Bakat Sepakbola Padang Terancam Direbut Daerah Lain, Mastilizal Aye: “Kalau Pemerintah Diam, Jangan Salahkan Kalau Anak Kita Pergi!”
![]() |
Mastilizal Aye (Dok: Ist) |
D'On, Padang – Kompetisi sepakbola usia dini yang digagas Askot PSSI Kota Padang akan segera digelar pada Minggu, 28 September mendatang. Sebanyak 100 Sekolah Sepak Bola (SSB) sudah memastikan ambil bagian. Rinciannya, 50 tim kategori U-10 dan 50 tim kategori U-12 siap berlaga. Ajang ini diperkirakan akan menjadi salah satu kompetisi usia muda terbesar di Sumatera Barat tahun ini.
Namun, di balik semangat dan antusiasme ratusan anak serta pelatih yang akan bertanding, ada kegelisahan mendalam yang disuarakan oleh Ketua Askot PSSI Padang, Mastilizal Aye, yang juga merupakan Wakil Ketua DPRD Kota Padang dari Partai Gerindra.
Menurutnya, sehebat dan sebesar apapun kompetisi yang digagas PSSI, tanpa dukungan serius dari pemerintah daerah, semua upaya itu bisa sia-sia. Ia menegaskan, anak-anak berbakat asal Kota Padang terancam justru diambil oleh daerah lain yang lebih serius membina dan memperhatikan sepakbola usia dini.
“Kita punya banyak sekali bakat hebat di Padang. Tapi kalau pemerintah terus diam dan tidak peduli, jangan salahkan kalau anak-anak kita nanti dibawa kabupaten lain, bahkan provinsi lain. Mereka akan pergi ke daerah yang bisa memberikan masa depan. Sementara kita di sini cuma jadi penonton,” tegas Mastilizal Aye dengan nada keras.
Ia menilai pemerintah daerah, baik Pemko Padang maupun Pemprov Sumbar, belum memberikan perhatian yang layak terhadap pembinaan olahraga, khususnya sepakbola. Fasilitas minim, lapangan terbatas, bahkan dukungan anggaran hampir tak ada. Padahal, kata Aye, sepakbola bukan sekadar olahraga, melainkan juga sarana pembentukan karakter, kebanggaan daerah, hingga jalan bagi anak-anak untuk meraih masa depan yang lebih baik.
“Sepakbola itu sudah jadi budaya di Sumbar, apalagi di Padang. Tapi apa yang kita lihat hari ini? Infrastruktur seadanya, pembinaan hanya mengandalkan semangat masyarakat dan pelatih SSB. Pemerintah seakan cuci tangan. Ini ironi besar,” tambahnya.
Aye juga menyinggung, ketika talenta sepakbola muda asal Padang sukses dan bersinar di daerah atau klub lain, pemerintah justru ikut menepuk dada seolah-olah itu prestasi daerah. Padahal kenyataannya, kontribusi mereka nyaris nol dalam proses pembinaan.
“Nanti kalau ada anak Padang masuk Timnas atau main di klub besar, semua bangga, semua klaim. Tapi coba tanya, apa kontribusi nyata pemerintah selama mereka berproses? Nol besar! Yang kerja keras itu pelatih SSB, orang tua, dan komunitas sepakbola. Pemerintah cuma datang saat panggungnya sudah gemerlap,” sindir Aye.
Kompetisi 28 September nanti diharapkan bisa menjadi ajang pencarian bibit berbakat dan memberi motivasi bagi anak-anak untuk terus mengasah kemampuan. Namun Aye menegaskan, kompetisi semacam ini tidak boleh berdiri sendiri, harus diikuti oleh program pembinaan berkelanjutan, dukungan fasilitas, serta kepedulian nyata pemerintah.
“Jangan hanya bangga bikin event sekali-sekali lalu selesai. Yang kita butuhkan itu sistem pembinaan berkesinambungan. Kalau pemerintah tidak segera turun tangan, kita akan kehilangan generasi emas sepakbola Padang,” pungkasnya.
Kompetisi akbar ini akan menjadi saksi lahirnya talenta muda baru. Tetapi pertanyaannya, apakah Kota Padang mampu menjaga dan merawat mereka, atau justru membiarkan daerah lain yang memetik hasilnya?
(Mond)
#Olahraga #Sepakbola #Padang