Hacker Bjorka: Anak Yatim Piatu, Raup Puluhan Juta demi Hidupi Keluarga
hacker bjorka ditangkap
D'On, Jakarta — Nama Bjorka selama ini identik dengan sosok misterius di dunia maya. Ia muncul tiba-tiba, menjual data pribadi jutaan warga negara, hingga membuat gaduh jagat digital Indonesia. Kini, tabir itu mulai terbuka. Polisi menangkap pemuda berusia 22 tahun berinisial WFT, yang selama lima tahun terakhir beroperasi di balik layar forum gelap internet.
Dari pengakuannya, WFT bukanlah sosok jenius lulusan universitas bergengsi. Ia hanyalah seorang anak yatim piatu yang bahkan tak tamat SMK, hidup sederhana, dan menghabiskan sebagian besar waktunya di depan layar komputer. Namun dari balik kamar sempitnya, ia mencetak keuntungan puluhan juta rupiah hanya dengan menjual data pribadi yang ia peroleh secara ilegal.
“Dia gunakan untuk kebutuhan pribadi dan keluarganya. Karena ternyata dia anak yatim piatu. Anak tunggal, tapi justru ikut menghidupi keluarga dekatnya,” ungkap Wakil Direktur Siber Polda Metro Jaya, AKBP Fian Yunus, Jumat (3/10/2025).
Hidup dari Menjual Data
Keterangan polisi menyebutkan, WFT sudah mulai berselancar di dunia dark web sejak 2020. Awalnya hanya ikut-ikutan di komunitas daring, tapi kemudian ia menemukan celah: memperjualbelikan data penting dari berbagai institusi dalam maupun luar negeri.
Dari sana, uang pun mulai mengalir. Nominalnya tidak main-main: sekali transaksi bisa menghasilkan puluhan juta rupiah, tergantung kesepakatan dengan pembeli. Meski begitu, hingga kini polisi belum bisa memastikan berapa total keuntungan yang dikantonginya.
“Pengakuannya sekali menjual data itu nilainya puluhan juta. Tapi berapa akumulasi totalnya, masih kita telusuri,” kata Fian.
Menariknya, meski hidup dari uang hasil peretasan, WFT tidak menghamburkannya untuk gaya hidup mewah. Ia justru mengaku menggunakan dana itu untuk kebutuhan sehari-hari, serta membantu keluarga besarnya yang masih bergantung kepadanya.
Bukan Sarjana, Hanya Otodidak
WFT bukan tipikal “hacker” dengan gelar akademik di bidang teknologi. Ia hanyalah remaja yang putus sekolah dari sebuah SMK, lalu membentuk dirinya sendiri menjadi ‘ahli’ komputer secara otodidak.
“Sehari-hari dia belajar IT dari internet, dari komunitas di media sosial. Jadi bukan orang yang punya background akademik atau pekerjaan tetap,” jelas Fian.
Hari-harinya dihabiskan di rumah, di depan komputer, berpindah-pindah identitas di dunia maya. Dari luar, ia tampak seperti anak muda biasa tanpa pekerjaan. Namun di balik layar, ia menjalankan bisnis ilegal bernilai tinggi.
Jejak Digital yang Terendus
Sejak Desember 2024, polisi mencatat aktivitas WFT di forum gelap darkforum.st. Awalnya ia menggunakan nama samaran “Bjorka”, sebelum kemudian berganti identitas menjadi SkyWave, shinyhunter, hingga terakhir memakai nama Oposite6890 pada Agustus 2025.
Pergantian identitas itu dimaksudkan untuk mengecoh pelacakan, tapi tetap saja jejak digitalnya meninggalkan jejak. Polisi berhasil menelusuri alurnya hingga memastikan bahwa ia bekerja sendirian.
“Investigasi sementara menunjukkan dia melakukan perbuatan pidana ini sendiri, bukan berkelompok,” tegas Fian.
Ironi Seorang Yatim Piatu
Kisah WFT ibarat paradoks. Di satu sisi, ia hanyalah anak yatim piatu yang tidak punya pegangan hidup, lalu menemukan cara bertahan lewat dunia siber. Di sisi lain, ia menjelma menjadi ancaman digital yang menjual data masyarakat luas, membuat banyak pihak resah.
Puluhan juta rupiah hasil menjual data bukan sekadar untuk dirinya, tapi juga untuk menghidupi keluarga besar yang ia rasa perlu ditopang. Hidup tanpa orang tua, tanpa ijazah, dan tanpa pekerjaan tetap, membuatnya melihat dunia maya sebagai satu-satunya peluang untuk bertahan.
Kini, perjalanan WFT terhenti di tangan aparat. Dari balik ruang interogasi, wajah hacker yang dulu dikenal hanya lewat layar kini benar-benar menampakkan sosok aslinya: bukan sosok jenius berpendidikan tinggi, melainkan pemuda sederhana dengan beban hidup yang berat yang memilih jalan berbahaya untuk bertahan hidup.
(L6)
#Bjorka #Siber #Hukum #Hacker