Breaking News

Drama Pilu di Aceh Singkil: Istri Dicerai Dua Hari Setelah Suami Lulus PPPK, Netizen Murka

Imelda Safitri bersama dua anaknya meninggalkan rumah usai diceraikan suami yang baru dilantik sebagai PPPK di Aceh Singkil. (Foto: tangkapan layar IG)

D'On, Aceh Singkil
– Sebuah kisah memilukan mengguncang jagat media sosial. Seorang perempuan bernama Imelda Safitri, warga Kampung Siti Ambia, Kecamatan Singkil, Kabupaten Aceh Singkil, menjadi sorotan publik setelah video dirinya menangis tersedu-sedu bersama dua anaknya viral di dunia maya.

Bukan karena kehilangan harta atau pekerjaan, tapi karena ia diceraikan dan diusir suaminya hanya dua hari setelah sang suami resmi lulus sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) di Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah (Satpol PP/WH) Aceh Singkil.

Kisah getir ini menyulut kemarahan publik. Ribuan komentar membanjiri unggahan yang memperlihatkan detik-detik kepergian Imelda dari rumah yang pernah menjadi saksi perjuangan hidupnya bersama suami.

Tangisan di Balik Mobil Merah Jambu

Dalam video berdurasi dua menit yang kini beredar luas di Facebook dan Instagram, tampak Imelda bersama dua anaknya menaiki mobil L300 berwarna merah jambu. Warga kampung mengiringi kepergiannya dengan air mata. Puluhan ibu-ibu tampak memeluk dan menenangkan Imelda sebelum mobil itu perlahan meninggalkan halaman rumah.

Isak tangis pecah di udara. Anak-anak Imelda yang masih kecil terlihat kebingungan, sementara sang ibu berusaha tegar meski air mata tak henti mengalir.
“Dari nol aku menemaninya, kini aku dipulangkan seperti barang tak berguna,” tulis salah satu keterangan dalam video yang diunggah akun Instagram @Delete.id.

“Saya Masih Rela Belikan Baju KORPRI untuk Dia”

Melalui unggahan di akun media sosial pribadinya, Imelda menumpahkan isi hati yang selama ini ia pendam. Kata-katanya begitu menusuk, menunjukkan luka batin yang mendalam setelah diceraikan suami di puncak keberhasilan.

“Jikalau dia merasa tidak cocok lagi dengan saya, mengapa dia bertahan? Saya masih rela membelikan baju KORPRI untuk dia, bahkan saat dia sendiri yang meminta,” tulis Imelda lirih.

Ia mengenang perjalanan rumah tangganya yang penuh perjuangan — saat mereka berdua masih berjuang dari nol, berbagi duka dan kesulitan hidup. Namun ketika sang suami akhirnya menggapai posisi yang lebih baik, cinta itu justru berubah menjadi penolakan.

“Dulu kau datang melamarku di hadapan orang tuaku. Kini, kau campakkan aku dan dua anak kita di kampungmu sendiri. Setelah lulus PPPK dan menerima SK, kami kamu telantarkan. Bahagialah kalian atas penderitaan kami.”

Ungkapan itu membuat warganet ikut menangis, terutama para perempuan yang merasa bisa memahami rasa sakit seorang istri yang ditinggalkan setelah berjuang bersama dari bawah.

Netizen Murka: “Tunggu Saja Nikmat Itu Dicabut!”

Unggahan tersebut memicu gelombang empati dan kemarahan di media sosial.
Banyak netizen yang mengecam tindakan sang suami, menyebutnya “lupa daratan” dan “tak tahu balas budi.”

Komentar demi komentar bermunculan di Facebook dan Instagram:

  • “Sedih kali lihatnya. Perempuan itu bahkan belikan baju KORPRI pakai uang dagangnya sendiri. Tapi malah ditinggalkan begitu saja,” tulis seorang warganet.
  • “Bentar lagi ada kabar pemecatan,” kata akun @nestagera20.
  • “Tunggu aja, Allah pasti cabut nikmat dunianya,” tambah akun @annalapaie.
  • “Viralkan! Biar SK-nya dicabut!” seru akun @r.indriyasar.

Hanya dalam 24 jam, video itu sudah dibagikan lebih dari 5.000 kali dan dikomentari ribuan pengguna. Nama Imelda Safitri pun viral di berbagai platform, menjadi simbol luka perempuan yang dikhianati setelah menanti kebahagiaan bersama.

Kades: Sudah Lama Tidak Harmonis

Kepala Desa Siti Ambia, Aswalun, membenarkan peristiwa tersebut. Namun ia menegaskan, hubungan pasangan ini memang sudah lama tidak harmonis, jauh sebelum sang suami menerima SK PPPK.

“Benar, pihak desa sudah beberapa kali memediasi mereka. Jadi tidak bisa dipastikan perceraian ini karena status PPPK atau bukan,” ujarnya.

Menurut Aswalun, perselisihan ekonomi dan ego dari kedua belah pihak sering menjadi pemicu keretakan rumah tangga itu.

GERMAS PPA Siap Dampingi Imelda

Kasus ini juga menyita perhatian Gerakan Nasional Perlindungan Perempuan dan Anak (GERMAS PPA).
Wakil Ketua Umum GERMAS PPA, Ricka Parlina, menyatakan pihaknya akan turun tangan memberikan pendampingan hukum dan psikologis bagi Imelda Safitri.

“Kasus ini bukan sekadar urusan rumah tangga. Ada aspek moral, keadilan, dan tanggung jawab sosial di dalamnya. Kami siap mendampingi korban agar hak-haknya tidak diabaikan,” tegas Ricka.

Dari Cinta ke Luka: Sebuah Cermin Sosial

Kisah Imelda Safitri bukan sekadar drama keluarga. Ia menjadi cermin pahit tentang bagaimana perjuangan seorang istri kerap terhapus begitu saja ketika pasangan meraih posisi lebih tinggi.

Dalam budaya yang masih menempatkan perempuan di posisi rentan, cerita seperti ini mudah terjadi  diabaikan, disalahkan, bahkan dibungkam. Tapi kali ini, publik tidak tinggal diam. Suara-suara netizen menjadi bentuk solidaritas, menolak kezaliman yang dibungkus dalih “urusan pribadi.”

Imelda kini kembali ke kampung halamannya di Aceh Selatan, bersama dua anaknya. Ia mungkin kehilangan rumah dan suami, tapi mendapatkan simpati ribuan hati di seluruh Indonesia.

(IN)

#Viral #Peristiwa