Konvoi Pendekar PSHT di Malang Berujung Maut: Satu Tewas, Dua Luka Akibat Sabetan Sajam
Pelaku penusuk simpatisan PSHT
D'On, Malang – Malam yang seharusnya menjadi ajang unjuk kebersamaan dan kebanggaan bagi ratusan pendekar dari Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) justru berubah menjadi tragedi berdarah. Konvoi ratusan simpatisan PSHT yang melintasi sejumlah ruas jalan di Kota Malang berakhir ricuh. Dalam insiden yang terjadi pada Jumat dini hari tersebut, satu orang pendekar tewas di tempat akibat luka tusukan, sementara dua lainnya menderita luka serius akibat sabetan senjata tajam.
Kronologi Awal: Konvoi dan Knalpot Brong yang Picu Emosi
Sekitar 200 simpatisan PSHT, mayoritas mengenakan atribut kebesaran perguruan, melakukan konvoi dalam rangka internal peringatan kegiatan organisasi. Mereka melintasi ruas Jalan Raden Panji Suroso, tak jauh dari kawasan elite Araya dan Rumah Sakit Persada. Namun, di tengah malam itu, suara knalpot brong yang memekakkan telinga mulai menyulut emosi warga sekitar. Beberapa warga yang terpapar kebisingan, diketahui sedang dalam pengaruh minuman keras.
Konvoi itu, yang awalnya hanya mendapat tatapan sinis dan teguran verbal, kemudian berubah menjadi aksi saling ejek. Arah konflik mulai mengeras ketika sejumlah peserta konvoi dan warga setempat saling melontarkan intimidasi.
Duel Berdarah di Depan RS Persada
Sekitar pukul 01.30 WIB, di depan RS Persada, ketegangan memuncak. Tiga simpatisan PSHT terlibat konfrontasi fisik dengan seorang warga lokal yang belakangan diketahui bernama Fatur Rochim alias RF (25), warga Kelurahan Purwodadi, Kecamatan Blimbing.
Kapolresta Malang Kota, Kombes Pol Nanang Haryono, dalam konferensi pers di Mapolresta Malang Kota pada Jumat siang, menjelaskan bahwa RF yang saat itu dalam kondisi mabuk, secara brutal mengeluarkan senjata tajam dan menusuk salah satu peserta konvoi.
“Korban bernama MAS (18), warga Desa Kunir, Kecamatan Wonodadi, Kabupaten Blitar, ditusuk di dada sebelah kiri hingga menembus paru-paru. Korban meninggal dunia di lokasi kejadian akibat luka serius yang dideritanya,” ujar Kombes Nanang.
Tidak Berhenti di Satu Korban
Setelah menghabisi nyawa MAS, pelaku RF tidak berhenti. Dalam kondisi brutal dan tanpa kendali, ia melukai dua peserta konvoi lainnya yang mencoba melerai atau mungkin membalas serangan.
Korban kedua, Dimas Aditya (DA), juga warga Kecamatan Wonodadi, mengalami luka sabetan senjata tajam di bagian tubuh sebelah kiri. Ia langsung dilarikan ke Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) untuk penanganan medis.
Korban ketiga, berinisial RPS, warga Kedungkandang, Kota Malang, menderita luka tusuk cukup parah di dada kiri dan paha kiri. RPS juga saat ini masih menjalani perawatan intensif di RSSA.
Motif dan Situasi: Bukan Sekadar Salah Paham
Kapolresta menegaskan bahwa insiden ini bukan murni kriminal biasa. Akar masalahnya cukup kompleks karena melibatkan dua kelompok yang sama-sama dalam kondisi emosi tinggi, dan sebagian dalam pengaruh alkohol.
“Baik pelaku maupun beberapa simpatisan konvoi terindikasi terpancing emosi. Saling ejek dan intimidasi terjadi sebelum akhirnya kontak fisik. Bukan sepihak. Tapi pelaku sudah kami amankan dan akan kami proses sesuai hukum,” kata Kombes Nanang.
Pengamanan Diperketat dan Mediasi Didorong
Pihak kepolisian kini tengah memperketat pengamanan di sejumlah titik strategis, termasuk rumah sakit tempat para korban dirawat dan lokasi-lokasi yang menjadi basis massa PSHT di Malang Raya.
Selain itu, jajaran Forkopimda Malang mengimbau para tokoh perguruan silat serta masyarakat umum agar menahan diri dan tidak terpancing emosi. Dialog antar pihak dan pendekatan persuasif terus dilakukan agar peristiwa ini tidak memicu konflik susulan.
Nyawa Melayang di Tengah Euforia
Insiden ini menyisakan duka mendalam bagi keluarga korban dan menjadi refleksi bagi masyarakat luas. Konvoi yang seharusnya menjadi ajang ekspresi dan solidaritas, justru berujung kehilangan nyawa dan luka-luka. Suara knalpot brong yang memekakkan telinga, emosi yang tak terkendali, serta senjata tajam yang mudah terhunus, menjadi kombinasi fatal yang merenggut masa depan seorang pemuda.
Polisi mengingatkan bahwa setiap bentuk aksi massa yang melibatkan atribut perguruan silat harus tetap menjunjung tinggi tertib sosial dan hukum. Aparat juga menegaskan komitmennya untuk menindak tegas pelaku kekerasan tanpa pandang bulu.
(Nuk)
#PSHT #Kriminal