Breaking News

Muktamar X PPP Ricuh: 3 Kader Luka, Dua Parah, Ketum Ganda Memanaskan Suasana

Sejumlah kader Partai Persatuan Pembangunan (PPP) bersitegang saat terjadi kericuhan usai pembukaan Muktamar ke-10 PPP di Jakarta, Sabtu (27/9/2025). Foto: ANTARA FOTO/Putra M. Akbar

D'On, Jakarta
– Muktamar X Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang seharusnya menjadi ajang konsolidasi justru diwarnai kericuhan serius. Arena muktamar yang digelar di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta Utara pada 27–29 September 2025 itu berubah menjadi medan bentrokan antarpendukung calon ketua umum.

Kericuhan pecah saat sidang muktamar memasuki tahap krusial, yakni penetapan ketua umum. Suasana panas yang semula hanya berupa adu argumen memuncak menjadi aksi saling dorong, pemukulan, bahkan pelemparan kursi. Akibatnya, sedikitnya tiga kader partai menjadi korban.

Dua korban berasal dari Pandeglang, Banten, sementara satu lainnya dari Sulawesi Selatan. Luka yang mereka alami tidak bisa dianggap ringan. Seorang korban menderita sobekan di bibir yang cukup dalam hingga mengenai giginya, sementara korban lain mengalami luka sobek di pelipis kanan serta retak pada bagian rahang atas. Dua korban luka berat itu segera dilarikan ke RSPAD Gatot Soebroto untuk mendapat perawatan intensif. Sementara korban luka ringan dirawat di rumah sakit sekitar lokasi acara.

Demokrasi yang Tercoreng

Kericuhan ini langsung memantik reaksi keras dari Muhammad Mardiono, salah satu figur yang mengklaim dirinya terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum PPP. Ia menegaskan bahwa aksi brutal yang menimpa para pendukungnya bukan sekadar pelanggaran tata tertib, tetapi sudah masuk ranah kriminal.

“Ini bukan sekadar dinamika politik. Ini kriminal! Pemukulan terhadap kader mencederai demokrasi, mencoreng martabat partai, dan melukai hati para pejuang PPP,” tegas Mardiono dalam keterangannya, Minggu (28/9). Ia menambahkan bahwa pihaknya sudah meminta aparat kepolisian untuk mengusut tuntas pelaku kekerasan. “Tidak boleh ada yang kebal hukum. Siapa pun yang melakukan harus diproses,” ujarnya.

Dua Ketua Umum, Dua Klaim Kemenangan

Perseteruan di Muktamar X PPP semakin pelik karena muncul dua klaim ketua umum. Mardiono mengumumkan dirinya terpilih secara aklamasi. Namun, kubu lain menyatakan hal serupa: Agus Suparmanto juga mengklaim terpilih sebagai Ketua Umum lewat sidang terpisah yang berlangsung hingga Minggu dini hari.

Kondisi ini menegaskan bahwa PPP kembali terjebak dalam dualisme kepemimpinan, sebuah fenomena yang kerap terjadi di tubuh partai berlambang Ka'bah tersebut setiap kali muktamar digelar. Tidak mengherankan, gesekan antarpendukung pun semakin tajam, hingga berujung pada insiden kekerasan.

Luka Politik yang Lebih Dalam

Meski hanya tiga korban yang tercatat secara fisik, kericuhan ini menyisakan luka politik yang jauh lebih besar. PPP, partai yang lahir dari fusi partai-partai Islam dengan cita-cita memperjuangkan aspirasi umat, kini kembali tercoreng oleh perebutan kursi ketua umum.

Pertanyaan besar pun muncul: apakah kekerasan di Muktamar X ini hanya insiden spontan akibat panasnya persaingan, atau justru mencerminkan retaknya fondasi internal PPP yang semakin dalam?

Yang jelas, muktamar yang seharusnya menjadi momentum konsolidasi malah menambah daftar panjang konflik internal partai, memperkuat kesan bahwa PPP lebih sibuk bertarung di dalam ketimbang memperjuangkan aspirasi rakyat di luar.

(K)