Cucu Mahfud MD Keracunan Makan Bergizi Gratis, Kepala BGN: Kami Mohon Maaf
Kepala BGN Dadan Hindayana
D'On, Jakarta – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali menjadi sorotan publik setelah keluarga mantan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD turut menjadi korban. Dua cucu Mahfud yang bersekolah di Yogyakarta dikabarkan mengalami keracunan usai mengonsumsi makanan dari program tersebut.
Mahfud mengungkapkan hal ini secara terbuka dalam podcast Terus Terang yang diunggah di kanal YouTube pribadinya. Ia menyebut, kasus keracunan yang menimpa cucunya menambah panjang daftar keluhan masyarakat terhadap program yang sejak awal digadang-gadang pemerintah sebagai langkah penting untuk mendukung gizi anak bangsa.
“Cucu saya juga keracunan. Ya, MBG di Jogja,” ujar Mahfud dengan nada prihatin.
Menurut Mahfud, kedua cucunya sempat mengalami gejala serius setelah menyantap makan siang gratis yang disediakan pihak sekolah. Peristiwa ini bukan sekadar pengalaman pribadi, melainkan cerminan bahwa masalah tata kelola program MBG masih jauh dari kata tuntas.
Permintaan Maaf dari Kepala BGN
Menanggapi kabar tersebut, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, langsung menyampaikan permintaan maaf. Di hadapan awak media usai menghadiri rapat bersama DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (1/10/2025), Dadan menegaskan bahwa pihaknya bertanggung jawab atas insiden ini.
“Ya, kami mohon maaf atas hal itu,” kata Dadan singkat namun tegas.
Dadan menjelaskan, rapat koordinasi lintas kementerian dan lembaga tengah dilakukan untuk membenahi sistem distribusi serta tata kelola program MBG agar kasus serupa tidak berulang.
“Kami kenapa rapat hari ini juga, untuk memperbaiki terkait tata kelola,” tambahnya.
Sorotan Publik dan Krisis Kepercayaan
Kasus keracunan massal akibat program MBG bukanlah yang pertama. Beberapa bulan terakhir, sejumlah daerah melaporkan kejadian serupa, mulai dari gejala mual hingga dilarikan ke rumah sakit. Kini, ketika keluarga tokoh nasional seperti Mahfud MD ikut merasakan dampaknya, perhatian publik kian tajam mengarah pada efektivitas dan keamanan program ini.
Program MBG sejatinya diluncurkan dengan tujuan mulia: meningkatkan kualitas gizi anak-anak sekolah sekaligus meringankan beban ekonomi keluarga. Namun, serangkaian kasus keracunan membuat masyarakat mulai mempertanyakan apakah program tersebut dijalankan dengan standar pengawasan yang memadai.
Apalagi, Mahfud dikenal sebagai figur publik yang selama ini vokal menyuarakan perbaikan tata kelola negara. Fakta bahwa keluarganya ikut menjadi korban mempertegas bahwa masalah MBG bukan isu pinggiran, melainkan problem serius yang bisa menimpa siapa saja.
Harapan Perbaikan ke Depan
Permintaan maaf dari Kepala BGN menjadi langkah awal yang penting, namun publik menanti tindakan nyata. Perbaikan sistem pengadaan, distribusi, dan pengawasan kualitas makanan harus segera dilakukan agar tujuan mulia program MBG tidak berubah menjadi bumerang.
Kasus cucu Mahfud MD ini menjadi pengingat keras bahwa program gizi untuk anak bangsa tidak boleh hanya sebatas proyek pencitraan atau rutinitas formalitas. Ia harus benar-benar menjamin hak dasar anak-anak Indonesia untuk mendapatkan makanan sehat, aman, dan bergizi.
(*)