhkan.
“Ini bukan sekadar soal salah orang,” ucapnya pelan, “tapi soal bagaimana negara memperlakukan warganya dengan hormat.”
(K)
#PolisiSalahTangkap #Peristiwa #SalahTangkapKetuaNasDemSumut