Dari Istana ke Pertamina, Jejak Panjang Hasan Nasbi hingga Kursi Komisaris
Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi menjelaskan alasan Presiden Prabowo Subianto tak menghadiri KTT G7 di Kanada pada 17 Juni 2025
D'On, Jakarta – Peta kekuasaan di lingkaran pemerintahan kembali mengalami pergeseran. Mantan Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (Presidential Communication Office/PCO), Hasan Nasbi, kini resmi masuk jajaran Dewan Komisaris PT Pertamina (Persero). Penunjukan ini berlaku sejak 11 September 2025, berdasarkan keputusan para pemegang saham dan pengesahan Menteri BUMN.
Kabar tersebut dikonfirmasi langsung oleh VP Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, yang menyebut penetapan Hasan merupakan hasil keputusan pemegang saham yang dituangkan dalam SK-247/MBU/09/2025 dan SK.055/DI-DAM/DO/2025. Nama Hasan kini tercatat resmi dalam struktur komisaris Pertamina, melengkapi jajaran yang sebelumnya sudah ditetapkan melalui RUPS.
“Bapak Hasan Nasbi ditetapkan sebagai Komisaris PT Pertamina (Persero) per tanggal 11 September 2025,” kata Fadjar, Sabtu (20/9/2025).
Langkah ini sekaligus menandai babak baru perjalanan politik dan profesional Hasan, yang baru saja tergusur dari lingkaran utama Istana Presiden.
Jejak Panjang Hasan Nasbi: Dari Aktivis Kampus hingga Konsultan Politik
Hasan Nasbi bukan nama asing di dunia komunikasi politik Indonesia. Lahir di Bukittinggi, 11 Oktober 1979, ia dikenal luas sebagai konsultan politik sekaligus pendiri lembaga survei Cyrus Network, yang kerap tampil dalam kontestasi besar, termasuk Pilpres 2024.
Perjalanan Hasan dimulai dari dunia jurnalistik. Pada 2005–2006, ia sempat menjadi jurnalis Harian Kompas, sebelum kemudian aktif sebagai peneliti di Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia (2006–2008). Namun, gairahnya terhadap dunia politik lebih kuat.
Saat kuliah di FISIP Universitas Indonesia, Hasan aktif di organisasi kemahasiswaan. Ia pernah menjabat Ketua HMI Komisariat UI (2000), sebuah posisi yang mengantarkannya pada jejaring politik nasional. Ia juga ikut mendirikan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Tan Malaka pada 2002, sekaligus menjadi sekretaris peneliti senior Tan Malaka, Dr. Harry Albert Poeze.
Hasan bahkan menulis buku “Filosofi Negara Menurut Tan Malaka” (2004) dan menjadi salah satu kontributor buku “Mewarisi Gagasan Tan Malaka” (2006).
Relawan Jokowi dan Jalan ke Istana
Nama Hasan mencuat ketika ia menjadi Koordinator Tim Relawan Joko Widodo–Basuki Tjahaja Purnama dalam Pilgub DKI Jakarta 2012. Dari titik inilah kedekatannya dengan Jokowi mulai terjalin erat.
Kedekatan itu kemudian berbuah manis pada 19 Agustus 2024, ketika Presiden Joko Widodo menunjuknya sebagai Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO)—sebuah lembaga baru hasil Perpres No. 82 Tahun 2024.
Dalam posisi itu, Hasan berperan penting sebagai “jembatan komunikasi” antara pemerintah dan publik di tengah transisi menuju pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Tergeser oleh Reshuffle
Namun, roda politik bergerak cepat. Pada 17 September 2025, Presiden Prabowo melakukan reshuffle kabinet dan melantik Angga Raka Prabowo sebagai Kepala Badan Komunikasi Pemerintah, lembaga baru yang sekaligus menggeser posisi Hasan Nasbi.
Pelantikan ini berdasarkan Keppres No. 97 P Tahun 2025, yang berisi pemberhentian Hasan dari jabatan Kepala PCO. Seremoni pelantikan di Istana Negara menandai pergeseran besar dalam struktur komunikasi pemerintah.
Angga Raka diambil sumpahnya langsung oleh Presiden Prabowo. Dengan demikian, Hasan resmi meninggalkan lingkaran Istana, hanya dua hari sebelum namanya diumumkan sebagai komisaris Pertamina.
Dari Istana ke BUMN Strategis
Masuknya Hasan ke kursi komisaris Pertamina menimbulkan beragam tafsir politik. Pertamina sebagai BUMN energi terbesar memegang peran vital, dan kursi komisarisnya kerap menjadi posisi strategis.
Bagi Hasan, ini bukan sekadar jabatan baru, melainkan “pelabuhan” setelah tersingkir dari pusat kekuasaan. Ia membawa rekam jejak panjang di dunia riset, komunikasi politik, hingga kedekatan dengan elite nasional.
Keputusan ini juga menunjukkan bahwa meski tergusur dari lingkaran Istana, figur seperti Hasan masih dipandang penting untuk menduduki posisi di perusahaan negara yang mengelola hajat hidup orang banyak.
Karier Hasan Nasbi seolah menggambarkan dinamika politik Indonesia: dari aktivis kampus, penulis, jurnalis, konsultan politik, hingga relawan Jokowi, lalu menjadi Kepala PCO, dan kini duduk sebagai Komisaris Pertamina.
Meski berpindah peran, satu hal yang tetap menempel adalah kemampuannya mengelola komunikasi dan jejaring politik. Kini, publik menanti, sejauh mana Hasan mampu membawa perspektif barunya ke Pertamina perusahaan energi raksasa yang kerap berada di garis depan kepentingan nasional.
(*)
#HasanNasbi #Nasional #Pertamina #ReshuffleKabinet