Breaking News

Wabah Virus Jembrana Guncang Mentawai, Puluhan Sapi Mati Mendadak Warga Panik, DPR RI Turun Tangan

Puluhan Ekor Sapi Mati Mendadak Diduga Terjangkit Virus Jembrana (Dok: Obroy)

D'On, Mentawai, Sumatera Barat
– Ketenangan warga Desa Sipora Jaya, Kecamatan Sipora Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai, mendadak berubah menjadi kepanikan dalam sepekan terakhir. Puluhan ekor sapi peliharaan mereka, yang selama ini menjadi tumpuan hidup keluarga peternak, mati mendadak tanpa sebab yang jelas.

Data sementara yang dihimpun dari pemerintah desa menyebutkan, sebanyak 21 ekor dari 100 ekor sapi ruminansia milik warga mati dalam waktu hanya tujuh hari. Jumlah ini diperkirakan masih bisa bertambah, karena setiap hari ada laporan kematian baru.

“Dalam satu pekan terakhir, 21 ekor sapi mati mendadak. Warga sudah resah, karena ini menyangkut sumber penghidupan mereka,” ungkap Kepala Desa Sipora Jaya, Lutfi Anto, melalui pesan WhatsApp yang ia kirimkan kepada Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Alex Indra Lukman, Senin (22/9/2025).

Gejala Mengarah ke Virus Jembrana

Menurut Lutfi, kematian sapi-sapi tersebut tidak wajar. Setelah memperhatikan tanda-tanda yang muncul, ia meyakini wabah ini adalah serangan Virus Jembrana, penyakit ganas yang kerap menyerang Sapi Bali.

Gejala yang ditemukan pada sapi di Sipora Jaya tergolong khas. Dubur sapi membesar dan berwarna merah, disertai diare hebat dengan tinja bercampur darah. Cairan juga keluar berlebihan dari hidung dan mulut hewan yang terinfeksi.

“Ciri-cirinya mirip sekali dengan Jembrana. Warga makin takut, karena hampir setiap hari ada sapi yang mati,” kata Lutfi.

Virus Jembrana sendiri dikenal sebagai penyakit menular yang disebabkan oleh Jembrana Disease Virus (JDV), sejenis retrovirus. Penularannya cepat, terutama di kawasan tropis, dan tingkat kematiannya bisa sangat tinggi jika tidak segera ditangani.

Aduan ke Pemerintah Daerah Tak Juga Dijawab

Lutfi mengaku pihak desa sudah melaporkan kasus ini ke dinas terkait di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Namun, hingga beberapa hari setelah aduan disampaikan, belum ada respon konkret. Kondisi itu membuat warga semakin panik, karena mereka khawatir wabah akan menyapu habis seluruh ternak dalam waktu singkat.

“Sudah kami laporkan, tapi belum ada respon dari dinas. Sementara jumlah sapi yang mati terus bertambah,” keluh Lutfi.

Melihat keresahan warganya tak kunjung ditangani, Lutfi akhirnya menyampaikan laporan langsung kepada anggota DPR RI dari daerah pemilihan Sumbar I, Alex Indra Lukman.

DPR RI Bergerak Cepat, Kementan Turun Tangan

Menerima laporan itu, Alex mengaku segera berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Kementerian Pertanian.

“Alhamdulillah, Dirjen PKH langsung merespon cepat. Hari ini juga tim kesehatan hewan diturunkan ke Mentawai,” jelas Alex.

Informasi tersebut dibenarkan oleh Yonathan, tokoh muda Desa Sipora Jaya. Menurutnya, tim dari Unit Pelaksana Teknis Balai Veteriner (BVet) Bukittinggi sudah meninjau langsung lokasi dan memeriksa kondisi sapi-sapi warga.

“Yang belum terjangkit diberi vaksin dan suntikan vitamin. Warga jadi agak lega, meskipun masih khawatir penularan terus berlanjut,” tutur Yonathan.

Penanganan Darurat: Vaksinasi hingga Penguburan Massal

Untuk mencegah penularan meluas, tim kesehatan hewan memberi arahan tegas. Sapi yang masih sehat harus segera divaksin dan diperkuat dengan vitamin, sedangkan sapi yang sudah mati harus dikubur dalam lubang sedalam satu meter.

Langkah ini penting untuk memutus rantai penyebaran virus yang bisa dengan cepat menular dari satu sapi ke sapi lainnya.

“Jika bangkai dibiarkan, virus bisa terus menyebar. Karena itu, setiap sapi mati wajib dikubur dalam-dalam,” jelas Yonathan.

Warga Ucapkan Terima Kasih, tapi Masih Cemas

Kepala Desa Sipora Jaya, Lutfi Anto, tak lupa menyampaikan apresiasi atas respon cepat DPR RI yang langsung menjembatani persoalan ke pemerintah pusat.

“Atas nama pemerintah desa dan masyarakat, kami ucapkan terima kasih kepada Pak Alex Indra Lukman. Berkat bantuannya, vaksinasi bisa dilakukan, meskipun wabah ini masih jadi ancaman serius,” ujar Lutfi.

Ia berharap, langkah cepat yang dilakukan Balai Veteriner mampu menghentikan penyebaran penyakit ganas Jembrana sebelum menimbulkan kerugian lebih besar bagi para peternak di Kepulauan Mentawai.

Ancaman Serius bagi Ekonomi Warga

Kematian puluhan sapi ini bukan hanya persoalan kesehatan hewan, tetapi juga ancaman serius bagi ekonomi masyarakat Mentawai. Sapi-sapi yang mati merupakan aset berharga, hasil jerih payah warga yang selama ini mengandalkan ternak sebagai tabungan hidup.

Jika penularan tidak segera dihentikan, dikhawatirkan wabah ini bisa menghabiskan seluruh populasi ternak di desa tersebut.

“Bagi warga di sini, kehilangan sapi sama artinya dengan kehilangan sumber ekonomi keluarga. Kami sangat berharap pemerintah tidak tinggal diam,” tegas Lutfi.

Kasus di Sipora Jaya menjadi pengingat bahwa penyakit hewan menular seperti Virus Jembrana bisa muncul kapan saja dan di mana saja, terlebih di daerah yang relatif jauh dari pusat pelayanan kesehatan hewan. Respon cepat dan koordinasi lintas lembaga mutlak diperlukan agar kerugian besar bisa dicegah.

Kini, semua mata tertuju ke Desa Sipora Jaya. Warga berharap vaksinasi darurat mampu menahan laju wabah, sehingga Mentawai tidak kehilangan lebih banyak sapi dan lebih banyak harapan.

(Mond)

#Virus #Mentawai #SumateraBarat