Breaking News

Disangka Terkait Kasus Judi Online Ternyata Ketua NasDem Sumut Korban Salah Tangkap di Dalam Pesawat

Ketua DPD NasDem Sumut, Iskandar ST. Foto: Instagram/ @nasdemsumut

D'On, Kualanamu, Sumatera Utara
— Suasana kabin pesawat Garuda Indonesia GA 193 yang seharusnya tenang menjelang lepas landas mendadak berubah tegang. Beberapa menit sebelum burung besi itu mengudara menuju Jakarta, sejumlah petugas keamanan masuk ke dalam kabin. Pandangan para penumpang langsung tertuju pada seorang pria yang duduk di kursi kelas bisnis  Iskandar ST, Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai NasDem Sumatera Utara.

Tanpa banyak bicara, lima orang petugas terdiri dari anggota kepolisian berpakaian preman, petugas keamanan penerbangan (avsec), dan staf Garuda mendatangi kursinya. Mereka kemudian meminta Iskandar untuk berdiri, sebelum menariknya keluar dari kursi dan menggiringnya keluar pesawat.

Belum sempat ia bertanya apa yang terjadi, suara gaduh mulai terdengar di kabin. Para penumpang menatap bingung. Ada yang berbisik, ada yang mencoba merekam, dan sebagian lainnya bertanya-tanya: apa sebenarnya yang sedang terjadi?

Drama Sebelum Lepas Landas

Kejadian itu berlangsung pada Rabu malam, 15 Oktober, di Bandara Internasional Kualanamu, Deli Serdang. Pesawat Garuda Indonesia GA 193 yang seharusnya terbang menuju Bandara Soekarno-Hatta harus tertunda sekitar 20 menit karena insiden tersebut.

Menurut Iskandar, dirinya sama sekali tidak diberi penjelasan yang memadai ketika petugas mendadak menariknya keluar.
“Mereka datang tiba-tiba, langsung memaksa saya turun. Polisi yang memaksa itu, bersama beberapa petugas avsec,” ujarnya saat dihubungi keesokan harinya, Kamis (16/10).

Ia mengaku sempat melihat surat penangkapan yang ditunjukkan petugas. Betapa terkejutnya ia ketika membaca nama yang tertera di dokumen itu  namanya sendiri.
“Tertulis jelas nama saya di surat itu, lengkap. Katanya saya tersangka judi online,” ungkapnya dengan nada kesal.

Surat penangkapan tersebut, menurut Iskandar, ditandatangani oleh Kasat Reskrim Polrestabes Medan, AKBP Bayu Putro Wijayanto. Namun begitu ia menunjukkan identitas asli dan menjelaskan bahwa dirinya adalah Ketua NasDem Sumut, suasana mendadak berubah.
“Waktu itu ada seseorang yang mengenali saya dan bilang, ‘Salah orang, salah orang itu!’” katanya.

Namun petugas yang semula begitu sigap justru beranjak pergi tanpa penjelasan lebih lanjut.
“Polisi enggak ada yang ngaku, langsung pergi. Mereka harus minta maaf secara terbuka,” ujarnya dengan nada geram.

Salah Tangkap karena Nama Sama

Setelah peristiwa itu, Iskandar mengaku masih sulit percaya bagaimana kesalahan semacam itu bisa terjadi di bandara internasional yang memiliki standar keamanan tinggi. Ia menilai, tindakan petugas tidak hanya ceroboh, tetapi juga menyalahi prosedur penerbangan.

“Penangkapan itu tidak boleh dilakukan di dalam pesawat. Dan yang lebih parah, alasan mereka cuma karena nama saya sama dengan pelaku judi online. Gila, kan?” ujarnya dengan nada kecewa.

Iskandar mengaku memahami pentingnya penegakan hukum, tetapi ia menegaskan bahwa proses verifikasi identitas harus dilakukan dengan benar.
“Negara ini punya aturan. Enggak bisa asal tangkap cuma karena mirip nama. Kalau semua tindakan begitu, bagaimana kalau besok ada orang lain yang salah tangkap di pesawat juga?” katanya.

Ia pun menegaskan akan menempuh langkah hukum. “Kami akan kirim somasi dulu ke pihak kepolisian. Kalau tidak direspons, kami akan laporkan ke Propam. Mereka harus minta maaf secara terbuka,” ujar Iskandar.

Penjelasan Polisi: “Bukan Salah Tangkap, Hanya Pengecekan Cepat”

Menanggapi hebohnya insiden ini, pihak kepolisian memberikan klarifikasi.
Kabid Humas Polda Sumatera Utara, Kombes Pol Ferry Walintukan, membantah bahwa telah terjadi salah tangkap terhadap Ketua NasDem Sumut. Menurutnya, tindakan anggota Polrestabes Medan di Bandara Kualanamu dilakukan dalam rangka pengecekan cepat terhadap dugaan kasus scamming dan judi online yang sedang diselidiki.

“Kasus ini sedang ditangani oleh Polrestabes Medan, dan kecepatan menjadi kunci pengungkapan. Salah satu terduga pelaku memiliki inisial yang sama dengan nama Pak Iskandar,” ujar Ferry, Kamis (16/10).

Ia menegaskan, petugas hanya menjalankan prosedur pengecekan identitas, bukan penangkapan.
“Atas dasar kecepatan, anggota kami melakukan pengecekan di lapangan, apakah benar inisial ini terkait dengan kasus tersebut atau tidak. Setelah dicek, ternyata bukan,” jelasnya.

Meski demikian, Ferry mengakui bahwa situasi di lapangan mungkin membuat yang bersangkutan merasa tidak nyaman.
“Kami memahami jika Pak Iskandar tersinggung. Kami minta maaf bila ada tindakan anggota yang terkesan kurang sopan. Tapi tidak ada niat buruk, dan tidak ada tendensi apa pun,” tegasnya.

Rencana Somasi: Menuntut Pertanggungjawaban Empat Pihak

Kemarahan Iskandar belum mereda. Ia menyatakan akan melayangkan somasi resmi kepada empat institusi sekaligus:

  1. Kapolrestabes Medan, sebagai pihak yang menerbitkan surat penangkapan.
  2. Direksi PT Garuda Indonesia, karena membiarkan petugas masuk ke dalam kabin tanpa izin penumpang.
  3. Kepala Otoritas Bandara Internasional Kualanamu.
  4. Kepala Satuan Aviation Security PT Angkasa Pura Aviasi.

Menurutnya, semua pihak tersebut harus bertanggung jawab atas pelanggaran prosedur dan pelanggaran hak pribadi yang ia alami.
“Mereka harus minta maaf secara terbuka. Saya punya bukti lengkap. Kita bukan orang bodoh, bukan orang yang tidak tahu hukum,” ujarnya tegas.

Sorotan Publik dan Pertanyaan tentang Prosedur

Peristiwa salah tangkap ini langsung menjadi perbincangan hangat di publik. Banyak pihak menilai, tindakan penegakan hukum di area sensitif seperti pesawat seharusnya dilakukan dengan koordinasi matang agar tidak menimbulkan kepanikan dan gangguan penerbangan.

Pengamat hukum penerbangan menilai, aparat tidak semestinya melakukan tindakan penangkapan di dalam kabin tanpa alasan yang mendesak.
“Begitu penumpang sudah berada di dalam pesawat, segala urusan penegakan hukum harus berkoordinasi dengan pilot in command dan otoritas bandara. Jika tidak, itu bisa dikategorikan sebagai pelanggaran prosedur keselamatan,” ujar salah satu analis yang dimintai pendapat.

Epilog: Luka dari Sebuah Kesalahan

Meski telah diklarifikasi dan disertai permintaan maaf dari kepolisian, bagi Iskandar, kejadian itu meninggalkan luka tersendiri.
“Saya malu, saya diperlakukan seperti penjahat di depan publik. Padahal saya cuma mau terbang untuk urusan partai,” ucapnya lirih.

Kini, ia tengah menyiapkan langkah hukum berikutnya.
“Ini bukan soal saya pribadi saja. Ini soal wibawa hukum dan hak warga negara. Kalau aparat bisa salah tangkap di dalam pesawat, siapa yang bisa jamin hal serupa tak terjadi lagi?” tutupnya.

(Mond)

#Peristiwa #Viral #SalahTangkap #Polri