Breaking News

Keluarga Kaget Pelajar Andika Jadi Korban Rusuh Demo: Ditemukan dari Medsos, Luka Kepala Parah, Hingga Tutup Usia

Pemakaman Andika korban kerusuhan dalam demo di Jakarta.

D'On, Tangerang
– Suasana duka menyelimuti kediaman keluarga Andika Lutfi Falah (16) di Perumahan Puri Bidara Permai, Blok B5/6, Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang. Pelajar yang masih duduk di bangku SMA itu mengembuskan napas terakhirnya setelah berjuang tiga malam di ruang ICU Rumah Sakit Dr. Mintoharjo, Jakarta. Andika menjadi korban saat demonstrasi pada 28 Agustus 2025 berujung ricuh.

Bagi keluarga, kabar itu datang dengan cara yang mengejutkan. Mereka tak pernah menduga, sang buah hati bungsu, yang dikenal pendiam dan periang, akan pulang dalam kondisi tak bernyawa.

Kabar Mengejutkan dari Media Sosial

Andrean, kakak kandung Andika, menuturkan bahwa keluarga baru mengetahui sang adik menjadi korban kerusuhan dari unggahan di media sosial. Saat itu, beredar kabar ada seorang pelajar tanpa identitas yang kritis di RS Dr. Mintoharjo.

"Adik kami memang tidak bawa identitas apa pun. Dia sebelumnya kehilangan dompet dan handphone ketika naik gunung beberapa minggu lalu. Jadi waktu kejadian, benar-benar tanpa tanda pengenal," jelas Andrean saat ditemui di rumah duka, Selasa (2/9/2025).

Kecurigaan keluarga muncul saat melihat postingan di media sosial. "Kami menemukan kabar ada pelajar kritis. Dari ciri-cirinya, saya menduga itu adik saya. Saya langsung berangkat ke rumah sakit, dan ternyata benar, dia sudah ada di ruang ICU," tambahnya.

Kondisi Luka yang Mengkhawatirkan

Ketika ditemukan, kondisi Andika sangat memprihatinkan. Bagian kepala kirinya dipenuhi luka parah, membuatnya tidak sadarkan diri sejak pertama kali dibawa ke rumah sakit.

"Tiga malam dia dirawat di ICU. Kondisinya tidak pernah sadar. Hingga akhirnya Senin pagi, sekitar pukul 08.30 WIB, dia pergi meninggalkan kami untuk selamanya," tutur Andrean dengan suara bergetar.

Keluarga tak bisa berbuat banyak selain menunggu dan berdoa. Namun takdir berkata lain. Harapan agar Andika pulih pupus seiring melemahnya detak jantung sang pelajar hingga akhirnya berpulang.

Duka Mendalam Sang Ibunda

Di rumah duka, suasana haru begitu terasa. Sofiatun, ibunda Andika, tampak duduk lemah di ruang tamu. Wajahnya lusuh, matanya sembab, dan suaranya nyaris hilang karena tangis dan kurang tidur sejak beberapa hari terakhir.

Meski hatinya hancur, Sofiatun mencoba menguatkan diri. Ia menolak memperkarakan kejadian yang merenggut nyawa anak bungsunya itu.

"Saya sudah ikhlas. Jangan diperpanjang, jangan diperkarakan lagi. Doakan saja anak saya husnul khotimah," ucapnya lirih, menahan tangis.

Keputusan itu membuat keluarga lebih memilih fokus pada doa dan tahlilan demi ketenangan almarhum, alih-alih menuntut pihak mana pun.

Kepergian yang Menyisakan Tanya

Kepergian Andika meninggalkan duka yang dalam, sekaligus tanda tanya besar bagi keluarga maupun masyarakat sekitar. Bagaimana mungkin seorang pelajar, yang bahkan tanpa identitas dan alat komunikasi, bisa menjadi korban dalam demonstrasi yang ricuh?

Namun bagi keluarga, jawaban dari pertanyaan itu kini bukan lagi yang utama. Mereka hanya ingin meyakini bahwa Andika pergi dalam keadaan baik, dan perjuangan hidupnya telah berakhir dengan husnul khotimah.

"Dia anak yang baik, tidak pernah neko-neko. Kami percaya dia pergi dengan tenang," ujar Andrean menutup pembicaraan.

Jenazah Andika kini telah dimakamkan di TPU dekat rumahnya, diiringi isak tangis keluarga, sahabat, dan tetangga. Doa terus dipanjatkan agar almarhum mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya.

Kisah Andika menjadi pengingat bahwa kericuhan dalam sebuah demonstrasi bisa berujung duka yang tak pernah dibayangkan, merenggut nyawa seorang pelajar yang bahkan sekadar ingin pulang ke rumah dengan selamat.

(L6)

#KorbanDemoRusuh #AndikaLutfiFalah #Peristiwa