Breaking News

Nur Afifah Balqis: Paras Menawan, Karier Cemerlang, dan Jeratan Korupsi di Usia Muda

Bendahara DPC Partai Demokrat Balikpapan, Nur Afifah Balqis yang bersama Bupati Penajam Paser Utara, Abdul Gafur Mas'ud ditetapkan KPK sebagai tersangka kasus dugaan suap proyek dan perizinan. - (Instagram @nafgis_)

D'On, Balikpapan, Kalimantan Timur
— Di usianya yang masih belia, Nur Afifah Balqis pernah digadang-gadang sebagai sosok perempuan muda yang menjanjikan di dunia politik lokal. Paras cantik, jabatan mentereng, dan gaya hidup mewah membuatnya disorot sebagai bintang baru di Partai Demokrat Kalimantan Timur. Namun kini, namanya justru tercatat dalam sejarah sebagai salah satu koruptor termuda di Indonesia, setelah terjerat kasus suap besar-besaran bersama seorang kepala daerah.

Dari Bendahara Muda ke Jeruji Besi

Nur Afifah Balqis lahir pada tahun 1997 di Balikpapan. Sejak usia dua puluhan, ia sudah terjun ke politik praktis dan dengan cepat menduduki posisi strategis sebagai Bendahara Umum DPC Partai Demokrat Balikpapan. Jabatan tersebut bukan hanya sekadar gelar  Afifah dipercaya mengatur lalu lintas keuangan partai tingkat kota, bahkan turut terlibat dalam pengelolaan dana operasional salah satu tokoh politik kuat di Kalimantan Timur, Abdul Gafur Mas’ud.

Namun karier politiknya yang melesat justru berujung di meja hijau. Pada 26 September 2022, majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Samarinda memutuskan bahwa Afifah bersalah karena turut serta dalam praktik korupsi yang melibatkan suap senilai Rp 5,7 miliar di lingkungan Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU).

Ia dijatuhi hukuman penjara 4 tahun 6 bulan dan denda Rp 300 juta, dengan ketentuan subsider 4 bulan kurungan apabila denda tidak dibayar. Saat ini, Afifah mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Tenggarong.

Keterlibatan dengan Abdul Gafur Mas’ud

Nama Nur Afifah tidak bisa dilepaskan dari Abdul Gafur Mas’ud, mantan Bupati Penajam Paser Utara yang juga Ketua DPC Demokrat Balikpapan. Keduanya memiliki hubungan politik yang sangat dekat. Dalam persidangan terungkap bahwa Abdul Gafur kerap menggunakan ATM milik Nur Afifah untuk berbagai transaksi mencurigakan, termasuk aliran dana suap.

Tidak hanya itu, Afifah juga diminta untuk mengelola dana pribadi Abdul Gafur, yang tersebar di beberapa rekening. Keberadaan dirinya dalam lingkaran kekuasaan Gafur bukanlah sebatas pembantu administratif, melainkan bagian dari skema korupsi terstruktur. Uang hasil suap pengadaan proyek dan perizinan di PPU disebut turut dinikmati oleh Afifah.

Majelis hakim menyatakan Afifah bersalah melanggar Pasal 12 huruf b UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang telah diperbarui dengan UU Nomor 20 Tahun 2001, serta pasal-pasal pendukung dalam KUHP yang mengatur tentang penyertaan dan perbuatan berlanjut.

Gaya Hidup Mewah dan Kehidupan di Balik Media Sosial

Sebelum ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Nur Afifah dikenal cukup aktif di media sosial. Melalui akun Instagram @nafgis_, ia kerap mengunggah potret kehidupan glamornya  dari liburan ke berbagai tempat, kegiatan politik, hingga tampil bersama tokoh-tokoh partai.

Salah satu unggahan yang kini menjadi sorotan adalah foto dirinya bersama Abdul Gafur di depan mobil mewah BMW, yang diambil pada 20 Desember 2021  hanya sebulan sebelum keduanya diciduk KPK. Banyak netizen kini menyebut gaya hidup tersebut sebagai “hasil dari uang rakyat.”

Warganet pun tak tinggal diam. Sosok Afifah disebut sebagai “koruptor termuda dengan wajah cantik”, namun juga menjadi simbol ambisi muda yang keliru arah. Netizen menyoroti bagaimana kepercayaan yang diberikan kepada anak muda di politik bisa hancur hanya karena keserakahan.

Catatan Buram Politik Anak Muda

Kisah Nur Afifah Balqis menjadi tamparan keras bagi harapan akan regenerasi politik yang bersih dan berintegritas. Sebagai figur muda di partai besar, Afifah seharusnya menjadi contoh kepemimpinan baru. Namun justru ia menjadi pengingat bahwa usia muda bukanlah jaminan bebas dari korupsi.

Kini, di balik jeruji besi, Afifah menjadi saksi bisu dari ambisi politik yang menabrak etika. Ia bukan hanya kehilangan kebebasan, tetapi juga reputasi, karier, dan potensi masa depan yang pernah begitu menjanjikan.

Kisah Nur Afifah Balqis adalah potret kompleks tentang kekuasaan, pengaruh, dan bahaya korupsi yang mengintai siapa saja tua maupun muda. Ia bukan hanya sekadar nama dalam daftar koruptor, tetapi cerminan dari sistem yang memberi celah bagi praktik kotor untuk terus hidup.

Semoga kisah ini menjadi pelajaran, bahwa kekuasaan tanpa integritas hanya akan membawa kehancuran, tak peduli seberapa muda atau cantik seseorang.

(Mond)

#PartaiDemokrat #KoruptorTermuda #NurAfifahBalqis