Breaking News

Kontak Tembak Warnai Evakuasi Dramatis Empat Pendulang Emas di Yahukimo

Proses evakuasi empat pendulang yang selamat dari aksi KKB di Yahukimo, Sabtu 27 September 2025. (./Dok Satgas ODC)

D'On, Yahukimo, Papua Pegunungan
– Suasana mencekam mewarnai proses evakuasi empat pendulang emas yang berhasil selamat dari serangan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Kampung Bingki, Distrik Seradala, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, Sabtu (27/9/2025).

Tim gabungan Satgas Operasi Damai Cartenz, Polres Yahukimo, dan aparat TNI harus mempertaruhkan nyawa mereka dalam misi kemanusiaan ini. Saat tengah menjemput para pendulang yang bersembunyi di hutan sejak pekan lalu, iring-iringan aparat disergap hujan peluru dari arah kelompok bersenjata. Kontak tembak tak terhindarkan, membuat detik-detik evakuasi terasa semakin dramatis.

Bertahan di Hutan, Lolos dari Amukan KKB

Empat pendulang yang selamat—Bakri Laode (38) asal Bau-Bau, Febri alias Basir (46) asal Donggala, Tarik Baruba alias Taslim (44) asal Sangihe, dan Berti Oliver Dias (30) asal Ambon—adalah saksi hidup dari tragedi berdarah yang menimpa rekan-rekan mereka. Sejak Minggu dan Senin lalu, ketika KKB melancarkan serangan brutal terhadap para pendulang di lokasi tambang, mereka terpaksa melarikan diri ke tengah belantara.

“Waktu kejadian mereka ini melarikan diri ke dalam hutan dan bersembunyi di sana,” ungkap Wakasatgas Humas Ops Damai Cartenz, Kompol Yusuf Tauziri.

Selama hampir sepekan, keempatnya bertahan hidup di bawah bayang-bayang ancaman, tanpa kepastian keselamatan. Mereka harus menahan lapar, haus, dan ketakutan yang menghantui setiap malam, hanya berbekal keyakinan bahwa bantuan akan datang.

Evakuasi di Bawah Hujan Peluru

Misi penyelamatan semula berjalan lancar. Tim berhasil menemukan titik persembunyian para pendulang setelah menempuh perjalanan sulit di medan hutan yang terjal. Namun, saat aparat mulai mengevakuasi korban keluar dari persembunyian, suara letusan senjata api memecah keheningan.

“Ada gangguan tembakan, tetapi kita berhasil membalas dan mampu menguasai situasi sehingga evakuasi bisa berjalan dengan baik,” jelas Kompol Yusuf.

Kontak tembak berlangsung singkat namun intens. Aparat yang sudah terlatih dalam menghadapi situasi darurat bertindak sigap. Dengan perlindungan formasi tempur, mereka memastikan keempat pendulang dapat dievakuasi tanpa luka.

Sambutan Haru dan Apresiasi Pimpinan

Setibanya di Polres Yahukimo, keempat korban langsung mendapatkan pemeriksaan medis dan konsolidasi bersama aparat keamanan. Kondisi mereka dipastikan selamat, meski terlihat lelah setelah berhari-hari bertahan di hutan.

Keberhasilan misi ini mendapat apresiasi langsung dari Kepala Operasi Damai Cartenz, Brigjen Pol Faizal Ramadhani. Ia menyebut keberanian dan profesionalitas aparat di lapangan sebagai bukti nyata komitmen negara melindungi warganya di Papua.

“Meskipun sempat terjadi kontak tembak dengan KKB, tim tetap mampu melaksanakan misi evakuasi dengan aman dan menyelamatkan warga. Ini menunjukkan komitmen kuat kami melindungi masyarakat di Tanah Papua,” tegas Brigjen Faizal.

Penegakan Hukum Humanis, Stabilitas Jadi Prioritas

Brigjen Faizal menambahkan, Operasi Damai Cartenz tidak hanya fokus pada penegakan hukum, tetapi juga pada perlindungan masyarakat sipil. Setiap langkah, katanya, akan diambil secara taktis, terukur, dan tetap mengedepankan sisi kemanusiaan.

“Kami akan melakukan langkah-langkah taktis dan koordinatif bersama seluruh unsur aparat keamanan untuk memastikan stabilitas di Yahukimo. Penegakan hukum terhadap kelompok bersenjata akan dilakukan secara profesional, tanpa mengorbankan masyarakat sipil,” pungkasnya.

Luka Lama yang Belum Usai

Serangan KKB terhadap para pendulang bukan pertama kali terjadi di wilayah Yahukimo dan sekitarnya. Konflik berkepanjangan antara aparat keamanan dan kelompok bersenjata masih terus meninggalkan jejak duka bagi masyarakat. Para pendulang, yang hanya mencari rezeki dari alam Papua, kerap menjadi korban di tengah pusaran konflik.

Evakuasi dramatis kali ini menegaskan satu hal: di tanah Papua, ancaman bisa datang kapan saja. Namun di balik itu, juga ada secercah harapan bahwa negara tidak tinggal diam, dan setiap nyawa rakyat tetap menjadi prioritas utama untuk diselamatkan.

(B1)