Langkah Kecil Kaesang, Simbol Besar untuk Masa Depan PSI
Kaesang Pangarep jalan kaki ke Kongres PSI seusai minta restu Jokowi, pada Sabtu, 19 Juli 2025.
D'On, Solo – Sabtu pagi (19/7/2025), suasana di kawasan Jalan Kutai Utara, Solo, tampak lebih semarak dari biasanya. Puluhan kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan simpatisan berdiri berjejer di pinggir jalan, menyanyikan yel-yel penuh semangat. Dari kediaman nomor 1 yang tenang dan bersahaja, seorang tokoh muda yang kini menjadi sorotan nasional, Kaesang Pangarep, muncul mengenakan kemeja putih sederhana dan celana gelap. Tanpa mobil dinas, tanpa iring-iringan mewah. Hanya ditemani para pendukung, ia melangkahkan kaki menuju Gedung Graha Saba Buana lokasi Kongres PSI yang akan menentukan masa depan politiknya.
Jarak yang hanya sekitar 300 meter itu mungkin tampak sepele. Tapi bagi Kaesang, itu adalah langkah penuh simbol dan makna.
Sederhana Tapi Berarti: Pesan Simbolik di Tengah Hiruk-Pikuk Politik
Di tengah iklim politik yang kerap dipenuhi citra glamor dan pencitraan berlebihan, langkah kaki Kaesang ini menjadi narasi tandingan. Ia memilih jalan kaki, bukan hanya karena lokasi yang dekat, tetapi karena ingin menunjukkan kesederhanaan, keterbukaan, dan kedekatannya dengan rakyat nilai-nilai yang diusung PSI sejak awal berdiri.
“Saya jalan kaki saja, kan dekat. Tapi yang penting, tadi sudah minta restu dulu ke Bapak sama Ibu. Supaya semuanya lancar,” ujarnya kepada wartawan dengan senyum santai.
Tak ada drama, tak ada protokol yang dibuat-buat. Kaesang hanya meminta restu dari dua sosok penting dalam hidupnya: Presiden ke-7 RI Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana. Meskipun sempat ditanya apakah ada momen ‘sungkem’ sebagai simbol penghormatan, Kaesang membantah sambil tertawa kecil.
“Enggak ada sungkem-sungkeman. Minta restu saja, minta doa, biar dilancarkan dan semoga hasilnya sesuai harapan.”
Pesan Ayah: Siap Menang, Siap Kalah
Jokowi, yang dikenal sebagai tokoh yang membesarkan demokrasi partisipatif di Indonesia, tidak memberikan petuah panjang lebar kepada putra bungsunya. Pesan yang disampaikan justru sederhana, tapi menggambarkan kedalaman filosofi politik yang ia yakini.
“Bapak cuma bilang: ‘Siap menang, siap kalah’. Harus siap dengan proses demokrasi, harus dewasa,” ungkap Kaesang.
Pesan itu seolah menjadi penanda bahwa meskipun Kaesang adalah anak seorang presiden, ia tidak berada di panggung yang digelar khusus untuknya. Ia harus berjuang, bersaing, dan menerima hasil dengan lapang dada baik menang maupun kalah. Itulah esensi dari demokrasi yang sejati.
Tiga Kandidat, Satu Tujuan: Menentukan Arah Baru PSI
Kongres PSI tahun ini menjadi titik balik penting bagi partai yang lahir dari semangat perubahan dan antikorupsi. Selain Kaesang Pangarep, ada dua kandidat lain yang turut bersaing dalam Pemilu Raya PSI: Ronald A Sinaga, sosok energik yang dikenal dengan sapaan “Bro Ron,” serta Agus Mulyono Herlambang, kader senior yang memiliki rekam jejak panjang dalam kegiatan akar rumput.
Ketiganya memperebutkan posisi strategis sebagai Ketua Umum PSI, jabatan yang akan sangat menentukan arah pergerakan partai menjelang tahun-tahun politik mendatang, termasuk Pilkada 2027 dan Pemilu 2030.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa perhatian media dan publik tersedot pada sosok Kaesang bukan hanya karena ia adalah anak Jokowi, tetapi karena banyak yang melihat dirinya sebagai simbol regenerasi politik nasional.
Tampil Tenang, Merendah, dan Siap Segala Kemungkinan
Meski menjadi pusat perhatian, Kaesang tetap menunjukkan ketenangan dan sikap rendah hati. Tidak ada pernyataan bombastis atau ambisius yang ia lontarkan kepada media. Justru ia lebih banyak berbicara tentang harapan akan proses demokrasi yang sehat dan terbuka.
“Saya siap dengan apapun hasilnya. Yang penting, semua proses ini dijalani dengan jujur dan fair,” tuturnya.
Langkahnya yang sederhana pagi itu tidak hanya membuka kongres, tetapi juga membuka ruang harapan bagi banyak anak muda Indonesia: bahwa politik bisa dijalani tanpa drama, bahwa perubahan bisa dimulai dari cara paling sederhana, dan bahwa kepemimpinan tidak selalu lahir dari kekuasaan, tapi dari nilai dan ketulusan.
Politik Baru ala Kaesang
Kaesang Pangarep telah menunjukkan bahwa meskipun lahir dari lingkungan kekuasaan, ia berusaha membangun citranya sendiri dengan cara yang berbeda. Langkah kecilnya di Solo mungkin tidak mengubah peta politik secara instan, tetapi telah memantik diskusi baru tentang politik yang membumi, rendah hati, dan jujur.
Kongres PSI mungkin akan menentukan siapa yang memimpin, tapi publik telah melihat siapa yang mampu memberi warna baru dalam panggung politik Indonesia.
(Mond)
#KongresPSI #Nasional #Politik #KaesangPangarep