Tiga Jenis Puasa Sunnah di Bulan Muharram: Waktu Terbaik Meraih Pahala Setelah Ramadhan
Dirgantaraonline – Muharram, bulan pertama dalam kalender Hijriah, bukan sekadar awal tahun baru bagi umat Islam. Lebih dari itu, Muharram adalah bulan yang disucikan, di mana amal ibadah sangat dianjurkan untuk diperbanyak. Salah satu amalan utama yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW pada bulan ini adalah puasa sunnah.
Dalam sebuah hadits sahih, Rasulullah SAW menyampaikan keutamaan luar biasa dari puasa di bulan Muharram:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ، شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ
“Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, yakni bulan Muharram.”
(HR. Muslim no. 1982)
Hadits ini menunjukkan bahwa Muharram adalah bulan istimewa yang secara khusus dinisbatkan kepada Allah SWT, menunjukkan kedudukannya yang agung dan penuh keberkahan.
Tiga Jenis Puasa Sunnah di Bulan Muharram
Dalam penjelasan para ulama, terdapat tiga tingkatan puasa sunnah yang dapat dikerjakan umat Islam di bulan ini. Uraian ini disebutkan dalam Kitab Tuhfatul Ahwadzi, syarah atas Sunan Tirmidzi, sebagaimana dikutip oleh Ustadz Hengki dalam keterangannya di NU Online.
1. Puasa Tanggal 9, 10, dan 11 Muharram (Tingkat Tertinggi)
Puasa tiga hari berturut-turut, yaitu pada tanggal 9, 10, dan 11 Muharram merupakan bentuk amalan yang paling utama. Ini mengikuti anjuran Rasulullah SAW yang ingin membedakan puasanya dengan puasa kaum Yahudi yang hanya melaksanakan pada 10 Muharram (Asyura).
"Berpuasalah kalian pada hari Asyura dan bedakanlah dengan kaum Yahudi, dengan berpuasa sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya."
(HR. Ahmad dan Ibnu Khuzaimah)
2. Puasa Tanggal 9 dan 10 Muharram (Tingkat Kedua)
Bila tidak mampu menjalankan puasa selama tiga hari, maka puasa dua hari pada tanggal 9 dan 10 Muharram adalah pilihan berikutnya. Ini pun termasuk bentuk muwafaqah (kesamaan) dan mukhalafah (perbedaan) terhadap puasa Yahudi yang dilakukan hanya pada 10 Muharram.
3. Puasa Tanggal 10 Muharram Saja (Tingkat Minimum)
Jika hanya mampu satu hari saja, maka puasa pada 10 Muharram atau Hari Asyura adalah pilihan yang dianjurkan. Meskipun tingkatannya di bawah dua opsi sebelumnya, tetap saja puasa ini memiliki keutamaan luar biasa, yakni pengampunan dosa setahun sebelumnya.
صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ
“Puasa hari Asyura, aku berharap kepada Allah agar dapat menghapus dosa setahun sebelumnya.”
(HR. Muslim no. 1162)
Kata Ustadz Hengki:
“Tiga tawaran ini menjadi opsi yang sangat baik dalam mengamalkan puasa sunnah di bulan Muharram. Pilihlah sesuai kemampuan dan kesungguhan hati,” tuturnya.
Puasa Ayyamul Bidh: Menyempurnakan Amalan di Bulan Suci
Selain ketiga jenis puasa tersebut, umat Islam juga dianjurkan untuk melaksanakan puasa Ayyamul Bidh, yaitu puasa pada tanggal 13, 14, dan 15 bulan Hijriah saat bulan purnama terang di langit. Ini adalah puasa rutin yang dianjurkan setiap bulan, termasuk di bulan Muharram.
Rasulullah SAW bersabda:
صَوْمُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ صَوْمُ الدَّهْرِ كُلِّهِ
“Puasa tiga hari setiap bulan (Ayyamul Bidh) adalah seperti puasa sepanjang tahun.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Keutamaan puasa ini tak kalah agung, karena menjadi bentuk kontinuitas ibadah dan menjaga kedekatan dengan Allah sepanjang waktu.
Muharram, Momentum Perbaikan Diri
Bulan Muharram adalah kesempatan emas untuk memulai tahun baru Hijriah dengan semangat baru dalam beribadah. Dengan menunaikan puasa sunnah sesuai kemampuan, umat Islam dapat meraih keutamaan luar biasa: pengampunan dosa, peningkatan iman, dan keberkahan hidup.
Jangan biarkan bulan ini berlalu tanpa amal. Jadikan Muharram sebagai momen introspeksi diri, memperkuat hubungan dengan Allah, dan membangun kebiasaan ibadah yang lebih baik untuk bulan-bulan berikutnya.
“Barang siapa berpuasa di bulan Muharram, maka dia telah menempuh jalan menuju cinta dan ampunan Allah.”
(Rini)
#PuasaMuharram #PuasaSunnah #Islami #Religi